Ucapan Devanka resmi menancap tajam di hatiku.

183 11 1
                                    

Setelah sampai di rumah sakit, Ku langkah kan kaki ku pada ruang pendaftaran dan mengambil nomor antrian.

Devanka duduk di sebelah ku secara tiba tiba.

"Huffft, Kenapa ojek online naek motornya cepet banget si" dengus Devanka dengan nafas tersenggal-senggal.
"Dev? Ngapain di sini?" tanya ku panik
"Lah, elu nagapain di sini? Katanya ada acara keluarga?" ucapnya sambil mengatur nafas
"Em... Sebelum acara, gua anter sepupu gua dulu kesini" ucapku yang terus menerus mencari alasan
"Oh, jadi sepupu lu yang sakit?" tanya Devanka memastikan

Aku mengangguk pelan

"ANTRIAN NOMOR 19, NONA AINAYA SALSABILA PUTRI" panggil perawat
"Sepupu lu namanya juga Ainaya Salsabila putri, Nay?" tanya Devnka melirik ku dengan tajam

Sial, kali ini aku benar benar tak bisa menjawab pertanyaan Devanka.

"Masuk dulu sana, selesai check-up gua tunggu di kantin rumah sakit" ucap Devanka menepuk pundak ku
"Tapi..."
"Tapi kalo lu enggak nemuin gua di kantin, gua bakal bilang ke semua orang tentang kejadian hari ini" ancam Devanka sambil menaikan alis sebelah kanan
"Ehhhh jangan, iya iya nanti gua kesana"
"Anak pinter, Semangat!" kata Devanka tersenyum lalu mengelus kepala ku.

'aaaaaa demi apa, gabisa akutu diginiiin🤣' batin ku kegirangan

Memasuki ruangan dokter, aku mencium aroma aroma obat yang tak pernah ku sukai.

"Biasa aja kak ekspresinya, sini duduk" ucap Bu dokter mempersilahkan duduk

Iya, beliau ibu dokter yang tertawa puas waktu tau aku enggak bisa minum obat :).

"Gimana? Ada perubahan?" tanya Bu dokter
"Sakitnya enggak terlalu berturut turut kaya waktu itu dok, tapi suka tiba tiba kumat, tiba tiba enek, pusing, gelap" papar ku menjelaskan yang aku alami selama ini
"Biasanya terjadi pada saat kamu lagi ngapain?"
"Random banget dok, Yang tadinya cuma rebahan pas bangun tiba tiba gelap, upacara baru berdiri 5 menit langsung pusing, 2jam yang lalu baik baik aja tapi bisa langsung tiba tiba lemes dan mual, belom lagi tiap kali mau tidur selalu kaya pusing 7keliling" ucapku panjang lebar
"Oke, kita tensi dulu ya kak, abis itu kita periksa" kata Bu dokter mengeluarkan alat tensi dan memerintahkan ku tiduran di ranjang pemeriksaan.

Segala pertanyaan di lemparkan oleh Bu dokter, aku hanya bisa pasrah menjawab dengan jujur.

Hasil akhir keluar.
Aku didiagnosa menderita anemia kronis.
Padahal, beberapa waktu yang lalu cuma anemia biasa.
Anemia kronis terjadi apa bila penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin dalam darah.
Anemia kronis ditandai dengan gejala: Lemah, mudah lelah, Sulit berkonsentrasi, Sakit kepala, vertigo, Pingsan, Pucat, Sesak nafas dan Libido menurun.

Kecewa dengan hasilnya? Banget.
Tapi mau gimana lagi, Enggakpapa itung itung sakitnya buat ngurangin dosa selama ini.

------- Kantin Rumah sakit -------

"Gimana hasilnya?" tanya Devanka
"Negatif narkoba, positif hamil. Awokwok🤣" ucapku tertawa.
"Astaghfirullah, serius anjir :v" ucap Devanka yang menahan tawa, tapi tak bisa.

