Episode 19

248 28 4
                                    

Radi's Pov

Aku menatap layar HP-ku, memastikan alamat yang dikirim Ilham beberapa hari yang lalu. Takut tempatnya salah, tapi setelah kucocokkan alamat yang dikirim Ilham dengan keberadaanku saat ini sepertinya sudah benar. Aku mengedarkan pandanganku mencari nama kafe yang dimaksud Ilham.

Aku tersenyum senang begitu mendapati kafe persis yang Ilham kirim di grup alumni tepat di seberang jalan agak serong dari tempatku berdiri, segera kulangkahkan kaki menyeberangi jalan begitu kendaraan yang lalu-lalang sepi.

Ting!

Sebuah pesan masuk dari HP-ku.

Aku berhenti sejenak membaca pesan yang terkirim di grup alumni.

Ilham
Posisi?

Rupanya Ilham yang bertanya posisi kami masing-masing. Aku pun menanggapi pesan dari Ilham.

Radityaa
Depan kafe, mau masuk.

Ilham
Oke, masuk aja. Di dekat jendela ya.

Radityaa
Sipp

Aku melanjutkan langkahku yang sempat terhenti masuk ke kafe. Namun sebelum aku masuk, tiba-tiba saja seorang wanita keluar dari kafe menabrakku.

"Eh, maaf, Kak, saya gak sengaja," ucapnya merasa bersalah, dari suaranya terdengar seperti sedang menangis. Ia menunduk hingga aku tak melihat wajahnya, tapi aku merasa seperti mengenal dia dan entah bertemu di mana.

"Iya, gak apa-apa kok," jawabku santai.

"Sekali lagi, maaf, Kak. Assalamualaikum," pamitnya berlalu.

"Waalaikumussalam," aku menjawab salamnya seraya masuk kafe.

Begitu masuk, tampak kulihat Ilham duduk di sudut kafe dekat jendela melambaikan tangan ke arahku. Aku lantas berjalan ke arahnya setelah membalas lambaian tangan Ilham.

Kafe ini menurutku salah satu kafe yang desainnya minimalis tapi ruangannya luas. Konsepnya seperti sebuah ruangan biasa di dalam rumah, yang mana bangunannya berada di dalam duplex berlantai dua.

Tampilan ruangannya lebih terlihat layaknya ruang makan dengan meja makan kayu panjang yang dikelilingi kursi-kursi berwarna pastel sekitar dua belas saling berhadap-hadapan. Ada sekitar 12 meja panjang yang dikelilingi kursi, Ilham mem-booking dua meja yang letaknya dekat dari jendela.

Aku memilih duduk di meja kedua berseberangan dengan Ilham di dekat jendela dengan beberapa teman lainnya yang sudah tiba duluan. Melihat aku duduk di meja kedua, Ilham segera meninggalkan teman-teman di sana.

"Hai, Rad, apa kabar?" Ilham duduk di kursi depanku mengulurkan tangan menyalamiku.

"Alhamdulillah, baik," jawabku membalas uluran tangannya.

"Denger-denger abimu masuk rumah sakit?"

"Iya, beberapa hari yang lalu, tapi sudah keluar."

"Oh, syukurlah. Sakit apa memang?"

"Biasa, komplikasi gitu."

"Terus tugasmu sebagai mubalig bagaimana?"

"Syukurnya, aku ditugaskan di kampung Rehan dan Rehannya lagi gak keluar tugas. Jadi dianya aku suruh gantiin aku sementara waktu."

"Oh, iya."

"Kabarmu bagaimana? Aku dapat info katanya kamu diangkat jadi CEO muda ya?"

"Ternyata menyebar juga ya, padahal udah susah-susah aku sembunyiin."

Taaruf dalam Doa || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang