#20 a mysterious note

11.1K 1.3K 28
                                    

Sebenarnya Ednan sudah menyadari ada yang aneh dengan mereka berdua. Suasana di sekitarnya mendadak hening setelah kepergian pacar Yura ke kelasnya. Ednan merasakan hawa yang berbeda.

Terdengar dengusan dari bibir Ednan. "Kenapa pada diem kayak gini, sih? Kita ini lagi kerja kelompok, lho. Kita butuh diskusi. Kalo kalian pada diem, gimana tugasnya mau selesai?"

Ayana tersadar. Ia melirik Ednan sungkan. Sejak tadi Ayana memang sedang sibuk dengan lamunannya sendiri. Sibuk memikirkan banyak hal. Salah satunya mengenai sikap aneh Yura padanya tadi. Tatapan Yura padanya benar-benar mengganggu pikiran. Entah kenapa Ayana merasa jika Yura tadi menatapnya dengan sorot mata tak suka sejak Bagas menarik Ayana duduk di sebelahnya. Tapi, harusnya Ayana menyadari. Tahu diri. Bukankah Yura berhak memberikan respon seperti itu sebab Bagas memang pacarnya, kan?

"Gue lagi baca. Cari referensi. Kalo pengetahuan gue nggak banyak, gimana gue bisa ikut diskusi?" kata Yura menanggapi Ednan. Sekilas tatapannya melirik Ayana. Hanya sebetar. Setelah itu melengos. Ayana merasa jika Yura yang ada di hadapannya saat ini benar-benar berbeda dengan Yura dihari-hari sebelumnya. Aura cerianya menghilang saat berhadapan dengan Ayana.

Bel pulang berdering nyaring. Ayana berdiri dan berpamitan, "Gue ke kelas dulu, ya. Mau ambil tas. Nanti balik lagi."

"Gue juga." Ednan juga ikut-ikutan berdiri.

"Biar gue aja."

Ednan mengernyit menatap Yura.

"Biar gue aja yang bawain tas lo. Sekalian gue mau ambil tas gue."

"Lo serius?"

Yura tersenyum. "Untuk ukuran pelajar yang malas bawa buku kayak lo, gue pikir tas lo nanti bakal lebih enteng daripada tas gue."

Ednan tertawa. "Dasar! Tapi, makasih."

Gantian Yura melirik Ayana yang mematung. "Yuk, Ayana. Kita ke kelas bareng."

Ayana tersenyum tipis. Tak tahu apa niat Yura sebenarnya mengajaknya berjalan ke kelas tanpa Ednan. Mungkin Yura ingin menyampaikan sesuatu. Misal, memberi sebuah peringatan seperti, "Gue nggak suka lo terlalu dekat sama Bagas. Dia itu pacar gue. Jangan jadi perusak hubungan orang," mungkin?

Entahlah. Ini hanya firasat Ayana saja.

*

Pada akhirnya, firasatnya mengenai Yura ternyata tidak benar. Sejak perjalanan menuju kelas dan sekarang kembali perpus lagi, Yura tak mengeluarkan sepatah kata. Aneh memang. Dengan ukuran cewek ceria dan banyak bicara seperti Yura, kalau mendadak diam begini memang akan nampak sangat aneh.

"Ayana!"

"Sayang!"

Kepalanya berputar spontan. Di tengah lapangan sana, Ayana melihat Bagas melambaikan tangan ke arahnya. Ayana mendadak stagnan. Ia gede rasa. Hampir saja Ayana membalas lambaian tangan Bagas kalau saja ia tak segera menyadari presensi Yura di sebelahnya. Yura nampak tersenyum sambil melambaikan tangan juga.

Ayana bahkan sempat mengira Bagas menyapanya dengan sebutan 'Ayana, sayang!' kalau ia lupa Yura sedang bersamanya sekarang.

"Lo deket banget sama Bagas, ya?" tanya Yura, untuk pertama kalinya setelah hening sejak tadi menyelimuti mereka.

"Hng?" Ayana mengangkat satu alisnya.

"Kalian terlihat... udah kenal sejak lama gitu," lanjut Yura.

Ayana tersenyum tipis. Mulai mengerti arah pembicaraannya. "Nggak, kok. Kita cuma beberapa kali ketemu aja. Terus karena Bagas emang friendly, jadi ya mungkin kita kelihatan akrab. Padahal biasa aja."

Hello, Bagas! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang