#cookies

12.6K 1.1K 63
                                    

“Dia udah makan umpannya! Ayo, sekarang lanjut rencana kedua!”

Bima menatap Wina ragu, “Kamu serius mau ngelakuin ini?”

Wina mengangguk yakin kemudian mengambil ponsel Bima yang berada di atas sofa lalu memberikan pada cowok itu. “Sesuai rencana. Kontak kamu udah aku hapus. Kalo aku kasih kode, langsung eksekusi!”

“Iseng banget sih, kamu.”

“Ini bukannya iseng, tapi sebuah usaha untuk menyatukan dua sejoli. Ini tugas mulia, tau!”

“Tapi, Bagas ‘kan udah punya pacar.”

“Ya elah, pacar doang. Ntar juga putus.”

Selang beberapa detik setelah Wina mengatakan itu, pintu apartemennya terketuk. Ia menaruh telunjuknya di bibir sambil berbisik, “Jangan berisik.”

Wina berdeham sebelum membuka pintu. Ia berniat pura-pura memasang tampang kaget. Tapi akhirnya, ia dibuat kaget betulan ketika melihat penampakan Ayana dengan wajah memeram padam lengkap dengan rambut yang lumayan acak-acakan. “Ini anak abis kecemplung di got mana, coba?” batinnya.

“Lo kenapa, Na? Habis kena musibah?” tanya Wina dengan nada bicara sok-sok’an khawatir.

“Iya, gue abis kena musibah. Dan musibah ini gara-gara lo!” sahut Ayana bersungut-sungut. Wina susah payah menelan saliva.

“Kenapa gara-gara gue?”

Ayana melangkah mendekat, sementara Wina makin memundurkan tubuhnya. “Lo ngerjain gue, ya?”

Mampus. Masa langsung ketahuan, sih?!

“Ngerjain apa sih, Na? Jangan bikin gue horor, deh!”

“Lo bilang nomor WhatsAppnya Bagas nggak aktif.”

“Ya, emang nggak aktif. ‘Kan udah gue tunjukin tadi buktinya kalo nggak aktif.”

“Iya, tapi kenapa pas gue chat dibales sama dia, Win?!”

“Masa, sih?”

“Lihat aja sendiri kalo nggak percaya!”

Wina tak bisa menahan tawa ketika Ayana menyodorkan ponselnya. “Kok ketawa sih, lo?! Jangan-jangan lo sengaja, ya? Lo bohongin gue? Ngaku, lo!”

Astaghfirullah, istighfar lo. Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.”

“Tapi, kok, dia bisa bales chat gueee?!”

“Harusnya lo bersyukur, dong. Kalo chat lo dibales ama Bagas. Hehe.” Kok mendadak Wina jadi merasa bersalah, ya? Tapi, dengan cepat ia menampik perasaan itu. Toh, sudah terlanjur.

“Win, nggak lucu.”

“Oke.”

Ayana mendecak sambil mengacak-acak rambut. “Terus gue harus gimana?! Kalo gue ketemu Bagas muka gue mau ditaruh mana?!”

“Ditaruh depan, lah. Ngapain ditaruh di pantat.”

“Gue sleding juga ya, pantat lo!”

Wina berdeham sambil batuk-batuk kecil. Mengirim kode pada Bima. Tak lama setelah itu, ponselnya berkedip. “Bentar, ada chat masuk.”

Mari kita mulai dramanya.

Wina memasang tampang kaget. Matanya berkedip beberapa kali hingga ia tersenyum kecil sambil mengulurkan ponselnya ke Ayana.

“Coba lo lihat ini, deh,” kata Wina. Membuat Ayana membelalakkan mata.

 Membuat Ayana membelalakkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wina meringis. Ayana mendadak pucat pasi. “Lo oke kan, Na?” tanya Wina takut-takut.

“Gue nggak punya muka lagi buat ketemu Bagas, Win.”

Sembari menahan tawa mati-matian, Wina mengulurkan tangan ke belakang punggungnya. Kemudian mengacungkan ibu jarinya ke arah Bima.

Misi berhasil.

[]

Hello, Bagas! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang