M e m b u r u k

196 11 0
                                    

3 Hari berlalu

Aku merasakan tubuh yang benar benar lemah, panas dingin, nafsu makan yang sangat berkurang, dan kepala yang terus menerus sakit, Keaadan ku memburuk.

Aku tipe orang yang sangat menyepelekan penyakit
"Ah paling cuma masuk angin, nanti juga sembuh" bahkan, minum obat pun enggan.

Semakin hari aku diamkan malah semakin parah, aku memberanikan diri untuk mengeluh, siapa lagi kalo bukan terhadap ibu?

"Bu, dari dua hari yang lalu kepala aku sakit, perutku mual, Dan badanku lemas" ucapku ketika bangun tidur

Ibuku segera mengecek suhu tubuh ku,
Benar benar panas, padahal aku sendiri sedang mengigil

"Hariini gausah ke sekolah, kita ke rumah sakit ya, nanti biar ibu izin ke wali kelas" ucap ibuku
"Gausah Bu, hariini aku masih ujian, aku gamau ujian susulan" tolak ku
"Baiklah, hariini ibu antar, pulang sekolah kita langsung ke rumah sakit"
"Tapi kayanya gausah deh, minum tolak angin juga cukup" tolak ku lagi lagi

Ah, aku tak suka mencium bau rumah sakit, apalagi nanti harus meminum obat yang banyak, aku gak bisa nelen obat-_

"Gaada penolakan" tegas ibuku

Baiklah, aku akan kerumah sakit, demi kesehatan ku, demi tugas tugas ku yang harus ku jalankan, demi ujian ku yang harus aku kerjakan dan demi bisa petakilan lagi disekolah hehe

Hari itu adalah mata pelajaran MTK yang diujikan, tangan ku gemetar, tulisan dan angka angka terasa berjalan jalan dengan sendirinya.
Akupun bingung, apa yang sedang terjadi pada ku?
Ingin bertanya apa yang ada didalam soal, tapi gengsi, teman laki laki ku yang disebelah gaboleh tau keadaan ku yang sebenernya.

"Ayo bisa! Gaboleh keliatan lemah"

Dengan terus beristighfar dalam hati, berdoa, meminta petunjuk, aku mengerjakan ujian dengan yakin-tidak yakin,
Entahlah, jangakan jawaban soal pun aku tidak bisa melihat.

"Lu kenapasi? Megangin kepala terus?" Tanya Raihan, teman sebelah ku
"Hah? Gapapa" jawab ku

Setelah pulang sekolah, Ibuku benar benar membawaku kerumah sakit
'yaiylah masa bercanda'

Sesampainya dirumah sakit
"Mau muntah" batinku, melihat banyak orang, mencium aroma aroma obat.

"Kenapa?" Tanya ibuku yang melihat ekspresi wajah ku tidak mengenakan
"Gapapa" jawabku
"Duduk sini dulu ya mbak, ibu mau ambil nomor antrian"
"Iya" jawabku singkat

Aku duduk di bangku antrian, bersama pasien pasien Yang lain, yang lebih lebih menderita dibanding aku, seharusnya aku bersyukur.

"Pasien 052" ucap resepsionis itu memanggil nomor antrian ku

Aku dan ibuku segera keruang
"Dokter poli umum"
Sebelumnya, aku ditanya umur, nama, asal sekolah, jurusan sekolah (heiiii, ini rumah sakit atau perusahaan yang sedang interview kerja?)

Setelah ditanya tanya, dokter mengeluarkan alat TENSI dan memakaikannya padaku, yang sebelumnya tak pernah sama sekali menyentuh tubuhku.

"80/90, Rendah" katanya (eh gaes aku lupa darahnya waktu itu berapa, pokoknya rendah :v)
"Ada keluhan apa?" Tanya bu dokter tersebut
"Mual, pusing, lemes, kepala 7keliling, liat tulisan kabur, panas dingin, pilek, sering bersin" jawabku dengan bawel
"Hati baik baik ajakan? Haha" tanya bu dokter sambil tertawa
"Alhamdulillah aman :v"

"Oke, kamu kena darah rendah, banyakin makanan yang mengandung zat besi, jangan cape, jangan lama lama kena sinar matahari langsung"
"Ini resep obatnya, yang ini pagi, siang, sama yang ini mau tidur. Harus diabisini ya, kalo abis masih gini gini aja, balik lagi kesini oke"

Aku menelan ludahku sendiri, bagaimana mungkin? Obat sebanyak itu harus kutelan dalam sehari?

"Obatnya kapsul sama tablet ya dok? Gabisa sirup aja?" Celetuk ibuku yang berhasil membuat Bu dokter tertawa cukup keras, sialan-_
"Haha, iyabu, kalo sirup untuk usia balita dan batita, dosisnya sudah beda, kenapa memangnya? Ngga bisa nelen obat ya?" Tanya Bu dokter

Aku hanya mengangguk dan tersipu malu

"Udah 16taun ko gabisa minum obat :v nanti bisa digerus manual kalo misalkan gabisa nelen Bu" ucap Bu dokter terhadap ibuku
"Oke, makasih banyak ya Bu dokter, izin pamit, permisi" ucap ibuku dan aku pamit

Pada saat itu aku divonis mempunyai penyakit "Darah rendah" sepele emang, tapi kita liat kedepanya ya :v

Pagi, siang dan sebelum tidur aku harus minum obat, oke gapapa, demi yang tadi aku bilang tadi.

Besoknya, kesehatan ku makin memburuk, aku bahkan benar benar tidak bisa bangun dari tempat tidur dan memutuskan untuk izin sekolah, padahal masih ujian.

Jam menunjukkan pukul 12.30
Biasanya, Jam segini adalah jam sekolah ku pulang

Beberapa notifikasi mulai bermunculan di handphone ku
"Kemana?"
"Ko ga masuk?"
"Ko hari ini gamasuk nay?"
"Kenapa ga masuk hariini?"
"Sakit ya nay? Ko gamasuk"

Rentetan pesan dari teman temanku memenuhi chat WhatsApp,
Aku tersenyum
"Hmmmm bahagia sekali memiliki mereka ☺️❤️"

Aku harus membalas pesan mereka, mereka sangat khawatir kepada ku

"Gapapa gengs, mager aja ih sekolah terus pinter juga engga :v wqwq :v" jawabku disetiap pertanyaan

Tapi tak ada satu pun yang percaya dengan jawaban ku

WhatsApp

Jono: Gamungkin
Al: Mana ada seorang Ainaya gasekolah cuma karna mager
Naura: Boong
Raihan: bilang aja si sakit, ribet amat
Devanka: Sudah tau lemah, masih saja berpura pura kuat :v

Aku menanggapi semua chat dengan wkwk (tak ingin memperdebatkan apa yang tidak harus diperdebatkan)
Tapi Ada satu chat yang membuatku sedikit naik darah

Devanka: Sudah tau lemah, masih saja berpura pura kuat :v
Ainaya: Siapa yang lemah? Siapa yang pura pura kuat?
Devanka: Elu lah :v
Ainaya: Soktau!

"Enak aja bilang aku lemah, padahalakan...
Emang iya 😭" gerutu ku

Aku dan Rahasia kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang