Pergi lagi, dong :v

148 14 5
                                    

Tin tin tin (suara alarm mobilnya, ketika Devanka membuka kunci menggunakan Remote control)

"Loh, pake mobil? Kenapa enggak naik motor ajasi?" Gumamku yang tidak ingin menaiki mobil.

"Gua kira kuliah di Jogja bikin lu cerdas, Nay. Ternyata sama aja :)"
"Dih, ko gua si? Kan kita cuma ke pasar, ngapain repot-repot naik mobil?"

"Nay... Kita itu mau belanja, otomatis nanti pulangnya bawa belanjaan, kalo naik motor belanjaannya mau di taro dimanaaaaa?" Tanya Devanka dengan kesal.
"Ohiya juga, ya?😅"
"Ihiyi jigi, yi?"
"Udah ayo buruan berangkat" ucap Devanka menarik ku agar segera menaiki mobil.

@Mobil.

Mobil sudah berjalan hampir 1 kilo Meter, Tapi sedari tadi tak ada percakapan yang keluar dari mulutku dan Devanka (Persis seperti awal aku dan Devanka pergi berdua ke perpustakaan).

"Anak-anak gimana, Dev?" Tanya ku memulai pembicaraan.
"Anak yang mana? Kita kan belom nikah" jawab Devanka.
"🙃☺️😡👿" Aku mengeluarkan senyum paksa lalu mengubah ekspresi seperti banteng kelaparan.

"Ehiya maap buk maap :v"
"Anak-anak yang mana? :v ngomong yang jelas dong, gua nggak paham :v" lanjut Devanka yang berusaha menahan tawa.

Aku mencoba meredam kekesalan ku.

"Anak kelas 12, jurusan tekaje, SMK bima sakti lah, DEVANKAAAAAAAA" teriak ku persis di telinganya.
"Ohhhhh :v" Responnya yang langsung menjauh dari ku.

"Iya gimana?" Tanyaku lagi.
"Gimana apanya?" Tanya Devanka balik.
"YAALLAH, YA RABBI, YA GIMANA KABARNYA LAH! MASA GIMANA CARA BIKIN DIA MENCINTAI KU!" Ucapku yang lagi-lagi lepas kendali.
"Ohhh" Respon Devanka.

"Sumpah ya lu, Dev! Mending lu berentiin mobilnya, terus kita berantem di tengah-tengah lampu merah depan!" Ancamku.

Melihat ekspresi jengkel ku, membuat Devanka tertawa puas.

"Nanti kalo gua nggak ada, siapa yang mau hidup bersama sama lu? Kan nggak ada yang mau sama lu selain gua :v" goda Devanka.

"Anjiiir, se-Enggak laku itu gua Dimata lu?"

"Yaaaa buktinya? Sampe sekarang masih jomblo, kan? Itu karena emang nggak ada yang mau sama lu, kaaan? :V"

Mataku menatap sinis Devanka, lalu menghela Nafas dan ingin berteriak...

"DE VAN ...." ucapanku terpotong.
"Iya iya maaf bidadari :v"
"Mereka kabarnya baik ko, Kemarin siang waktu ada yang ngabarin ayah gua meninggal, mereka semua Dateng dan kasih support" papar Devanka Menjelaskan

Aku langsung diam terpaku, setiap kali Devanka menyebut ayahnya.

"Kalo Ratu? Masih sama dia kan, lu?" Tanya ku mengalihkan pembicaraan.

Devanka menggeleng.

"Enggak, Bundanya enggak pernah ngerestuin hubungan gua sama Ratu. Jadi, waktu pas lulus, gua putus sama dia" ucap Devanka.
"Yes!" Responku spontan saat mendengar kabar itu dari Devanka.
"Hah? Kok yes? Lu seneng liat gua putus dari Ratu?"
"Oh enggak-enggak, maksud gua... Yah! Padahalkan Lu sama Ratu sama-sama sayang, ya? Tapi ko bisa bundanya enggak ngerestuin elu sama Ratu?" Ucapku yang berusaha meluruskan ucapanku tadi.
"Entahlah, mungkin emang belum jodoh" ucapnya Sambil meneruskan menyetir.

--- S K I P ---

Aku yang membelanjakanya, dan Devanka yang membawakan belanjaannya.

Kita berdua udah kek pasangan suami-istri belom? :v

"Sini gua bantuin" ucapku mencoba membantu Devanka membawakan belanjaan.
"Telat! Udah di parkiran baru mau bantuin 😒" Gerutu Devanka.
"Masih untung ditawarin bantuan :v" ucapku dengan cengar-cengir.
"Misih inting ditiwirin biintiin, nyenyenye"

Aku dan Rahasia kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang