Setelah mencuci tangannya di wastafel, Lisa keluar dari toilet menuju ruangannya.
Ketukan pintu mencuri perhatian Lisa dan memunculkan wanita setengah baya memasuki ruangan. Wanita itu bernama Kang Seulgi.
"Lis, sepuluh menit lagi ada staff baru di bagian kita. Dia mau perkenalan diri. Bisa luangkan waktu?" kata Seulgi.
Mendadak Lisa melirik jam tangannya, "Sebentar lagi break, habis jam makan siang aja, gimana?" tawarnya dan langsung diangguki oleh Seulgi. "Oke. Kita bertemu di ruang seminar, ya."
✨✨✨
Jam makan siang telah tiba, biasanya ia makan di kantin bersama Jisoo namun sahabatnya itu kini tidak masuk kerja karena sakit. Alih-alih makan sendirian di kantin, Lisa lebih memilih pergi ke kafetaria dekat perusahaan. Hitung-hitung menghirup udara segar.
Lonceng kafe berbunyi ketika Lisa membuka pintu, ia menyapu pandangannya mencari tempat namun tiba-tiba mata kelabunya mendapati seseorang yang sangat amat familiar di matanya sedang duduk di sudut ruangan.
Cukup lama Lisa mengamati laki-laki itu hingga tatapan mereka bertemu dan membuat mata Lisa melebar kaget.
"Bam.. bam?" lirihnya memastikan diri, hingga beberapa detik kemudian laki-laki itu berdiri dari kursinya seraya melambaikan tangan. "Lalisa!"
Sejurus kemudian Lisa langsung berlari dan memeluk sahabat lamanya ini dengan wajah riang. "Long time no see.."
Melihat itu lantas Bambam tertawa dan membalas pelukan Lisa. "Apa kabar, Lis?" tanyanya ketika Lisa mengambil duduk di kursi.
"As always. Aku baik-baik aja. Oh, ya? Ada apa kamu di sini? Aku kira kamu bakal kembali ke Thailand setelah lima tahun hidup di Jepang," tutur Lisa panjang lebar.
Bambam sempat memperhatikan gelagat Lisa yang tidak mengalami perubahan signifikan. Hanya saja wanita itu terlihat lebih cantik dan dewasa. Namun tetap saja, di mata Bambam, Lisa tetaplah anak kecil manja yang selalu menangis jika tidak dibelikan es krim oleh neneknya.
"Aku memutuskan untuk bangun karirku di sini, Lis." Bambam menyandarkan tubuhnya di kursi, secara perlahan ia tersenyum. "Ngejar mimpi yang sama kayak kamu."
Mendengar itu Lisa ikut tersenyum. "Beneran? Kamu.."
"Ya. Aku sudah mulai bekerja di agensi terkenal yang ada di sini," ucap Bambam. Lisa menyela, "Sebentar, deh. Kamu staff baru di GY Entertainment, 'kan?"
"Kok kamu bisa tau?"
Lisa menepuk tangannya serta matanya berbinar tidak percaya. "Astaga, Bam. Aku jadi choreographer di sana. Kita satu agensi, dong?"
Mereka berdua tertawa bersama. Mengetahui itu, Bambam senang mendengarnya. Yang artinya ia memiliki waktu banyak dengan wanita yang sudah lama tidak ditemuinya beberapa tahun terakhir.
Namun satu kenyataan pahit yang membuat Bambam putus asa adalah mengejar cinta Lisa. Ya, sudah bertahun-tahun Bambam menyimpan rasa pada wanita itu. Sayangnya, tak sekalipun Lisa memandangnya sebagai seorang laki-laki, melainkan seorang kakak yang selalu melindunginya.
"Lis, aku dengar kamu sudah menikah?"
Seharusnya Bambam tidak menanyakan hal itu, tanpa bertanya pun ia sudah tahu jawabannya.
Dengan cepat Lisa mengangguk. "Ya. Sebulan yang lalu." Ada jeda sebentar, kemudian melanjutkan. "Biasa. Perjodohan," bisik Lisa seraya menyipitkan matanya.
Hal itu membuat Bambam sedikit lega. Setidaknya ia mengetahui kalau pernikahan mereka bukan atas dasar cinta, yang artinya Lisa tidak ada rasa pada suaminya saat ini.
"Oh, ya. Berarti kita bakal sering ketemu, dong? Kan sekarang kita satu perusahaan," seru Lisa lagi dan Bambam mengiyakan.
"Lis, kalau ada waktu, mau temani aku jalan-jalan?" tawar Bambam pada sahabatnya itu. Lisa sempat berpikir sebentar, lalu mengangguk. "Boleh. Mau kapan?"
"Minggu ini."
"Oke. Atur aja."
Terlihat tidak ada masalah bagi Lisa menerima tawarannya. Hal itu membuat Bambam senang, karena ia bisa menggantikan waktu yang sempat terlewat selama beberapa tahun bersama Lisa.
✨✨✨
Hari ini Jimin pulang lebih cepat, tidak seperti biasanya yang selalu pulang larut malam. Rumah ini sepi, Lisa bilang ia akan sedikit telat karena ada urusan penting di kantor.
Ketika Jimin sedang meneguk air di dekat kulkas, pintu terbuka lebar dan memunculkan Lisa baru saja pulang. Namun tidak sendirian, ia membawa laki-laki asing bertubuh tinggi di belakangnya.
Jimin keluar dari dapur dan menangkap kehadiran laki-laki itu dengan tatapan datar.
"Hai, Pak," tegur Lisa, "oh ya, kenalin, ini teman saya," katanya dan Bambam langsung membungkukkan tubuhnya pada Jimin.
"Annyeonghaseyo, saya Bambam. Teman lama sekaligus rekan kerja Lisa di kantor." Bambam tersenyum namun Jimin hanya menaikkan alisnya. "Rekan kerja?" batin Jimin.
Melihat respon Jimin yang tidak bersahabat membuat Lisa menyengir kuda dan berbisik pada Bambam. "Maklumin aja, dia itu irit ngomong, jadi wajar kalau sikapnya begitu sama orang baru dikenal."
Di sisinya, Bambam mengangguk mengerti sambil duduk di sofa. Sementara Lisa berjalan ke arah dapur mengambil minum untuk Bambam dan ia mendapati Jimin masih di sana.
"Dia siapa?" tanya Jimin yang kini sedang duduk di meja pantry sambil memeriksa proposal di tangannya.
Lisa menoleh dan mengintip proposal tersebut. "Oh? Lucas sudah ngajukan proposalnya?"
Jimin berdecak, "Jawab pertanyaan saya."
"Bukannya Bambam sudah memperkenalkan diri?" ujar Lisa di tengah kesibukkannya membuat jus jeruk. "Bapak mau?" tawarnya dan Jimin hanya menggeleng.
"Jadi dia yang kamu maksud urusan penting di kantor?" seru Jimin lagi semakin mengketuskan nada bicaranya membuat Lisa merasa ada atmosfer yang berbeda di sekitar sini. Mata Lisa memicing, "Bapak kenapa, sih?"
Yang ditanya tidak langsung menjawab, Jimin malah bangkit dari kursinya sambil membawa proposal Lucas. "Setelah dia pulang, datang ke ruangan saya. We need to talk," serunya sebelum pergi meninggalkan Lisa di dapur.
Sementara Lisa mengamati kepergian Jimin sambil memegang dua gelas di tangannya kemudian menggeleng tak karuan. "Kenapa, sih?"
TBC
Kalau cemburu bilang aja atuh mas:(
Selamat malam minggu!
Aku bakal sering-sering update sebelum nanti sibuk kerja hehe
See u next part!
Love,
Nadyazayn✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mr. Park ✔
Fanfiction[COMPLETE] Bagi Lisa, ada satu kenyataan yang paling menyakitkan yaitu ketika ia mengetahui bahwa dirinya mandul dan tidak bisa memberi Jimin keturunan. Namun, ada kenyataan yang lebih menyakitkan, ketika Luna-saudara kembarnya-mengandung anak dari...