Uni's Pov
Habis dari masjid salat tarawih bukannya langsung tidur, aku malah sibuk baring-baringan memainkan ponselku. Membuka-tutup dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya tanpa berniat menetap dan membaca apa saja yang terdapat dalam aplikasi tersebut. Hingga aku teringat dengan sosok penceramah tadi di masjid. Serius itu dia?
Jujur ya, aku masih gak habis pikir dengan permainan semesta atas hal yang terjadi pada diriku. Dari ratusan desa yang ada di kabupaten ini, kenapa harus dia yang jadi mubalig di desaku? Bukannya aku tak menginginkan dia sih, hanya saja apa ini tidak terlalu kebetulan sekali? Pemuda yang tak sengaja aku temui di halte itu jadi mubalig di sini? Wow, benar-benar seperti skenario film kan?
Oke, berenti bahas dia. Biar bagaimana pun ini udah ketentuan, boleh jadi memang beginilah yang terjadi dan rencana semesta. Hanya saja skenarionya benar-benar penuh dengan kejutan.
Oh iya hampir lupa juga tadi tuh pas dia mulai ceramah aku merhatiin dia, tapi bukan artian merhatiin seperti yang kalian maksud. Aku merhatiin gaya dia ceramah dan isi ceramah dia, cuma mau mastiin apa benar yang diucapkan Etta beberapa hari lalu atau enggak? Bisa aja kan Etta melebih-lebihkan, lagi pula aku masih belum percaya kalau teman Kak Rehan lebih hebat dari Kak Rehan secara Kak Rehan itu penceramah favorit aku.
Tapi itu sebelum melihat teman Kak Rehan ceramah, soalnya setelah aku ngeliat langsung ternyata ucapan Etta benar. Teman Kak Rehan jauh lebih hebat dibanding Kak Rehan, bukan maksud aku jelek-jelekin Kak Rehan. Seperti yang kukatakan sebelumnya bahwa Kak Rehan itu penceramah favoritku, namun udah beralih setelah melihat temannya ceramah.
Asli, gak monoton, bahasanya ringan mudah dipahami, dan pastinya bikin kita mau denger lagi padahal udah abis. Jujur ya, pertama denger aku langsung nge-fans (maaf ya Kak Rehan, aku beralih idola). Kalau boleh ngarep juga, pengen deh dia jadi pemilik tulang rusukku.
Aduh, Uni!
Kok mikir yang iya-iya sih, sampai ke situ juga, udah-udah istigfar gak?
Astagfirullah!
Lagian kan kamu udah dijodohin, ngapain ngarep-ngarepin hal yang gak mungkin? Ingat! Kamu udah dijodohin dan kamu udah setuju sama rencana perjodohan itu!
Huft!
Kan cuma kalau, gak masti jadi juga. -_-
Aku langsung memukul-mukul kepalaku, bisa-bisanya aku kepikiran kek gitu. Ya, gak mungkin banget kan? Cukup sudah permainan semesta yang terjadi pada diriku selama ini, udah ya?
Uni capek tahu!
Kebetulan-kebetulan ini cukup sampai di sini saja.
Aku gak kuat!
Aku menarik selimut, memaksa mataku untuk terpejam. Namun tetap saja gak bisa, soalnya masih mengganjal.
Aku kepikiran soal Kak Rehan, soal dia punya teman jago ceramah gitu.
Tapi kok Kak Rehan gak pernah ngenalin ke aku ya?
⸙⸙⸙
Radi's Pov
Astagfirullah!
Aku seketika beristigfar begitu bayangan sepupu Rehan terlintas di pikiranku. Ini sudah kelewat batas, tak seharusnya aku memikirkannya, dia bukan mahramku dan lebih dari itu dia sudah dijodohkan.
Ya, aku memang tidak tahu perihal keputusan sepupu Rehan setelah menunaikan salat istikharah. Terlepas dari apakah dia menerima atau menolak itu bukan urusanku, karena bagaimana pun juga aku tak seharusnya mengharapkannya. Mimpiku akan bertemu kembali dengan gadis penunggu halte itu memang terwujud, hanya saja di situasi yang tak pernah aku sangka-sangka. Aku gak pernah berpikir bahwa gadis penunggu halte itu ternyata sepupu Rehan, itu sungguh di luar dugaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf dalam Doa || SELESAI
Teen FictionUni gak pernah tahu alasan ayahnya mengirim ia ke pondok. Pun dengan Radi, tak pernah tahu bahwa pertemuannya dengan seorang wanita di halte membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Mereka hanya tahu bahwa apa yang diperintahkan adalah tugas yang haru...