Uni's Pov
"Etta gak apa-apa di sana? Sahurnya gimana? Gak telatkan?" Rentetan pertanyaan keluar dari mulutku.
"Etta baik-baik aja kok, Nak. Tenang."
"Etta sih, udah tahu mau masuk Ramadan malah ngirim Uni ke sini. Kan gak ada yang nemenim Etta di sana."
"Siapa bilang Etta gak ada yang nemenin? Ada Rehan."
"Eh, Kak Rehan? Dia balik?"
"Iya, Ramadan kali ini ia gak keluar jadi mubalig."
"Ooo.. Kalau gitu udah dulu ya, Etta. Nanti Uni kabarin lagi."
"Iya. Kamu baik-baik di sana, belajar yang bener. Etta ngirim kamu ke sana bukan untuk main-main."
"Iya, Etta. Assaalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Sambungan telepon terputus.
Huft!
Aku menghempaskan tubuh di atas kasur, kulihat layar HP-ku telah menunjukkan pukul sembilan. Ah! Gak terasa udah pukul segitu aja. Duh, badanku terasa pegal semua. Capek banget. Sedikit menyesal telah mengiayakan ajakan anak-anak tadi untuk jalan-jalan usai pengajian, katanya sih sebentar gak tahunya lama. Tahu gitukan, mending aku gak usah ikut. Malah tadi panggilan masuk Etta banyak banget lagi. Ah! Pasti mengira aku gak belajar baik-baik nih, tapi semoga saja Fung Anna menjelaskan kalau Etta nelepon balik ke beliau.
Merasa mendingan, aku bangun lagi. Hmm, enaknya ngapain ya? Anak-anak pada di kamar masing-masing, paling mereka baca Alquran. Mau tidur siang, masih lama dan gak mungkin juga kan? Soalnya usai Zuhur nanti anak-anak bakal ngajak aku ikut pesantren. Baca buku? Halah, novel-novel koleksi terbaruku masih di rumah. Main game? Game apaan coba? Udah dicopot semua. Hadeh, benar-benar membosankan untuk beberapa jam ke depan nih. Gawat! Aku harus cari kebiasaan biar gak bosan.
Sesaat aku termenung, mencoba berpikir dengan jernih. Ayolah, Uni!
Satu detik!
Dua detik!
Tiga detik!
Duh, belum nemu juga nih.
Sekali lagi aku menatap layar HP yang sudah tergeletak tak berdaya di atas kasur. Hah?! Pukul 10? Cepat bener. Padahal Cuma mikir doang, tahu-tahu udah pukul segitu. Masa iya mageran sampai Zuhur di sini sih. Ucchhhh..
A-ha!
Mending cari Fung Anna aja. Segera aku bangkit dari dudukku, HP sudah kutaruh di sembarangan tempat. Ah! Peduli amat dengan benda canggih yang satu itu. Emm, Fung Anna ke mana ya? Coba tanya anak-anak, deh.
Pas banget, begitu aku keluar dari kamar aku mendapati Gea membaca buku (kalau gak salah tebakanku itu pasti novel, hmm asyik nih bisa dipinjem nanti. Hihihi)
"Dik, liat Fung Anna, nda?" tanyaku di dekat sofa.
"Aiii., nda kuliat-i, Kak," jawabnya dengan logat Bone yang kental.
"Oh iya, deh. Makasih, Dik," kataku melangkah keluar.
Tapi begitu sampai di ambang pintu, aku balik lagi menghampiri Gea, "Adik suka baca novel?" aku menghampiri dan duduk di sampingnya.
"Banget, Kak. Ini lagi baca novel," ia memperlihatkan buku yang dipegangnya sedari tadi. (Nah, kan? tebakanku benar.)
"Kakak tahu kok. Eh, tapi kenapa baca novel? Emang gak baca Alquran?"
"Nah, itu masalahnya, Kak. Tadi begitu baca Alquran, Gea kebelet. Jadi, Gea ke WC, tahu-tahu Gea kedatangan tamu. Ah! Nyebelin deh, tahu gitu Gea gak ikut sahur aja tadi Subuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf dalam Doa || SELESAI
Teen FictionUni gak pernah tahu alasan ayahnya mengirim ia ke pondok. Pun dengan Radi, tak pernah tahu bahwa pertemuannya dengan seorang wanita di halte membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Mereka hanya tahu bahwa apa yang diperintahkan adalah tugas yang haru...