Uni's Pov
"What? Jadi ini nomor bukan punya Kak Rehan?" sontak aku berteriak mendengar penjelasan Kak Rehan di seberang sana.
"Maksudnya ini gimana, Kak? Aku gak ngerti loh."
"Kemarin HP Kakak tiba-tiba gak bisa nyala padahal mau hubungi Fung Anwar, jadinya Kakak minjem HP teman Kakak."
"Terus kenapa Kakak gak bilang kalau nomor ini bukan punya Kakak?" aku mengigit bibirku. Jujur ya aku syok banget mendengar penjelasan Kak Rehan kalau sebenarnya dia gak ganti nomor, dia cuma pinjam HP temannya buat hubungi aku karena HP-nya lagi rusak.
Gak masalah sih sebenarnya karena Kak Rehan udah jelasin barusan, yang jadi masalahnya itu kemarin malam aku curhat habis-habisan sama yang punya nomor. Pesan aku juga gak sopan banget, asli, isi pesan aku tuh gak ada tata kramanya. Ya, mau gimana coba. Aku bener-bener ngira nomornya Kak Rehan, sebab nomor yang satunya gak aktif. Tahu-tahu nomor temannya.
Sumpah!
Bikin aku malu banget.
Mana lagi teman Kak Rehan nanggepin pesan aku, tapi bukan salah dia juga sih soalnya aku yang minta buat balas pesan aku. Abisnya aku kira Kak Rehan. Eh! Ternyata bukan.
"Jadi, HP Kakak sekarang gimana?"
"Rencananya baru Kakak mau bawa ke servis HP."
"Oh gitu." Aku mengkerucutkan bibirku.
"Iya. Ya udah, Kakak tutup ya."
"Iya, Kak."
"Fung Anwar beneran udah berangkat kan?"
"Iya, Kak. Sejam yang lalu kayaknya."
"Oh oke. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Aku menghempaskan tubuhku dengan kasar di atas kasur. Kedua telapak tanganku menutupi wajahku. Aku masih gak percaya. Bisa-bisanya aku salah chat orang kayak gini.
⸙⸙⸙
Radi's Pov
"Udah?" tanyaku begitu Rehan menyerahkan HP milikku.
"Iya, aku udah jelasin semua."
"Syukurlah kalau gitu, berarti sudah gak ada kesalahpahaman lagi," aku lega mendengarnya.
"Hehehe, iya, Rad. Aku juga minta maaf kalau selama ini udah berusaha kenalin kamu sama sepupuku. Aku gak tahu kalau sebenarnya kamu udah punya wanita pilihan."
"Iya, Rey. Gak apa-apa kok."
"Btw, sejak kapan kamu punya wanita pilihan? Kenapa gak pernah cerita padaku?"
"Sudahlah, Rey. Nanti aku cerita, lebih baik sekarang kita berangkat. Bukannya kamu ingin singgah perbaiki HP-mu?" aku beranjak keluar dari kamar perpustakaan sepupunya sembari membawa buku yang akan kubaca beberapa hari ke depan.
"Baiklah-baiklah, Rad. Kau sudah berjanji akan menceritakan sosok wanita itu, nanti aku tagih."
"Iya-iya."
Aku mengiyakan ucapan Rehan dengan malas, dia kalau penasaran gak pernah sabaran. Mau langsung tahu secepatnya.
⸙⸙⸙
Setelah singgah di tempat servis HP, kami melanjutkan perjalanan ke masjid. Namun sebelum ke sana, aku singgah dulu ke rumah Pak Irwan guna mengambil kumpulan buku amaliyah ramadan anak-anak yang akan kubagikan kepada mereka selesai salat Zuhur sesuai perkataan Rehan tadi subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf dalam Doa || SELESAI
Teen FictionUni gak pernah tahu alasan ayahnya mengirim ia ke pondok. Pun dengan Radi, tak pernah tahu bahwa pertemuannya dengan seorang wanita di halte membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Mereka hanya tahu bahwa apa yang diperintahkan adalah tugas yang haru...