Uni's Pov
Sepulang dari salat Id, aku langsung mempersiapkan segalanya. Menata kue-kue kering yang sempat kubeli dua hari yang lalu bersama Kak Rehan di kota, serta merapikan bantalan sofa yang berserakan karena tak sempat aku beresin tadi malam.
Selesai urusanku di ruang tengah, aku masuk ke dapur menyiapkan tumbu dan burasa—dua kuliner wajib dihidangkan saat lebaran bersama opor ayam.
Tumbu sendiri ialah sebuah makanan terbuat dari beras ketan hitam atau putih yang dimasak, begitu matang langsung diberi santan dan dibungkus daun dengan bentuk bulat. Sedangkan burasa adalah salah satu jenis makanan yang menurut aku masih memiliki kekerabatan dengan lontong dan ketupat sebab olahan berbahan dasarnya beras, hanya saja yang membedakannya ialah burasa dimasak khusus dengan campuran santan. Bentuknya gak jauh beda dengan lontong, cuma agak pipih aja sih dan dimasak dengan cara tersendiri dengan waktu kurang lebih 6 jam.
Aku sendiri sebenarnya tidak membuat tumbu dan burasa, aku hanya menyuruh Kak Rehan memesan ke tentangga sebelah, sebab cara kerja kedua makanan ini amatlah susah dan aku tidak berpengalaman membuat makanan semacam itu.
Hampir sejam aku berkutat di dapur, akhirnya semuanya beres. Tinggal menikmati makanan yang tersaji di atas meja, mengingat saat berangkat tadi aku cuma memakan sedikit burasa karena disuruh Kak Rehan, katanya makan sebelum berangkat salat Id pada hari raya Idul Fitri hukumnya sunah. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan dari jalur Anas bin Malik, ia berkata, "Pada hari raya Idul Fitri, Nabi SAW. tidak keluar (salat) hingga makan beberapa butir kurma" (H.R. Ibnu Majah 1744).
Beda lagi kalau salat Idul Adha, kita dianjurkan untuk tidak makan berangkat salat Id hingga kembali. "Pada hari Idul Fitri, Rasulullah SAW. tidak keluar untuk salat hingga beliau makan terlebih dahulu. Sementara pada hari raya kurban (Nahr) beliau tidak makan hingga kembali (dari salat)" (H.R. Ibnu Majah 1746).
"Baru keluar sebentar, tahu-tahu udah siap aja nih di belakang." Entah sejak kapan Kak Rehan sudah berdiri di ambang pintu memandang makanan yang tersaji di atas meja.
Aku tak menanggapi ucapannya, masih sibuk mengambil air minum dan menyimpannya di atas meja.
"Etta mana?"
"Ada di luar, mau dipanggilin?"
"Iya, Kak. Sekalian deh kita makan bareng, mumpung belum ada tamu," ucapku.
Tanpa disuruh dua kali, Kak Rehan melangkah keluar memanggil Etta yang sedang duduk-duduk di beranda depan menunggu tamu. Biasanya tamu yang datang awal-awal itu anak-anak, Etta sangat senang bila kedatangan mereka sebab rumah jadi ramai terus begitu pulang, Etta akan memberinya angpao lebaran satu per satu hal yang selalu anak-anak incar saat pergi silaturahmi.
Tak lama kemudian Kak Rehan kembali lagi bersama Etta, kami pun akhirnya menikmati makan bersama.
⸙⸙⸙
Radi's Pov
Sore ini usai salat Asar, aku berniat bersilaturahmi ke rumah Fung Anwar. Sudah lama sekali aku tak berkunjung ke sana, semenjak anak gadisnya pulang dari pesantren dan bertemu dengannya saat ingin mengembalikan buku. Ini kali pertama aku berkunjung ke sana usai pasca pertemuan itu kurang lebih seminggu yang lalu.
Tadi usai menunaikan salat Id aku bertemu Rehan di tempat parkir, sepertinya dia baru ingin meninggalkan tempat parkir tapi urung begitu melihatku berjalan ke arahnya. Di jok belakang motor, terdapat sepupunya yang duduk menyamping. Ia terlihat kaget begitu melihatku, namun dalam sekejap langsung bersikap biasa-biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf dalam Doa || SELESAI
Teen FictionUni gak pernah tahu alasan ayahnya mengirim ia ke pondok. Pun dengan Radi, tak pernah tahu bahwa pertemuannya dengan seorang wanita di halte membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Mereka hanya tahu bahwa apa yang diperintahkan adalah tugas yang haru...