Episode 22

241 23 0
                                    

Uni's Pov

Aku terbangun, tanganku meraba-raba meja samping ranjangku mencari sesuatu—HP. Begitu dapat, langsung kunyalakan dan melihat layarnya. Di pojok kanan atas, jelas kulihat waktu telah menunjukkan angka 02.39.

Seketika aku bangkit dari pembaringanku, lantas berjalan menuju kamar mandi—berwudu. Sesuai saran Kak Rehan, aku memutuskan untuk salat istikharah. Mungkin itu adalah saran terbaik untukku, secara salat istikharah merupakan salat yang dilakukan dengan maksud meminta petunjuk kepada Allah atas masalah yang kita hadapi atau memutuskan sesuatu saat kita merasa di ambang keragu-raguan.

Dua hari yang lalu, aku juga dapat materi ini saat pesantren. Jadi, aku tidak susah-susah lagi bertanya sama Kak Rehan perihal tata caranya atau mencarinya di internet.

Usai berwudu, aku memakai mukenah dan mendirikan salat istikharah. Berharap dengan melaksanakan salat ini, aku bisa memutuskan sesuatu dalam hidupku. Antara menerima perjodohan ini atau menolaknya. Seperti yang dikatakan Kak Rehan, aku tak ingin menjadi anak durhaka karena keegoisanku. Maka, aku berharap semoga Allah memberiku titik cerah atas masalahku saat ini.

Tak lama setelah aku menunaikan salat istikharah, aku mendengar suara-suara dari luar. Tak perlu membuka pintu kamar untuk memastikan suara-suara itu, sebab aku sangat yakin suara itu adalah suara anak-anak yang bersiap-siap menunaikan salat tahajjud sebelum terjun ke dapur menyiapkan makanan sahur.

Aku segera bangkit dari dudukku, meninggalkan gelaran sajadah yang baru saja kupakai dengan Alquran di atasnya. Rencananya usai salat istikharah, aku ingin melanjutkan bacaan Alquranku tetapi urung setelah mendengar ketukan pintu.

"Eh, Kak Uni udah siap ternyata, baru Narti kasih bangun. Hehehe," ucap Narti begitu aku membuka pintu kamar.

Aku tersenyum, "Yang lain udah siap, Dik?"

"Iya, Kak, udah kumpul di ruang tengah."

"Ya sudah, Kakak ambil sajadah dulu," ucapku.

Narti mengangguk kemudian berjalan ke ruang tengah. Aku segera mengambil sajadah yang kupakai salat tadi, sementara Alquran kusimpan di atas nakas.

Bagiku, salat kali ini mungkin berbeda dengan salat-salat yang telah berlalu. Bukan karena penghuni rumah Fung Anna berkurang, lantara sebagian anak-anak telah pulang kampung melainkan karena kali ini salat kami akan diimami oleh Etta setelah sebelum-sebelumnya diimami oleh Fung Anna.

Tiba-tiba saja aku teringat dengan ucapan Etta tadi malam, perihal perjodohan itu. Kalau misalnya aku terima, aku yakin lelaki yang dijodohkan denganku adalah lelaki baik-baik. Etta gak mungkin jodohkin aku dengan sembarang orang, dia pasti memilih lelaki yang taat beribadah, minimal sepertinya. Jadi, tiap malam kita akan menunaikan salat tahajud berjamaah terus dilanjutin baca Alquran. Duuhhh, so sweet banget.

"Kak Uni kenapa senyam-senyum gitu?" tegur Gea tapi berbisik.

Aku menjawab teguran Gea dengan gelengan kepala, secara salat baru saja mau dimulai.

Haduh, Uni! Mulai halu lagi kan?!

⸙⸙⸙

Radi's Pov

"Sabar ya, Dik! Satu-satu, nanti kebagian semua kok," kataku bermaksud agar tidak berdesak-desakan.

Namun yang namanya anak-anak, mana peduli ia dengan ucapanku. Ia semakin mengurumuniku sembari menyodorkan buku amaliah ramadannya untuk ditanda tangani membuatku kewalahan.

"Adik-adik, mending buku amaliah ramadannya dikumpul sama Kakak. Nanti Kakak kasih sama ustadznya, terus Zuhur nanti Kakak balikin, gimana?"

Aku menghentikan aktivitasku menandatangani buku amaliah ramadan di depanku begitu mendengar saran tersebut yang keluar dari mulut Rehan, nampaknya dia sudah jengah melihatku dikerumun anak-anak.

Taaruf dalam Doa || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang