Bel istirahat berbunyi.
Seisi kelas mulai berhamburan. Beberapa ada yang meninggalkan kelas untuk menuju kantin, ada yang ke toilet, bahkan tidur-tiduran beralaskan ransel milik masing-masing sambil memainkan ponsel.
"Na."
Sambil mengemasi alat tulis agar masuk ke dalam kotak pensil, Ayana bergumam.
"Gimana rasanya?"
"Apanya?" tanya Ayana diiringi kernyitan.
"Itu... tadi," Wina memainkan alisnya menggoda. "Pangeran berkuda putih lo," bisiknya sedikit tertawa.
Ayana mengigit bibirnya tersipu. "Apasih, lo?! Alay!"
"Nggak nyangka banget dong, gue. Ada gitu ya, cewek kayak gitu."
Tangan Ayana yang tadinya sibuk memukuli Wina jadi terhenti ketika ia mendengar suara pelan dari bangku belakang.
"Padahal temennya baru aja putus. Udah gercep aja dia."
Wina mengumpat kasar. "Lo ngomong apa barusan?" Kepalanya sudah terputar ke belakang sementara tangannya sedang memegang pulpen, dan sekarang mendadak gatal ingin melempar benda itu ke wajah pemilik mulut nyinyir di hadapannya kini.
"Emang kenapa? Lo tersinggung?" Kania balik bertanya.
"Enggak."
"Ya.., harusnya emang bukan elo sih, yang tersingung." Kania menyeringai. "Tapi...,"
Wina tahu betul apa yang dimaksud Nenek Lampir ini. Haduh, sumpah ya, kalau Ayana tak memegang tangannya seperti ini, Kania pasti sudah mampus Wina acak-acak mukanya.
"Gue laper. Yuk, kantin!" Ayana masih sibuk menarik ujung rok Wina, tak ingin cewek itu terlibat masalah. Dan untungnya, Wina tak menolak.
"Paling Bagas cuma pengin bikin Yura cemburu. Nggak mungkin dia bisa secepat itu ngelupain Yura."
Langkahnya terhenti. Untung Wina sudah jalan duluan. Untung Wina tak mendengarnya. Ayana menghela napas. Kembali melanjutkan langkah menuju kantin walau perasaannya gamang tak karuan.
*
"Sumpah ya itu mulutnya tadi mirip Nenek Lampir!"
Ayana mendecak. "Daripada ngomongin orang, mending makan."
"Ya udah, gue mau pesen. Lo nitip apa?"
"Soto aja, deh."
Ayana duduk sambil bertopang dagu selama menunggu Wina datang.
"Gue boleh duduk di sini?"
Ayana agak terkejut melihat Yura berdiri di sebelahnya. Tumben. Tapi, tak ingin membuat Yura berdiri terlalu lama, Ayana balas tersenyum dan mempersilakan cewek itu duduk di sebelahnya.
"Ada lo juga?!" seru Bima yang tiba-tiba datang dengan semangkuk mia ayamnya. Tak lama, Wina menyusul membawa dua mangkuk soto yang salah satunya adalah titipan Ayana.
Wina menyenggol lengan Ayana yang duduk di sebelahnya. "Ngapain dia di sini?"
"Makan," jawab Ayana seadanya.
"Tumben nggak sama step, lo, Ra."
Yura tersenyum tipis. "Lagi diet katanya."
"Badan udah krempeng gitu mau dibikin sekrempeng apalagi?!"
"Step siapa?" ganti Wina yang bertanya.
"Kania." Yura bantu menjawab.
"Kenapa dipanggil step?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Bagas! ✔
Teen FictionPetaka itu dimulai ketika Ayana iseng mengirim pesan ke kontak WhatsApp cowok yang ia taksir. -Oct, 2019 by auliadv All Rights Reserved