Episode 9

302 40 0
                                    

Radi's Pov

Usai pengajian lepas Asar tadi, Rehan mengajakku ke Masjid Tua yang letaknya tepat di depan sekolah MIS As'adiyah 49 Tosora samping Masjid Ummul Huda. Sebenarnya sejak kedatanganku kemari beberapa hari yang lalu, aku sudah berencana ke sana terlebih lagi lokasinya sangat dekat. Tapi, entah kenapa aku selalu tidak berkesempatan ke sana hingga akhirnya Rehan mengajakku sore ini.

Begitu masuk di kawasan Masjid Tua, pandanganku langsung disambut beberapa kawula muda yang duduk bersantai di taman depan. Beberapa di antaranya seumuran anak sekolahan duduk berkelompok sibuk dengan handphone masing-masing, kepalanya menunduk takzim fokus pada benda sebesar telapak tangan. Kemungkinan besar mereka lagi mabar alias main bareng, entahlah aku tak tahu mereka main game online apaan. Anak muda zaman sekarang ada banyak istilah dan segala bentuk aktivitas yang tak kumengerti. Selain mabar, tak sedikit juga kulihat anak remaja lainnya sibuk selfi-selfi di sekitar Masjid Tua utamanya bagi remaja cewek dengan berbagai pose yang bikin geleng-geleng kepala.

"Yuk!" ajak Rehan masuk di area Masjid Tua yang menurutku menjadi ikon desa ini. Bagi yang berkunjung ke sini, sangat di sayangkan bila mereka tidak menyempatkan singgah dan berpose di depan bekas masjid yang hanya tersisa tempat imam salat serta beberapa bagian berdiri kokoh akibat ulah Belanda.

"Kamu gak berniat berfoto di depan?" tanya Rehan begitu aku tiba di dekatnya, sebab tadi aku singgah berziarah di makam Assyiekh Al-Habib Jamaluddin Al-akbar Al-Husein yang mana diduga mempunyai hubungan darah dengan Nabi Muhammad SAW.

"Enggak," jawabku.

"Kenapa?"

"Besok-besok sajalah, aku tidak bawa HP."

"Hmm, ya udah. Kita keliling-keliling saja kalau begitu."

"Iya."

Ya, sejak tiba di Tosora aku jarang memegang benda seukuran telapak tangan itu. Fokusku semuanya tertuju pada tanggung jawabku sebagai penceramah serta beberapa kegiatan rohani lainnya selama aku tinggal di sini. Bahkan mengaktifkan dataku saja rasanya malas, padahal jaringan di desa ini sangatlah lancar. Entah sudah berapa banyak pemberitahuan yang masuk di HP-ku, entah itu ajakan reuni atau apalah. Aku tidak tahu.

"Kamu udah tahu cerita di balik Masjid Tua ini, Rad?" tanya Rehan kembali memecah keheningan kami berkeliling.

"Tentu saja, aku pernah membacanya di internet," jawabku.

"Baguslah kalau begitu, ternyata keingintahuan kamu perihal sejarah tidak berubah ya."

Aku terkekeh mendengar pernyataan Rehan. Sejak dulu aku memang sangat suka dengan sejarah. Makanya, setelah tahu kalau aku ditugaskan di Tosora. Aku sempat nyari-nyari terkait dengan desa Tosora di internet dan salah satu yang aku dapati itu perihal Masjid Tua atau biasa disebut Masjid Telur dan Assyiekh Al-Habib Jamaluddin Al-akbar Al-Husein.

 Aku sempat nyari-nyari terkait dengan desa Tosora di internet dan salah satu yang aku dapati itu perihal Masjid Tua atau biasa disebut Masjid Telur dan Assyiekh Al-Habib Jamaluddin Al-akbar Al-Husein

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Taaruf dalam Doa || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang