Aku dan Devanka mulai menghentikan bermain hujan."Neng, seragamnya dimana ya?" Tanya ku dengan menggigil.
"Di loker ruang karyawan bu, sebentar saya ambilkeun" ucap Neneng yang melangkah pergi."Ehhh ehhh nggak usah Neng, biar saya aja yang ambil." Ucapku menghentikan langkah Neneng.
"Ohiyabu, ini kuncinya" kata Neneng sambil menyodorkan kunci loker.
"Enggak ada barang-barang lain kan selalain seragam?"
"Enggak Bu"
"Oke, makasih""Tunggu sebentar disini, Dev!" Perintahku berjalan menuju loker karyawan.
-
"Mandi sana! Sabun sama shamponya ada di ransel gua, ranselnya udah gua taro di depan kamar mandi. Ini Ganti sementaranya :v" ucapku kembali memberikan seragam Karyawan Secret Food kepada Devanka.
"Seriusan?" Tanya Devanka mengerutkan dahi.
"Iii ii iyaaaa" jawabku menggigil kedinginan.
"Lu duluan sana, jelas-jelas elu yang menggil parah" ucap Devanka.
"Enggak mau!" Tolak ku.
"Nay..." Panggil Devanka mengeluarkan senjata mematikannya :v (panggilan yang sangat lembut dan bikin luluh)"Dev..." Panggilku balik dengan sangat sangat Lembut.
"Tapikan..." Protes Devanka.
"Sat..." Hitunganku terhenti.
"Iya iya mandi"
"Nih pake, jangan dilepas sebelum gua kelar mandi!" Ucap Devanka Memakaikan Jaket miliknya ketubuhku."Tapikan nanti basah..."
"Sat..." Ancam Devanka dengan menghitung balik.
"Iya iya dipake-_" gerutu ku menurut dengan pasrah.
Uuuuuu gemash syekali mereka berdua >.<
---
Jam sudah menunjukkan pukul 20.00
Bukanya reda, langit malah menghujani bumi semakin deras."Kita Enggak mungkin pulang malem dan situasi hujan kaya gini deh, Nay" ucap Devanka yang matanya masih fokus menatap hujan yang sedang turun.
"Yaudah, kita cari hotel aja" ucapku.Refleks, Devanka langsung menoleh dan menatap sangat tajam ke arahku.
"Nay?"
"Ehhh enggak gitu anjir :v"
"Maksudnya cari tempat buat singgah sementara, malem ini doang. Nanti gua booking dua kamar elah" sahutku yang entah harus merespon dengan kesal atau dengan lucu."Sayang uangnya, mending nginep disini. Gua di ruang karyawan, elu didapurnya, gimana?" Usul Devanka.
"Iya, pas lu tidur dapurnya gua bakar, terus gua kabur, biar elu ikut kebakaran dah tu :)" Decak ku kesal.
"Yeeee coba aja, Cafe lu ini yang lu bakar :v paling abis itu nyesel, Rugi, terus bangkrut deh :v" ledek Devanka tertawa kecil.
"Iya juga ya?🤔"
"Udah sarjana masih ajaaaa otaknya nggak maju maju :)"Sedang asyik-asyiknya berdebat, tiba tiba Neneng menghampiri kami berdua.
"Bu, ibu nggak pulang?" Tanya Neneng.
"Kamu ngusir saya? :V" tanya ku balik dengan nada bercanda.
"Enggak enggak Bu""Niatnya mau pulang, Neng. Tapi semesta masih ingin kita menetap :v"
"Disekitar sini ada hotel/villa yang dua kamar gitu nggak, ya?" Lanjutku.
"Kalo villa banyak Bu, tapi dia per-rumah gitu, dan budgetnya lumayan pisan. Hehe" papar Neneng menjelaskan.Aku menoleh ke arah Devanka, seolah menanyakan 'Gimana?', Devanka merespon dengan menggeleng-gelengkan kepala, pertanda 'tidak setuju'.
"Ibu mau bermalam dibandung? Gimana kalo dirumah Neneng aja, Bu?" Ucap Neneng menawarkan bantuan.
"Ah enggak enak, Neng. Makasih tawaranya, Nanti saya coba cari penginapan yang lain aja" ucapku menolak dengan halus.
"Iiihhh enggakpapa atuh Bu, Neneng teh tinggal sendiri. Kamar dirumah Neneng ada dua kok, nanti Ibu tidur sama Neneng, dan Bapak Manager tidur dikamar abahnya Neneng. Gimana?" Usul Neneng.
"Serius enggakpapa?"
"Enggakpapa atuuuh, harus mau ya? Sebentar Neneng izin pulang duluan buat Anter ibu Ainaya sama bapak manager" ucap Neneng sedikit berlari menghampiri Rekanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Rahasia kita
Teen FictionKalian harus tau baik-baiknya aku aja, Harus tau seneng-senengnya aku aja, ketawanya aku aja. Soal sakit, luka dan sedih biar aku sendiri yang merasakan :).