✨38 | Down

983 96 8
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi. Namun Lisa masih terjaga, ia duduk bersandar menatap langit kosong, tubuhnya dibalut selimut tebal, sesekali semilir angin dingin menerpa rambut hitamnya.

Beberapa jam yang lalu, Bambam datang menemuinya dalam hitungan menit setelah ia menelepon sahabatnya itu. Bambam membawanya ke apartemennya yang sederhana. Dalam perjalanan menuju ke sana, Lisa hanya diam tidak membuka suara, namun sesampainya mereka di kediaman Bambam, Lisa langsung menangis terisak membuat Bambam tidak tega untuk tidak memeluknya.

Ketika mendengar betapa bergetarnya suara Lisa saat wanita itu menceritakan semuanya, ada rasa nyeri di hati Bambam. Ia bersumpah, ini terakhir kalinya Jimin melukai wanita kesayangannya itu. Kalau Jimin menyakiti Lisa lebih jauh lagi setelah ini, Bambam pastikan ia akan merebut Lisa dari laki-laki itu.

"Lis.."

Satu panggilan sontak membuat Lisa menoleh dan mendapati Bambam menghampirinya yang sedang duduk di balkon kamar milik laki-laki itu. "Belum tidur?"

Lisa membenarkan posisi duduknya sambil mengeratkan selimut di tubuhnya. "Kamu sendiri ngga tidur? Aku mana bisa tidur?"

Bambam dapat melihat raut kesedihan yang masih kentara di wajah Lisa. Ia menghela napas. "Jangan merusak jam tidur kamu hanya demi dia yang bisa tidur nyenyak setelah nyakitin kamu, Lis."

Mendengar itu, Lisa tergelak ironi. Benarkah? Apa Jimin sudah benar-benar tidak mencintainya lagi? Atau memang Jimin tidak benar-benar mencintainya dari awal..

"Tidur, ya? Kalau butuh apa-apa bangunin aku aja di ruang tengah." Bambam bangkit sambil mengusak pucuk kepala Lisa, ia tersenyum kecil.

"Tunggu. Kamu ngga apa tidur di sana? Aku aja deh—"

"It's okay.." sahutnya kemudian tersenyum lagi. "Good night. Sleep well.." Setelah itu, Bambam pergi keluar kamarnya.

Sementara Lisa kembali menyandarkan punggungnya pada badan kursi. Mata kelabunya menatap langit gelap yang begitu polos tanpa bintang-bintang yang menyinari. Terlihat suram dan sepi, seperti hatinya saat ini.

Sekelabat pikiran negatif bermunculan di kepalanya. Bagaimana bisa Jimin bersetubuh dengan Luna? Bagaimana bisa Jimin mengkhianatinya setelah merebut kepercayaannya untuk tetap tinggal dan menjadikannya sebagai satu-satunya.

Apa Jimin tidak mau memiliki istri mandul sepertinya? Maka dari itu ia bersetubuh dengan Luna agar memiliki keturunan dan menikahi wanita itu.

Lisa tidak percaya kalau Jimin sejahat itu padanya..

Adakah alasan untuk Lisa berhenti menangisi apa yang telah terjadi? Ia kehilangan segalanya.

Untuk kesekian kali, Luna berhasil merebut kebahagiaannya lagi.

Apa Lisa tidak pantas untuk bahagia meskipun barang sedikit pun?

✨✨✨

Pagi harinya, Bambam sudah bersiap dengan stelan kantornya. Ia berjalan memasuki kamarnya dengan secangkir teh hangat. Ia menarik kursi untuk berada di sisi ranjang, matanya mengamati wajah damai Lisa saat tertidur. Terpampang jelas kalau kedua mata wanita itu sembab dan merah. Bambam bisa menebak Kalau Lisa menangis lagi semalam.

"Lis.." serunya pelan. Ia melirik jam sudah menunjukka pukul setengah delapan. "Bangun.."

Tubuh Lisa menggeliat, ia mengusak matanya dengan dahi berkerut. Kepalanya terasa pusing.

"Kamu ngga pulang? Mau sampai kapan pergi dari rumah?" tanya Bambam begitu Lisa sudah membuka matanya secara sempurna.

Lisa membenarkan posisi tubuhnya menjadi duduk dan bersandar di kepala ranjang. Kedua tangannya memilin selimut, tampak berpikir. "Aku.. ngga mau pulang.."

"Hei, kalau lari dari masalah. Kamu bukannya bebas, malahan kamu semakin terjebak dalam masalahmu itu. Lebih baik selesaikan secepatnya, kamu ngga mau terus-terusan kayak gini, kan?" Bambam menundukkan kepalanya guna menatap manik kelabu Lisa.

"Satu jam yang lalu, ada yang menghubungi nomorku, katanya ia salah satu orang suruhan keluarga Jimin. Ia tahu kalau kamu di sini. Katanya, kalau aku ngga bawa kamu pulang hari ini, aku bakal dilaporin ke polisi karena kasus penculikan. Kamu mau?"

Meskipun Bambam peduli pada Lisa, tetapi ia juga tidak bisa terus-terusan menyembunyikan wanita ini di sisinya. Apalagi Lisa masih berstatus sebagai istri orang.

Tangan Bambam merambat ke pipi Lisa., ditatapnya mata kelabu itu. "Pulang ya? Aku antar sekalian berangkat ke kantor. Nanti aku tulis surat izin ke Pimpinan kalau kamu ngga bisa kerja hari ini. Oke?"

Selagi sahabatnya ini bicara, mata Lisa menangkap satu koper berukuran sedang terletak di depan lemari. Ia membalas tatapan Bambam. "Kamu.. mau pergi?"

Kepala Bambam mengangguk mengiyakan. "Ya. Aku ambil cuti seminggu—"

"Kemana?"

"Bangkok. Kak Noah menikah. Aku berangkat besok pagi—"

"Aku ikut!" Lisa merebut tangan Bambam untuk digenggam. Ia menatap sahabatnya ini dengan tatapan berbinar.

"Lis—"

"Please.. Let me..? Aku, aku juga mau ketemu nenek. Aku mau nenangin pikiran di sana, Bam.." Mata Lisa kembali berkca-kaca, genggamannya pada tangan Bambam mengerat.

Melihat itu, Bambam tidak tega. Akhirnya ia mengangguk sambil tersenyum singkat. "Tapi janji sama aku, sebelum kita berangkat, selesaikan masalah kamu hari ini. Oke?"

Kepala Lisa mengangguk semangat. Ia tersenyum kemudian memeluk Bambam erat. "Makasih. Aku ngga tau  bakal kayak gimana kalau kamu ngga ada.."

Anything, Lisa. Aku akan ngelakuin apapun agar membuatmu bahagia..

TBC

Mian, telat update wkwk.

Dont forget to like and comment ya guys! Thankyou💜

Love,
Nadyazayn✨

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang