Radi's Pov
Aku merebahkan tubuhku, seharian ini aku sibuk meladeni para tamu yang turut serta mengantarku sampai rumah. Ada sekitar lima mobil dan isinya penuh semua. Rehan juga turut serta mengantarku, ikut di mobil Pak Kades bersamaku.
Hanya saja yang aku heranin, kok sepupunya gak kelihatan ya dari tadi? Apa ia gak ikut? Bukannya kemarin malam Rehan bilang di chatting-an bakal ngajak Uni?
Tapi, untuk apa aku pikirin? Bukannya bagus? Setidaknya usahaku untuk menghindarinya membuahkan hasilkan?
Aku memejamkan mataku, rasa lelah yang menggerogotiku membuatku sulit untuk bergerak. Bersistirahat beberapa menit nampaknya dapat memulihkan tenagaku sedikit.
Allahu akbar, Allahu akbar.
Mataku yang terpejam sontak terbuka lebar mendengar suara azan berkumandang. Aku segera bangkit dan memeriksa jam di ponselku.
19.08 WITA.
Aku langsung berdiri dan berjalan menuju kamar mandi—berwudu.
Begitu keluar telah kudapati Abi dan Kak Ayyas telah bersiap-siap berangkat ke masjid.
"Loh, emang Abi sudah kuat pergi ke masjid?" tanyaku.
"Kamu kira Abi ini sakit keras apa? Sampai-sampai ke masjid saja tak bisa?" protes Abi tak terima dengan ucapanku.
"Ya, enggak, Bi. Cuma Abi kan pernah masuk rumah sakit."
"Udah, Rad. Kita berangkat pakai mobil kok," Kak Ayyas menengahi.
Aku mengangguk dan berjalan ke arah mereka.
⸙⸙⸙
Uni's Pov
"Itu tadi yang datang teman kuliah kamu?" tanya Etta di sela-sela makan malam.
"Iya, Etta."
"Orang mana semua?"
"Uli dari Ujungpero, Nurul dari Salojampu, kalau Devi dari Kampiri," jawabku usai menelan makanan di mulutku.
"Bukannya ada tujuh? Kenapa yang tadi datangnya cuma tiga orang?"
"Enggak sempat Etta, Niar lagi keluar sama keluarganya, Hasna lagi kedatangan tamu dari jauh, Ana dilarang sama neneknya, kalau Irah kejauhan rumahnya kan di perbatasan, Etta," jelasku.
Etta mangguk-mangguk.
"Kak Rehan belum pulang Etta?" tanyaku mengingat sudah Isya tapi Kak Rehan belum balik-balik juga.
"Paling sebentar lagi, pukul 9 atau 10."
"Oh."
Kami terhanyut dengan makanan di depan kami, untuk kedua kalinya makan malam dengan burasa dan tumbu, sehubung keduanya belum habis dan aku masih malas untuk memasak nasi.
"Oh iya, Etta hampir lupa. Besok pagi kita siap-siap ke rumah sahabat Etta."
Sontak membuat aku tersedak, aku segera meneguk air banyak-banyak.
"Kamu kenapa, Nak? Kamu baik-baik aja kan?" Etta khawatir melihatku.
"Gak apa-apa, Etta," jawabku begitu selesai minum dan menetralkan perasaanku sebelum melanjutkan acara makan malam.
"Kamu dengarkan ucapan Etta?" tanya Etta usai meneguk air putih.
"Dengar, Etta. Tentang kunjungan ke rumah sahabat Etta kan?"
"Iya, sekaligus membahas perihal rencana perjodohan kamu dengan keponakannya."
"Emang harus besok ya, Etta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf dalam Doa || SELESAI
Teen FictionUni gak pernah tahu alasan ayahnya mengirim ia ke pondok. Pun dengan Radi, tak pernah tahu bahwa pertemuannya dengan seorang wanita di halte membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Mereka hanya tahu bahwa apa yang diperintahkan adalah tugas yang haru...