Waktu terus berputar.
Aku menunggu mereka segera pulang untuk melihat keadaan Devanka yang sedang terbaring lemah di ranjang Rumah sakit.Pukul 19.00
Sudah semakin malam, aku memutuskan untuk tetap tinggal dirumah sakit dan menjaga Devanka.
Segera ku kabarkan ibuku tentang aku yang ingin bermalam di Rumah sakit, Dan ibu memberikan izin.
---
"Permisi mbak, mau tanya, Pasien atas Nama Devanka Arya putra sudah di pindahkan ke ruang rawap inap belum, ya?" Tanya ku kepada reseptionist rumah sakit.
"Oh sudah mbak, di kamar nomor 303, lantai 2" jawab Reseptionis itu.
"Ohoke, makasih banyak mbak"
"Sama sama"---
Terlihat seorang wanita paruh baya yang tengah duduk dikursi depan kamar rawat inap.Aku menghampirinya.
"Buk" ucapku bersalaman
Beliau adalah ibu Devanka, ibu Devanka menatap tajam ke arahku.
Aku menunduk lalu berbicara dengan nada lirih."Maafin aku buk :( maaf banget udah bikin Devanka jadi kaya gini :("
Tanpa sadar, air mata mulai mengalir dipipiku.
"Enggak, bukan salah kamu nduk" ucapnya yang langsung memelukku.
Aku benar-benar menumpahkan seluruh air mataku dalam pelukan ibu Devanka.
"Perempuan kuat harus bisa ngelewatin ini semua! Ibu yakin kamu nggak salah, ini cuma kesalahpahaman dan kurang komunikasi kalian aja" ucapnya merangkul lalu mengelus-elus bahuku dengan lembut.
Mendengar perkataannya barusan membuat ku menjadi semangat, dan segera menghapus air mataku dengan kasar.
"Ibu mau nunggu devanka?" Tanya ku.
"Iya, tapi Rena masih dirumah sendirian, ayahnya masih kerja belum bisa izin pulang" jawabnya.
"Ibu pulang aja nggakpapa, biar aku yang nungguin Devanka" usul ku.
"Jangan, nanti kamu dicariin"
"Enggak ko, tadi aku udah izin" ucapku.
"Ndak papa emangnya? Ibu takut ngerepotin" ucapnya ragu.
"Yaallah Bu, aku suka direpotin ko, apalagi sama calon mertua. Eeeh🤣" canda ku sedikit terkekeh.
"Aamiin" responya.
"Eh ko aamin? 🤣""Ibu pulang aja kalo mau pulang, kasian Rena sendirin kan dirumah? Ke sininya besok pagi aja, lumayan jauh Bu kalo misalkan bolak-balik, macet pula" papar ku memberi saran.
"Okedeh, ibu titip Devanka ya? Kalo nakal cabut aja infusanya 🤣"
"Nggak mau dicabut nyawanya sekalian? :V" sambung ku.
"Jangan nanti kamu kangen :v""Ibu pulang dulu, kalo ada kabarin nduk" ucapnya.
"Iya Bu, hati hati ya" ucapku bersalaman.-
Setelah ibu Devanka pergi, aku mengintip dari pintu kamar rawat inap Devanka.'Lagi tidur, amaaaan' batinku.
Ceklek (suara kenop pintu terbuka)
Ku hampiri Devanka dan duduk disebelah ranjang rumah sakit itu.
"Dev, maaf :( nggak bermaksud buat lu jadi gini :(" ucapku menatap nanar wajah Devanka.
Aku memberanikan diri menggenggam tangan Devanka.
"Gua janji Dev, Enggak akan ambil keputusan sebodoh ini apalagi sampe ngelukain lu kaya gini" ucapku berjanji kepada diriku sendiri.
"Ainaya?" Suara seorang perempuan yang tiba-tiba masuk.
"Ratu?"
"Gua mau bicara sama lu" ucapku yang langsung menarik Ratu.-
"Kamu ngapain disini? Mau ngelukain Devanka lagi?" Ucapnya.
"Tolong banget nggak usah memutar balikan fakta" ucapku memutar bola mata dengan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Rahasia kita
Teen FictionKalian harus tau baik-baiknya aku aja, Harus tau seneng-senengnya aku aja, ketawanya aku aja. Soal sakit, luka dan sedih biar aku sendiri yang merasakan :).