"Enggak papa, kata dokter cuma flu" jawabku mengambil alih minuman Devanka lalu meminumnya (Sembarangan :v)

Cekrek

Devanka memotret ku diam diam
"Devanka... Devanka... Kalo ngefans sama gua tuh bilang, jangan motret diem diem gitu, kedengeran lagi suaranya pfffttt :v" protesku
"Apaansi, Gr! Gua cuma mau kirim foto ini ke grup kelas ko, buat bukti ke mereka kalo lu lagi di rumah sakit" ucap Devanka
"Eeeeh jangan jangan, Enak aja!" Aku langsung merebut ponselnya

"Makanya cerita buruan" desak Devanka
"Ko maksa?" Goda ku dengan tatapan tajam

Devanka menarik nafas panjang

"Nay, Mau sampe kapan pura-pura baik-baik aja?" ucap Devanka memegang pundak ku dengan kedua tangannya dan menatap ku lekat-lekat
"Dev, tolong banget lah, cukup yang kemaren aja yang gua ceritain ke elu. Yang ini enggak perlu" ucapku menepis tangan Devanka
"Enggak ada maksud buat maksa dan ngerusak privasi lu, Nay. Tapi Sadar enggak, kalo sikap lu kaya gini bikin bingung semua orang? Bikin orang bertanya tanya dan salah paham sama lu?"
"Gua cuma takut..." Ucapan ku terpotong
"Takut apa? Takut ketauan kalo sebenernya selama ini lu kena anemia? Takut semua orang di sekitar lu khawatir sama keadaan lu? Takut kalo lu dianggep lemah sama kita kita? Takut dikasih perhatian istimewa, karna lu enggak mau dibeda bedain?" Kata Devanka dengan tegas.

Ucapan Devanka resmi menancap tajam di hatiku, sakit sekali rasanya.
Karena emang itu ke khawatiran ku selama ini.

"Oh, atau mau dibilang kuat sama semua orang? Mau diakuin seluruh dunia kalo elu satu satunya manusia Yang enggak pernah sedih, enggak pernah sakit, enggak pernah capek, gitu?"

Tetes demi tetes air mata mulai mengalir di pipi ku.

"Dev, gua cuma enggak mau orang di sekitar gua ngerasain sedih dan sakitnya jadi gua! Cukup gua yang ngerasain sendiri!"Bentak ku dengan air mata yang terus mengalir
"Oke. Dengan gitu lu berasa bisa nyelesain masalah sendiri? Logikanya, kalo lu tiba tiba pingsan, siapa yang mau ngangkat? Ngangkat diri sendiri, bisa?"  tanya Devanka yang bermaksud menyindir ku.

Aku diam terpaku, Semua yang Diucapkan Devanka benar.
Rasanya aku terlalu egois, seolah olah paling kuat padahal rapuh.

Aku memberikan hasil check-up tadi kepada Devanka.

Perlahan tapi pasti, Devanka Membaca Hasil check-up itu.

"Gua emang bener bener egois Dev, Ngebiarin semua orang salah paham sama gua, Selama ini gua udah banyak bohong sama kalian semua, tapi itu semua semata mata cuma enggak mau memperkeruh suasana :")"
"Beban gua udah banyak, gua rasa kalian juga gitu, gua enggak mau nambah nambahin beban kalian cuma karna masalah gua yang enggak penting" paparku menjelaskan lalu menghapus air mata dengan kasar

"Sekarang lu udah tau soal penyakit gua kan? Sepele banget kayanya, orang orang juga banyak ko yang kena anemia. Tapi yang bikin gua kaya gini bukan karna itu doang, gua harus tetep nanggung beban junior & anggota pramuka yang lain, gua harus tetep ngajar les, gua harus tetep nertibin murid murid yang hampir ngebuat gua setengah mati!, gua harus tetep fokus sama pelajaran gua. Dan itu harus gua lakuin dengan haha hihi, gaboleh sedih sedih. Gua berpengaruh sama banyak orang, bayangin... Kalo gua nunjukin sedih gua sama anak kecil yang gua ajar, gimana respon mereka? Pasti ikut sedih dan jadi enggak mood belajar. Belom lagi... Setiap latihan, kalo gua nunjukin sedih gua, gua ceritain sedih gua, dampaknya latihan mereka enggak akan fokus. Rasanya juga enggak perlu kalo cerita sedih kaya gini diceritain ke kalian, sikap konyol kalian udah banyak bikin gua bahagia dan lupa sama semua masalah sedih gua" papar ku panjang lebar

Devanka seketika hening, tak ada satupun kata yang terucap dari bibirnya.

Ia memperbaiki posisi duduknya, menempatkan kepala ku pada pundaknya dan membiarkan aku menangis tersedu sedu.

'Perempuan hebat :)' batinya sambil mengelus lembut kepalaku.

Aku dan Rahasia kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang