Episode 18

251 25 0
                                    

Uni's Pov

Waktu cepat sekali berlalu, tak terasa sudah 11 Ramadan. Itu artinya masih ada 18 atau 19 hari lagi waktu kita menikmati Ramadan sebelum menyambut hari kemenangan—hari raya Idul Fitri.

Pagi ini, usai melaksanakan salat subuh, aku bersama beberapa jamaah masjid duduk melingkar melakukan pengajian. Ini adalah hari ketigaku mengikuti kegiatan rutin ini pasca haid, mengabaikan ajakan anak-anak mengikuti JJS atau disebut jalan-jalan subuh seperti yang aku lakukan saat hari pertama Ramadan. (Tentu saja mereka tidak ikut pengajian, sebab mereka lebih memilih membaca Alquran di rumah ketimbang di masjid, terlebih bacaan Alquran mereka lancar, bahkan mungkin saat menutup mata pun tak masalah baginya karena memang ia hafal).

Ya, dengan terpaksa juga sih sebab Fung Anna sudah terlanjur memberitahu ketua kelompok pengajian ini, dari pada diomeli lebih baik aku turuti sajalah. Tak apa, setidaknya kegiatan ini membuatku lupa dengan hal yang menimpaku beberapa hari yang lalu, apalagi dengan adanya kegiatan ini bacaanku yang awalnya tersendak-sendak perlahan menjadi lancar kembali (tentu saja karena aku jarang membuka Alquran, astagfirullah!).

Tepat jarum pendek menujukkan angka 6, pengajian pun berakhir.

Aku pun berjalan keluar masjid berniat kembali ke rumah Fung Anna. Aku tak memikirkan anak-anak, boleh jadi mereka masih menikmati JJS-nya, eh maksudku JJP-nya secara sekarang sudah pagi bukan subuh lagi.

Namun siapa sangkah? Ternyata mereka duduk manis berjajaran di teras masjid entah membicaran apa.

"Hayoo, kalian ngomong apa serius banget?" ucapku seketika membuat mereka kaget dan berbalik ke arahku.

"Eh, Kak Uni!" kaget Gea.

"Sejak kapan ki keluar, Kak?" tanya Narti.

"Barusan," jawabku memutuskan duduk di antara mereka.

"Kalian ngebahas apa sih?" tanyaku ingin tahu menatap satu per satu wajah mereka.

"Ada deh, Kak," sahut Ana penuh tanya yang diangguki teman-temannya membuatku mengerucutkan bibirku karena tak puas dengan jawabannya.

Melihat raut wajahku yang tak biasa memancing anak-anak untuk tidak menahan tawa. Jadilah aku hiburan gratis mereka beberapa saat sebelum tawa mereka mereda. Huu, menyebalkan bukan?

"Eh, teman-teman. Gak kerasa udah mau tengah Ramadan aja nih," Tari mengalihkan pembicaraan hingga tawa mereka reda lebih cepat dari dugaanku.

"Hmm, iya nih, gak kerasa ya," sahut Nina—remaja yang kukenal paling pendiam di antara mereka.

"Udah ada rencana pulang kampung belum?"

"Kalau aku sih rencananya sepekan sebelum hari raya."

"Aku kayaknya pertengahan deh."

"Aku juga paling sepekan sebelum hari raya."

"Hmmm, akunya belum tahu kapan mudik. Hehehe."

Aku hanya diam mendengar obrolan mereka yang membahas perihal pulang kampung, ada yang pulangnya pertengahan nanti, ada juga sepekan sebelum hari raya, tapi tak banyak dari mereka juga bingung kapan pulkamnya. Aku menghela napas memperhatikan mereka, dari raut wajahnya jelas dapat kutarik kesimpulan ada rasa sedih, senang dan bingung.

Sedih karena mereka gak akan sama-sama dalam jangka waktu yang lama, senang karena sebentar lagi mereka akan berkumpul dengan keluarga menyambut hari raya, dan bingung karena tak tahu pulangnya harus kapan sebab semakin dekat hari raya akan semakin macet perjalanan utamanya bagi mereka yang harus menyeberang pulau dan lautan.

Obrolan perihal pulang kampung itu ternyata memakan waktu lumayan lama, tak terasa matahari sudah berada di sudut enam puluh derajat. Mereka pun mengakhiri obrolannya dan memutuskan untuk kembali ke rumah Fung Anna. Firasatku mengatakan bahwa obrolan perihal pulang kampung ini akan dilanjutkan di rumah usai mereka mandi dan membaca Alquran. Aku memang bukan peramal, tapi entah mengapa aku sangat yakin akan hal itu.

⸙⸙⸙

Radi's Pov

Aku sampai rumah pukul 9.

Usai salat subuh tadi aku tak langsung pulang, melainkan ikut mendengar ceramah dan membaca Alquran hingga satu juz. Setelah itu aku berjalan-jalan santai sambil sembari berbincang dengan tetangga yang searah denganku. Aku memang tak menggunakan kendaraan, menurutku selama masih bisa ditempuh dengan jalan kaki kenapa mesti menggunakan kendaraan? Lagi pula berjalan kaki pada pagi hari banyak sekali manfaatnya.

Sampai rumah, kudapati Abi dan Ummi di ruang keluarga. Tampak kulihat Ummi memberi obat kepada Abi untuk dikonsumsinya. Ya, sejak pulang dari rumah sakit, beberapa waktu ke depan Abi dilarang untuk berpuasa demi kesehatannya.

Aku melangkah masuk ke kamar, mandi dan istirahat sembari mengecek notifikasi dari HP-ku dan kabar dari Rehan tentunya.

Begitu kuaktifkan dataku, seketika bunyi beruntun terdengar dari HP-ku. Segala notifikasi dari aplikasi media sosial memenuhi layar HP-ku. Aku mendiamkannya beberapa menit hingga tak lagi terdengar bunyi notifikasi. Begitu senyap, aku langsung membuka layar HP-ku dan langsung membuka aplikasi grup alumni.

Aku tak lagi membaca pesan-pesan sebelumnya yang sebagian besar tidak berfaedah (karena kebanyakan bukannya chat tapi ngirim stiker -_-), mataku langsung tertuju pada pesan terakhir yang dikirim oleh Ilham subuh tadi.

Ilham
Nama-nama yang ikut Bukber 12 Ramadan:
1. ilham
2. reza
3. @langitbiru
4. @pengagumsenja
5. @raka
6. @azis
7. @nando
8. anjas
9. amin
10. akbar
11. @senja
12. @lautmerah
13. @agenmakanterustapigakgemuk
14. Fitian
15. @Radityaa
16. purnama
17. putra
18. dewa
19. @~
20. @.
21. @naruto
22. @jasabangunsahur
23. @jomblo
24. @mia
25.
26.
27.
Jumlah yang ikut bukber ada 24 orang, bagi yang ingin ikut bisa isi listnya saja. terakhir besok sebelum zuhur ya, sebab tempatnya akan saya booking.

Ingat! Alamatnya sudah saya sampaikan di hari sebelumnya.

Semoga gak ada yang kesasar ya. Hehehe.

Wassalam.

Aku melogo melihat list nama nomor 24, itu bukannya nama cewek? Setahuku teman alumni MTs-ku cowok semua, kenapa sekarang malah ada nama cewek yang nyasar. Belum sempat aku berpikir terlalu jauh, sebuah pesan masuk dari grup alumni yang menjawab rasa penasaranku.

@jomblo
kau kah itu Dika? @mia

@mia
Hehehe, iya, Bro. @jomblo

@jomblo
Mia itu siapa? @mia

@mia
Nama istriku, hehehe @jomblo

purnama
Lah, udah nikah nih

dewa
Wah, parah-parah gak ngundang ini mah

@naruto
Kapan nikahnya, Bro? @mia

@mia
udah hampir satu tahun @naruto

@naruto
Wahh, moga langgeng, Bro

purnama
Jadi bukber nanti bawa istri doms

@mia
Hehe. Insyaallah @purnama

@jomblo
Sepertinya kita akan jadi obat nyamuk berjamaah ferguso

Aku menggeleng pelan membaca isi pesan tersebut, ternyata Dika toh. Seingatku dia anak yang paling kalem di kelas sebelah, gak nyangka aja kalem-kalem gitu ternyata menghanyutkan. Parah banget!

Aku menyimpan HP-ku di atas nakas, beralih menyentuh buku yang tergeletak bebas dekat HP-ku. Buku itu adalah buku adik sepupu Rehan yang kupinjam sebelum ke rumah sakit, sekarang buku itu sudah aku baca setengah. Isinya bagus banget. Tak perlulah aku kasih tahu kalian, takutnya kalian malah gak penasaran dan urung membeli bukunya. Hehehe.

Aku memutuskan untuk melanjutkan bacaanku mumpung masih di rumah, sebab besok aku sudah kembali ke Desa Tosora guna menjalani kewajibanku sebagai mubalig.

⸙⸙⸙

Taaruf dalam Doa || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang