T i ga s a t u

155 12 3
                                    

Setelah sampai Rumah.
Aku langsung memblokir kontak WhatsApp Devanka.

Bukan ingin memutuskan tali silaturahmi, biar kebiasaan bodohku 'melihat kapan terakhir dia online' enggak terjadi terus-menerus.

"Lega, tapi sakit. Jadi gini rasanya merasakan kejujuran yang sangat pahit? Awokwowk" ucapku berbicara didepan cermin.

--- S K I P ---

WhatsApp (05.30)

12tkj group

Devanka: Ainayaaaaa
Devanka: Nay...
Devanka: bukaaaaaaa
Devanka: Maaf
Devanka: Buka dulu...

"Anjiirr, kenapa dia sampe ngechat grup gini? Yah nggak bener! Bisa ketauan sekelas inimah" gerutu ku panik yang langsung membuka blokiran Devanka dan Me-whatsappnya.

WhatsApp

Ainaya: Bodoooohhhhhh
Ainaya: Devanka bodoh!
Devanka: mwuehehe, akhirnya dibuka juga blokiranya :v
Ainaya: kalo ketauan satu kelas gimana?
Devanka: engakpapa bagus :v
Ainaya: tarik pesanya buruan! Sebelum mereka liat
Devanka: okesiap :v

Devanka menurut, menarik semua pesan yang tadi ia kirimkan di grup.

"Huffttt, untung anak kelas belom bangun kalo jam segini" ucapku menarik nafas lega.

--- S K I P ---

Jam pelajaran ketiga dimulai.

Devanka menghampiri mejaku, memerintahkan Naura untuk pindah ke meja lain.

"Buru buru misi" ucap Devanka kepada Naura.
"Enggak mau ah, apaansi" gerutu Naura yang tidak ingin beranjak dari duduknya.
"PR MTK belom kan, lu? Mau liat ga?" Ucap Devanka.
"Ohiya, mana mana sini liat" kata Naura yang panik.
"Sono di meja gua, lagi disalin sama Jono. Buru-buru Sono" usir Devanka
"Iya iya, bawel!" Bentak Naura sambil melirik sinis Devanka.

Aku sedang fokus menulis, jadi tidak menggubris yang sedaritadi Devanka lakukan.

"Pinjem pulpen, Nay" ucap Devanka kepada ku.
"Nggak ada" jawabku singkat.
"Pelit banget, huuu" sorak Devanka.
"Enggak ada pulpen lagi, cuma satu, inipun dipake buat nulis" gerutuku tanpa melihat kearah Devanka.
"Gua baru beli buku, mau baca nggak?" Tanya Devanka yang berhasil membuatku melihat kearahnya.

Devanka adalah salah satu motivasi ku untuk gemar membaca, dulu sebelum dekat dengan Devanka aku tipe orang yang nggak pernah suka baca selain baca caption sosial media orang lain :v.
Perlahan tapi pasti, Devanka mulai meracuni ku dengan dunianya yang menurutku membosankan tapi ternyata mengasyikan juga.
Mulai dari membaca, menulis, mendengarkan lagu hingga menonton film kartun yang berepisode-episode.

"Buku apa?" Tanya ku.
"Buku nikah, awokwowk" jawab Devanka tertawa.
"Nggak lucu" ucapku ketus lalu fokus menulis kembali.

"Bercanda, sebentar" ucap Devanka pergi lalu kembali dengan sebuah buku bersampul merah.

"Nih" Devank menyodorkan buku tersebut.

Aku melirik penasaran
'aaa mau baca :( stok novel dirumah juga udah abis :( eh tapi nggak boleh! kalo gua pinjem bukunya, nanti malah semakin banyak topik pembicaraan yang bakal dia bahas' batinku.

"Nanti aja, gua masih banyak daftar bacaan yang belom gua baca" ucapku menyodorkan kembali buku itu.
"Lu nolak ini bukan karena...." Ucapan Devanka terpotong.
"Jangan dibahas!" Perintahku tegas.
"Iya, maaf"

--- S K I P ---
Kringggg kringgg kringggg (Bunyi bel pulang sekolah)

"Hari ini kita bahas buat final ya" ucapku kepada Aod Squad.
"Siap!" Sahut semua.
"Ikuttt donggggggg" rengek Mike.
"Yeee... ngapain, lu? Berguna juga enggak🤣" ledek Jono.
"Nanti gua bakal jadi team hore"
"Dateng aja, cuma latihan sama ngebahas persiapan aja ko" sambung Al.

Aku dan Rahasia kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang