Tamatin jangan?

145 13 0
                                    

Meminta izin terhadap ibuku bukanlah hal yang sulit.

Ibuku selalu beranggapan 'Selagi itu positif, kenapa enggak?', bahkan beberapa temanku banyak yang iri dengan ku, kata mereka... Aku ini anak yang dibebaskan.
padahal... aku hanya selalu berusaha menjaga kepercayaan ibu.

"Beneran mbak mau pindah sekolah? Kenapa tiba-tiba? Apa enggak ada cara lain lagi buat nyelesaiin masalah ini?" Tanya ibuku yang melihatku sibuk mondar-mandir mencar berkas.
"Enggak ada cara lain buk, metode pembelajaran di SMK bima sakti tuh bener-bener nggak bisa dimengerti sama aku, selalu tabrakan sama aku, belom lagi fasilitasnya yang sangat kurang memadai, padahal SPP selalu naik tiap tahunya" gerutu ku.
"Masa, sih? Perasaan dari kemarin baik-baik aja" sangkal ibuku.

"Buk..."
"Iya-iya, ibu percaya sama kamu. Tapi apa Ndak mempengaruhi nilai ujian dan kelulusan kamu nantinya?" Tanya ibuku.
"Enggak buk, aku janji! aku bakal ngelakuin yang terbaik, aku nggak akan ngecewain ibu" kata ku meyakinkan ibuku.

Mendengar perkataan ku, membuat ibuku luluh dan memberikan izin.

'yash! Ibu udah izinin, Bu Ratmi udah acc, tinggal cari sekolah baru, semangat!!!!!' batinku.

                  --- Disisi mereka ---

"Hallo, Shofi?" Panggil Devanka di telpon.
"Iyaka, kenapa? Tumben"
"Udah tau kan soal Ainaya yang mau pindah sekolah? Aku mau minta bantuan kamu, boleh?" Ucap Devanka meminta persetujuan.
"Boleh ka, apa yang bisa Shofi bantu?"
"Selama pencarian sekolah baru, kamu harus sama dia, dan kamu harus kasih info ke kita" papar Devanka menjelaskan.
"Tapikan... Apa iya, mbak Ainaya ngebolehin kalo Shofi ikut-ikut dia kaya gitu?" Ucap Shofi ragu.
"Cuma kamu yang bisa ngebujuk Ainaya. kamu harus pake cara jitu kamu biar Ainaya ngeizinin kamu ikut, entah itu dengan cara nangis, ngerengek, ngambek, atau apalah itu. aku yakin Ainaya pasti ngeizinin, karna Ainaya nggak akan ngebiarin kamu ngambek apalagi sampe nangis"
"Tapi ka...." Ucapan Shofi terpotong.
"Shof, kita bener-bener butuh bantuan kamu" sahut Al, Bagus, Mike dan Jono memohon.
"Hmm, okedeh, nanti Shofi akan usahain"
"Makasih banyak shofiiiiii"

                  --- Ainaya POV ---

Aku sudah menuliskan beberapa nama sekolah yang akan ku datangi untuk mendaftar.

Drrrttt drttt drtttt (Handphone ku bergetar)

"We?" Ucapku mengawali pembicaraan telepon ala-ala aktris drama China :v.
"Hah?" Tanya Shofi tak mengerti.
"Camela?"
"Apaansi mbakkkk ishhhh_-"
"Ada apa bocil queeeeeeee?" Tanya ku yang masih sibuk mencari nama-nama sekolah.
"Mbak jadi mau pindah sekolah?"
"Jadi, kenapa? Mau ikut larang-larang aku kaya yang lain?"
"Enggak ish, kalo mbak Ainaya daftar sekolah pindahan Shofi mau ikut, ya?" Pinta Shofi.
"Nggak mau ngajak" jawabku singkat.

"Mbak, yaampun... Shofi kan juga bentar lagi mau masuk smk, Shofi mau cari-cari sekolah buat refrensi setelah lulus" papar Shofi menjelaskan alasan yang logis.
"Masih lama kan lulusnya" sangkal ku menolak halus.
"Segala sesuatu kan harus dipersiapkan. boleh ya mbak? Plisssss" mohon Shofi.
"Enggak. Nanti kamu carinya sama ibu kamu aja" tolak ku lagi lagi.
"Yaudah, kalo nggak mau ngajak Shofi,  Shofi bakal aduin soal masalah kemaren ke ibunya mbak Ainaya!" Ancam Shofi.
"Ehhh jangan-jangan, iya besok aku ajak. Abis pulang sekolah siap-siap ya, nanti aku jemput" kata ku terpaksa mengizinkan Shofi ikut, karna tak ingin ibu ku tau soal masalah itu.
"Nah gitu dong :v"
"Yaudah. udah dulu, masih banyak yang harus aku kerjain. Dadah bocil" ujar ku menutup telpon.
"Dadah juga mbak Ainaya♥️"

--- S k i p ---

Setelah pulang sekolah dan menjemput Shofi, dengan menggunakan motor matic milik ibuku, aku langsung pergi menuju daftar nama sekolah pertama.

Aku dan Rahasia kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang