✨8 | Heartbeat

1K 116 22
                                    

Hari cepat berlalu. Pernikahan antara Jimin dan Lisa tinggal menghitung hari.

Beberapa hari belakangan, Lisa dibuat stress dengan segala sesuatu yang menganggu pikirannya. Terkait masalah pekerjaan, persiapan pernikahan, dan tuntutan Ibunya yang lagi-lagi mendesaknya tidak nyaman.

Ibunya semerta-merta meminta Lisa untuk segera memiliki anak dengan Jimin setelah menikah nanti. Wanita paruh baya itu juga mengajak Jimin dan Lisa untuk membicarakan tentang rencana memiliki jumlah anak, jenis kelamin anak pertama, serta nama yang pantas untuk ditambahkan dalam garis keturunan keluarga mereka.

Hal itu membuat Lisa merasa tidak nyaman dan tidak enak hati pada Jimin. Bagaimana pun juga, di mata mereka, pernikahan ini hanya sebatas status. Tidak ada urusan hati di dalamnya. Itu sudah masuk ke dalam perjanjian mereka yang sudah di tanda tangani di atas materai.

Lisa menyandarkan kepala pada kepala sofa di ruangannya sambil tangannya memijat bahu karena belakangan ini ia sibuk melatih para idol serta membuat koreografi untuk comeback solo salah satu member girlband yang bernama WHITEPINK.

Dalam keheningan, ponselnya bergetar di atas meja kerjanya. Lantas Lisa langsung meraih ponselnya dan melihat nama 'Berandal Wong' meneleponnya.

Ia menghela napas rendah dan menerima panggilan dari adiknya.

[Nuna, kenapa baru diangkat?]

Suara Lucas terdengar di tengah-tengah kebisingan jalan raya. Sepertinya laki-laki itu sedang berada di luar sekarang, ditambah lagi orang-orang yang berlalu lalang.

Lisa kembali mendudukkan dirinya di sofa. "Nuna sibuk. Ada apa?"

[Tolong aku dong, Nuna. Mobilku tiba-tiba mogok di pinggir jalan tepat di dekat kantor Nuna yang jaraknya kurang lebih lima meter. Cepat kesini, panas banget aku gak kuat]

seru Lucas sambil mengibaskan tangan kirinya ke wajah. Matanya menyipit karena sinar matahari menerpa retinanya. 

Lisa berdecak, "Urusannya apa sama Nuna? Mobilmu mogok, terus kenapa nelepon Nuna?"

Mendengar respon kakaknya membuat Lucas menghela.

[Aku minta tukar sama mobil Nuna untuk hari ini aja, janji. Besok aku kembalikan. Nuna bawa mobil,'kan?]

Lucas mengadah, dipandangnya gedung bertampilan silver hitam yang menjulang tinggi ini di hadapannya.

Lisa tidak segera memberi jawaban. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore.

Dalam hati, Lisa ingin mengeluarkan sumpah serapah pada adik nakalnya ini yang belum satu bulan tinggal bersamanya sudah membuatnya darah tinggi.

Anak itu memang selalu merepotkan.

"Mau kemana sih? Terus kalau ditukar, Nuna naik apa? Kan mobil kamu mogok," ujar Lisa.

Dengan entengnya Lucas menjawab [Minta jemput sama kakak ipar. Jam pulang kalian sama,'kan?]

Lisa memutar mata. Jimin lagi.

"Jawab dulu. Mau kemana?"

[Mau reuni sama teman SMP. Ini aku udah telat banget. Mending Nuna turun deh, aku udah di lobi nih]

Lucas tidak sabaran. Ia berkacak pinggang sambil melihat orang kantor berlalu lalang keluar-masuk gedung.

Dengan berat hati, Lisa bangkit dari sofa kemudian mengambil kunci mobilnya di tas sebelum menghampiri si cecunguk yang sudah menunggunya.

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang