Episode 28

220 27 0
                                    

Uni's Pov

Aku merentangkan tubuhku di atas sofa begitu selesai buka puasa dan menunaikan salat Magrib, rasa letih yang menyerangku benar-benar membuatku seperti patung. Tanganku mengambil remote TV dan menekan tombol on, kemudian memilih channel yang menurutku baik untuk ditonton sambil meredakan nyeri pada tubuhku akibat perjalanan pulang.

"Kamu gak mau pergi tarawih, Nak?" tanya Etta kepadaku begitu beliau keluar dari kamar lengkap dengan baju kokoh, sarung motif klasik, serta peci di kepalanya.

"Enggak, Etta. Uni tarawih di rumah aja, masih capek," jawabku dengan tatapan beralih ke TV.

"Ya, sudah kalau begitu, Etta berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Sepeninggalan Etta, aku memperbaiki posisiku mencari tempat yang nyaman guna menikmati tayangan televisi yang tersaji di depan mataku. Sudah tiga minggu aku tak melihat benda ini dan rasanya seperti bertemu dengan kawan lama.

Begitu tayangan TV-nya habis, aku beranjak dari tempatku masuk ke dalam berniat salat Isya sekaligus tarawih. Kalau dipikir-pikir, ini tarawih pertamaku di rumah, sebab dulu-dulunya selalu aku laksanain di masjid secara berjamaah. Baru selesai salat aku kembali ke ruang tengah dengan beberapa camilan sebagai teman nontonku. Tadi sebelum pulang, aku memang sempat singgah di salah satu toko swalayan membeli beberapa camilan.

Aku pun menikmati tayangan TV dengan nikmat sambil ngemil, hingga tak sadar Etta telah kembali dari masjid bersama Kak Rehan karena begitu mereka pulang aku sudah tertidur di ruang tengah.

⸙⸙⸙

Aku terbangun tepat pukul tiga dini hari.

Aku tak begitu kaget mendapati diriku berada di kamar, sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil tidur di ruang tamu tanpa sadar. Paling-paling Etta atau Kak Rehan yang membopongku ke kamar.

Begitu keluar kudapati Kak Rehan juga keluar dari kamar perpustakaanku. Selama bermalam di rumah, dia memang tidur di sana lantara hanya tiga kamar yang tersedia di rumah ini yaitu kamar Etta yang ada di belakang, kamarku, terus kamar perpustakaan yang berada di ruang tengah sebelah kiri. Sebenarnya itu kamar tamu, tapi dari pada nganggur gak terpakai jadi aku sulap aja jadi kamar perpustakaan. Hehehe.

"Loh kamu udah bangun?" kaget Kak Rey melihatku sudah keluar dari kamar.

"Iya, Kak."

"Mau salat malam bareng? Kayaknya Fung Anwar udah bangun juga."

"Boleh, Kak," kataku menyetujui usulan Kak Rehan.

Dulu meski aku tidak mondok seperti Kak Rehan, aku sudah terbiasa bangun untuk salat malam berjamaah dengan Etta dan Ummi. Sebab salah satu kebiasaan yang sering diterapkan di rumah ini ya salat malam. Kak Rehan juga tidak heran, karena dia sering bermalam di rumah jika rumahnya kosong kayak sekarang sebab orang tuanya pergi umrah. Jadi kadang Kak Rehan jadi imam salat gantiin Etta.

Usai salat, aku menuju dapur mempersiapkan makanan sahur. Kali ini aku yang mengambil alih pekerjaan, Etta dan Kak Rehan kubiarkan saja duduk santai menonton TV di ruang tengah sembari menunggu menu sahur tersedia.

Tidak banyak yang kukerjakan sebenarnya sebab nasi sudah siap di rice cooker, hanya lauknya saja itu pun lauk sederhana seperti telur dadar, tempe goreng, dan mi siram sebagai kuahnya. Kenapa? Ya, karena cuma itu yang kutemui di dalam lemari es.

Roma-romanya sejak aku dikirim ke pesantren, Etta dan Kak Rehan cuma makan yang instan. Jelas banget, di dalam lemari es tadi isinya cuma mi dan telur kebanyakan.

Taaruf dalam Doa || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang