"Wah! Adegan romantis!"
Ibarat ditarik ke permukaan setelah lama tenggelam di dasar kolam renang, Ayana langsung tersadar ketika mendengar pekikan Dhanis. Merasa posisinya dengan Bagas yang terlalu dekat, cewek itu mengambil langkah mundur. "Ngapain sih, lo?!" ujar Ayana. Ia sedang menyembunyikan rasa gugup dengan agak berteriak.
"Gue abis nolongin lo, barusan." Bagas menaikkan satu alis, "Nggak sadar?"
Ayana memalingkan wajah, "Siapa juga yang minta ditolongin."
Mendengar itu, jantung Bagas jadi nyut-nyutan. Ia kesal. Punggungnya bahkan masih terasa sakit karena terhantam bola untuk melindungi Ayana. Tapi cewek itu malah bersikap kurang ajar begitu. Tau gitu tadi Bagas biarin aja bola basketnya kena kepala dia! Biar tau rasa!
"Sudah, semua kembali ke posisi masing-masing." Pak Fatur kembali meniup peluit dan melanjutkan permainan. "Sekarang giliran sesi dua."
Ayana berjalan melewati Bagas. Saat ingin kembali ke posisi duduknya bersama Wina tadi, ia sempat berpapasan dengan Yura. Cewek itu menatapnya.
*
"Bagas suka sama lo. Percaya ama gue deh, makanya!"
Ayana mendecak. Ia melirik Wina kesal. "Jangan bahas itu lagi kenapa, sih?! Gue udah nggak peduli!"
Wina membulatkan mata, "Lo mau move on?"
Ayana yang lagi melipat kaos olahraganya pun menghentikan sejenak kegiatannya. Move on, ya?
"Hm," sahut Ayana sekenanya.
Wina membuang napas panjang sambil mengangguk singkat. "Yah, apapun keputusan lo, gue dukung. Lagipula kalo menurut gue, that's a good choice. Suka sama orang yang nggak suka balik sama kita aja buang-buang waktu, apalagi suka sama cowok yang udah punya pacar?"
Ayana merasa tertohok. Tapi, benar juga, sih.
Sementara mereka berjalan menuju kelas, Ayana melihat Wina yang lagi meraba saku rok dan kemejanya dengan wajah bingung. "Hape gue kok nggak ada, ya?"
"Cari yang bener."
"Ah!" pekik Wina membuat Ayana agak terkejut. "Ketinggalan di ruang ganti deh, kayaknya."
"Kebiasaan deh, lo." Ayana langsung putar balik. Tapi Wina menahannya.
"Udah biar gue aja. Lo ke kelas duluan sana." Wina memindahkan lipatan kaos olahraganya ke tangan Wina. "Nitip ya, friend."
Setelah membuang napas panjang, Ayana kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas. Sebentar lagi jam pelajaran Biologi dan ada praktikum.
"Gue tuh paling kesel kalo lihat cewek caper."
Ayana menghentikan langkah. Dia baru sampai di ambang pintu dan sudah disambut dengan suara Kania dan teman-temannya. Enggan ambil pusing, ia melanjutkan langkah memasuki ruang kelas.
"Dari luar aja kelihatan anak baik-baik banget, padahal aslinya..." Kania mendengus geli, "...rubah."
Fadia tertawa. "Maksud lo siapa, sih?"
"Gausah pura-pura gatau deh, Fad. Semua orang juga tau siapa yang Kania maksud," ujar Arin sekali melirik Ayana yang mengeluarkan jas lab dan beberapa alat tulis dari ranselnya.
Fadia mengikuti arah pandang Arin dan menemukan Ayana tak nampak tak begitu peduli dengan pembicaraan ini. Fadia bukannya pura-pura tidak tahu, dia memang tidak tahu. Tapi setelah melihat tatapan Kania dan Arin yang mengarah pada titik yang sama, dia mulai mengerti. Jadi, mereka mengungkit masalah di lapangan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Bagas! ✔
Novela JuvenilPetaka itu dimulai ketika Ayana iseng mengirim pesan ke kontak WhatsApp cowok yang ia taksir. -Oct, 2019 by auliadv All Rights Reserved