✨30 | Useless

763 82 12
                                    

Luna berdiri mengamati bingkai besar yang tergantung di tengah ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna berdiri mengamati bingkai besar yang tergantung di tengah ruangan. Bingkai tersebut menampilkan foto pernikahan Jimin dan Lisa.

Dengan tangan terlipat di dada, Luna tergelak menyunggingkan senyum miringnya. Ia merasa prihatin pada pasangan ini, pasti sebentar lagi akan ada kekacauan hebat.

Apalagi ia tahu kalau Lisa sangat sensitif jika sedang merasa terpuruk.

Detik selanjutnya pintu terbuka secara kasar sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Luna segera menoleh dan mendapati Lisa memasuki rumah dalam keadaan kacau dan diikuti oleh Jimin yang mengejar istrinya itu memasuki kamar.

"Lisa! Kita bisa bicarakan ini baik-baik."

"Leave me alone!" teriak Lisa sambil menutup pintunya dengan kasar, tidak membiarkan Jimin memasuki kamarnya.

Jimin menepuk-nepuk pintu Lisa berkali-kali. "Sayang, jangan gini, kita bisa cari solusi baik-baik."

"Solusi apa, Mas? Aku mandul, dan kamu tau, kan Dokter Lim bilang apa..?" Terdengar suara Lisa bergetar di dalam sana. Jimin mengepalkan tangannya pada badan pintu, kepalanya menunduk frustasi, membiarkan air matanya turun menjatuhi lantai.

Sementara Luna masih setia berada di lantai bawah, menyimak pertengkaran mereka dengan senyuman. Wow, ternyata seseru ini menonton pasutri bertengkar.

"Sayang.. kamu ngga boleh stres, ingat? Kamu masih punya trauma.. nanti kalau kamu jadikan ini masalah besar ini akan mengganggu kesehatan mental kamu.." seru Jimin pelan-pelan. Tangannya mengetuk pintu berkali-kali. "Buka, ya? Kamu ngga bisa kayak gini.. ada aku, sayang.."

Kalimat yang Jimin ucapkan semakin membuat Lisa terpukul. Ia menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya di sana dengan kedua tangan menjenggut rambutnya frustasi.

Bagaimana bisa Jimin berkata seperti itu ketika tahu bahwa istrinya sendiri tidak bisa memberinya keturunan? Tidak sepantasnya laki-laki sebaik Jimin mendapati wanita sepertinya.. pikir Lisa.

"Pergi, Mas. Aku ngga pantas buat kamu. Aku ngga berguna, aku ngga bisa kasih kamu keturunan, aku sudah mengecewakan kamu, a-aku.." Kalimat Lisa terputus. Ia sudah tak sanggup berkata-kata lagi.

Pikirannya kacau, bagaimana jika seluruh keluarganya tahu mengenai ini? Apa kata Ibunya yang sangat menginginkan seorang cucu?

Apa kata orang-orang..

"Aku ngga peduli, Lalisa! I will always be by your side no matter what!" Napas Jimin memburu, ia merosotkan tubuhnya dan menyandarkan keningnya pada dinding pintu. "Sekarang, buka, ya? Jangan merasa bersalah seperti ini.. kita lewati semuanya bareng-bareng.. bukankah kita sudah berjanji di atas altar? Berjanji pada Tuhan kalau kita akan melewatinya bersama-sama.."

"Stop it, Mas! Lebih baik tinggalkan aku sendiri!" Teriak Lisa lagi sambil bangkit menjauhi pintu. Ia menidurkan dirinya di atas kasur, menenggelamkan wajahnya yang basah pada selimut.

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang