Empat puluh.

160 12 2
                                    

Pukul 06.00

Aku masih dikasur, dengan bantal yang basah dan suara tangis tersedu-sedu.

"Masih sakit? Ayo ke rumah sakit" ucap ibuku membelai kepalaku.

Aku menggeleng pelan.

"Kamu nangis semaleman gini loh mbak, kalo Ndak segera diatasi takut malah tambah parah" timpal bapaku yang tiba-tiba memasuki kamar.

"30 menit lagi aku mau berangkat sekolah pak, bu. Aku nggak mau izin-izin sekolah lagi :(" tolak ku menahan tangis, sambil terus-menerus memegangi telinga.
"Sebentar aja kok, setelah periksa dan dikasih obat kamu bakalan langsung ke sekolah" ucap bapaku mengambil jalan tengah.

"Yasudah, kalo mau kaya gini terus, toh yang ngerasakno sakit juga kamu" ucap ibuku yang pasrah lalu berjalan meninggalkan ku.

"Bu.... :(" Panggilku dengan lirih.

"Kerumah sakit, ya? Jangan nyiksa diri sendiri kaya gini" Rayu ibu kembali berjalan kearah ku dan memeluk ku.

Entah kenapa, kalo semakin dilembutin malah semakin sakit.
Semakin ditanya kenapa, semakin nusuk hati.

---

Ibu, aku dan bapak ku segera bersiap-siap untuk pergi kerumah sakit.

"Selamat pagi pak, mohon maaf hari ini saya izin masuk kerja, dikarenakan harus mengantar anak saya kerumah sakit"
"Ohiya pak"
"Iya pak, terimakasih banyak pengertiannya" ucap nya ditelpon.

-
"Tuhkan bapak jadi izin kerja :(" gumam ku merasa bersalah
"Enggakpapa, bapak seneng ko, kan jadi punya waktu buat nonton drama China sama kamu😅 Yuk" ucapnya tersenyum lalu merangkul ku untuk naik ke mobil.

--- S K I P ---
@Rumah sakit

"Ibu ambil antrian dulu sebentar" ucap ibuku menuju meja pendaftaran.

"Bapak beliin kamu sarapan dulu, ya? Kamu tunggu sini sebentar" sambung bapakku.

'kan kan, kalo gini jadi ngerepotin banyak orang :)' batinku.

"Bubur ayam, sambelnya 8 Sendok paaakkkkk" teriak ku.
"Awww" sambung ku setelah merasakan sakit saat berteriak.

--
Bapak dan ibuku sudah kembali.

"Antrian nomor 4, Atas nama Nona Ainaya Putri Salsabila" panggil perawat.

"Bapak tunggu sini, biar ibuk sama Ainaya aja yang masuk"
"Sip" Respon bapakku sambil menunjukan jempolnya.

@Ruangan dokter (Poli umum)

"Kenapa ka? Kumat lagi darah rendahnya?" Tebak ibu dokter yang sudah menjadi langganan.
"Bukan dok, akhir akhir ini telinganya sakit katanya" sahut ibuku.

Dengan cekatan, Bu dokter segera memakai antiseptik, sarung tangan dan memeriksa telingaku.

"Nggak ada sumbatan, telinganya bersih" ucap Bu dokter sambil menyenteri telinga ku.

"Terus gimana dok?" Tanya ibuku dengan sedikit panik.

"Ini harus periksa langsung ke dokter THT, biar di cek pake alatnya, tapi kebetulan hari ini dokter THTnya lagi off" papar Bu dokter menjelaskan.
"Saya akan kasih obat, tapi cuma obat pereda nyeri, yang hanya meringankan rasa sakit sementara" lanjutnya.

"Ini resepnya, kembali lagi lusa. Lusa kemungkin dokter THTnya ada jadwal"
"Oke dok, pamit dulu, terimakasih banyak" ujar ibuku berpamitan dan langsung menuju reseptionist obat untuk mengambil obat yang telah dokter berikan.

Sesampainya di rumah.

"Masih mau pergi sekolah?" Tanya ibu sambil menyiapkan obat yang akan aku minum.

Aku dan Rahasia kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang