Aku pulang dengan rasa bahagia sekaligus sakit.
Bahagia karena mendapatkan kepedulian Devanka, Dan Sakit karena tahu Devanka sudah milik perempuan lain."Assalamualaikum" salam ku memasuki rumah.
"Waalaikumsalam, udahan eskulnya? Tumben mbak, enggak sampe Maghrib" ucap ibuku di ruang tamu yang sedang menonton drama kolosal.
"Aku izin tadi, tiba tiba darah rendah ku kumat" lapor ku.
"Kan ibu udah bilang enggak usah panas-panasan, sangobionya enggak dibawa lagi" omel ibu.
"Loh, kok ibu tau?" tanya ku bingung.
"Tadi ibu liat sangobionya ditaruh di meja belajar gitu aja"
"Oalah, iya tadi mau aku bawa cuma lupa hehe😅" ucapku cengar-cengir.
"Tuman" sahut ibu ku persis seperti yang Devanka ucapkan tadi.
"Hehe, tapi ibu santuy aja. Tadi Devanka langsung beliin aku sangobion, jadi langsung aku minum deh ^^" ucapku berlalu sambil senyum-senyum sendiri.
"KU RASA KU SEDANG DI MABUK CINTAAAAAAAAA, NIKMATNYA KINI KU DI MABUK CINTAAAAAAAA" ledek ibu ku menyanyikan lagu armada- dimabuk cinta.Ceklek (suara kenop pintu kamar yang ku buka).
Ku lemparkan tubuhku pada kasur.
"Aaaaaa kenapa enggak bisa berhenti mikirin Devanka? >.<" gerutu ku mengacak-acak rambut.
"Huffftttt, oke. Kalo rasa enggak bisa dikendalikan mungkin sikap bisa, gua enggak boleh nunjukin kalo gua suka sama Devanka. Bisa! Pasti bisa!" gumam ku memberi semangat diri sendiri.--------------
Malem ini Dewi tidur sedang tidak berpihak padaku.
Benar-benar resah rasanya, tidak ada Rasa nyenyak dalam tidurku malam ini."Assalamualaikum Nayaaaaaaaa" teriak Naura ditelpon.
"Waalaikumsalam, telinga gua masi normal, Ra!" gerutu ku kesal.
"Gua di depan rumah lu, buruan keluar, kita berangkat bareng" ucap Naura.
"Hah? Kenapa enggak bilang?" respon ku kaget dan langsung buru-buru keluar kamar.
"Ini udah bilang. Buruan ya, ditunggu" ucap Naura mematikan sambungan telponnya."Buukkkk, aku berangkat sama Naura. Aku udah bawa bekel, enggak sempet sarapan. Assalamualaikum" teriak ku berpamitan
------
"Hiiiii" sapa Naura dan Hana melambaikan tangan.
"Loh, kok berdua?" tanya ku yang bingung melihat tiba tiba ada Hana.
"Sekarang bertiga sama lu, ayo naek" perintah Hana.
"Gila! rumah gua kan ngelewatin lampu merah. Kalo berangkat enggak bisa lewat gang kecil" protes ku.
"Enggak akan ada polisi, santai" ucap Naura meyakinkan ku.
"Kalo ada polisi, terus ketilang, gua enggak akan tanggung jawab, ya?" Ucapku sedikit mengancam.
"Siap, buru naek. Banyak hal yang mau kita ceritain" ucap Naura dan Hana.Di sepanjang jalan, mereka berdua terus menerus bercerita, mulai dari liptint yang baru mereka beli, buku catatan yang hilang dan yang tak pernah absen adalah cerita tentang kisah cinta masing-masing.
Meskipun sudah berkali-kali diceritakan, berkali-kali mengulang cerita yang sama, aku tak pernah bosan mendengarnya.
"Lama-lama kita yang bosen nih cerita sama lu, lu enggak pernah cerita soal cinta sama kita-kita" ucap mereka di tengah-tengah obrolan.
"Sedang tidak mencintai siapapun" jawabku malas.
"Ohiya lupa, lu kan enggak pernah suka sama laki-laki" ucap Hana
"Dasar, Nggak normal! Wleeee" lanjut Naura.
"Sialan! jangan sampe lu berdua gua Jambak disini, ya!" Ancam ku.
"Jangan jangan, bisa rusak nanti perawatan rambut gua. Heuuu" gumam Naura."Nay? Apa lu bener-bener belum move-on dari Jono?" tanya Hana yang berhasil membuatku berfikir.
Dulu, Waktu aku menduduki bangku kelas 3 SMP, aku sempat menyukai Jono karena beberapa alasan.
Tapi kenyataan pahitnya, Jono tidak menyukai ku balik. (Untungnya, sampai saat ini Jono tidak tahu perasaan ku kalau dulu aku pernah menyukainya)Kejadian ini mungkin saja akan terjadi pada Devanka, tapi menurutku kali ini akan lebih rumit. Devanka terlalu peduli dengan ku, tapi ia lebih kelihatan bahagia bersama Ratu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Rahasia kita
Teen FictionKalian harus tau baik-baiknya aku aja, Harus tau seneng-senengnya aku aja, ketawanya aku aja. Soal sakit, luka dan sedih biar aku sendiri yang merasakan :).