Patah hati yang melegakan.

176 11 4
                                    

Aod squad berhasil memenangkan pertandingan di 16 besar, dan berhasil lolos 8 besar pula.

Hari ini adalah hari pertandingan 4 besar mereka pertama kalinya.

Aku sangat antusias, dan sangat-sangat mempersiapkan segala kebutuhan mereka hari ini.

"Jangan sampe ada yang ketinggalan, id card anggota jangan lupa" ucapku kepada mereka yang sedang bersiap-siap untuk naik ke mobil.
"Udah semua" sahut mereka.

-
"Ainaya mau duduk dimana? Di depan?" tanya bapak kepala sekolah, yang ikut menemani perjuangan mereka hari ini.
"Enggak pak, bapak aja yang didepan silahkan. Biar saya duduk sama yang lain di belakang" ucapku mempersilahkan.

Satu persatu mulai menaiki mobil dan menempatkan posisi duduk masing-masing.

'Mampus kenapa Devanka harus disini?' batinku panik saat ingin duduk, tapi hanya sebelah Devanka yang kosong.

"Udah siap pak, ayo jalan. Pimpin doa sebelum berangkat, Dev" ucapku sambil menutup pintu mobil.
"Baiklah, sebelum berangkat ke tempat tournament alangkah baiknya kita berdoa untuk kelancaran nanti, berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing dimulai" ucap Devanka dan diikuti dengan tundukan kepala kita bersama.

Sesampainya di tempat tournament.

Suasana kali ini terlihat menegangkan, para pendukung sudah terlihat ramai di bangku penonton.

"Anak sekolah lain bawa pendukungnya banyak banget, kita nggak ada :v" ucap Bagus dengan nada kecewa.
"Pendukung kita emang enggak ada di bangku penonton, tapi akan tetap ada di hati dan semangat perjuangan :v" ucap Devanka memberikan semangat lebih.
"Kenapa tournamentnya enggak hari libur aja ya? Kan biar bisa pada liat kita" sambung Helmi.
"Makanya masuk final! final tandingnya hari Minggu kan? Kalo kalian masuk final boleh ajak doi beserta keluarga masing-masing deh, ibu manager akan undang mereka" Ucapku.
"Demi apa?!" Sahut Jono tak percaya.
"Menang dulu makanya :v" tantang ku.
"Siap! Gua bakal buktiin ke Lala kalo main game gua enggak cuma bikin dia nunggu, tapi bisa bikin dia bangga!" Ucap Jono bersemangat kembali.
"Semangat semangat!!!!"
"Sarapan dulu, yuk" ucap ku mengajak mereka ke ruang peserta.

-
"Perhatian, untuk Leader squad diharapkan kumpul di ruang sebelah untuk memulai breafing" ucap panitia yang memberikan info.

Mendengar perkataan barusan, Devanka segera bangun dari duduknya dan mengikuti kemana perginya panitia tersebut.

10 menit kemudian.
Devanka kembali, dan memergokiku yang sedang memegangi kepala.

"Kenapa?" Bisik Devanka duduk disebelah ku.

Aku menggeleng pelan.

"Ayo" ucap Devanka menarik ku pelan dan membawakan tas ku.

-
"Makan roti dulu, abis itu minum sangobionya" ucap Devanka membukakan bungkus roti lalu menyodorkan kepadaku.
"Nggak biasa makan pagi, nanti malah sakit perut" tolak ku.
"Cuma roti bukan makanan berat" ucap Devanka.
"Nggak papa dikit aja, yuk" sambung Devanka menyuapkan roti tersebut.

Aku mengambil roti tersebut dengan kasar, lalu memakannya.

"Minum dulu" ujar Devanka memberikan ku sebotol air mineral.
"Enggak haus" tolaku lagi.
"Tapi seret, kan?" Timpal Devanka.

Tak ingin berdebat, akupun menuruti semua perintah Devanka.

"Kapan mau ngejelasin?" Tanya Devanka tiba-tiba.
"Ngejelasin apa?" Tanya ku pura-pura tidak tahu apa yang dimaksud Devanka.
"Ngejelasin salah gua dimana" ucap Devanka.
"Hah? Enggak ada yang salah"
"Enggak mungkin tiba-tiba jadi asing gini kalo gua enggak punya salah sama lu" ucap Devanka yang selalu paham jika aku berbohong.

Aku dan Rahasia kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang