Sesampainya di rumah, Lisa langsung meletakkan tasnya di atas sofa dan menghampiri Jimin yang sedang menyibukkan diri di dapur.Jimin menoleh karena merasakan ada sentuhan di bahunya, kedua sudut bibirnya tertarik mengulas senyum ketika mendapati Lisa di sisinya. "Cepet banget ketemunya?"
Yang ditanya hanya tersenyum dan bertanya, "Lagi apa, Mas?"
"Buat teh. Kamu mau?" tawar Jimin setelah meneguk sedikit minuman buatannya.
Lisa menggeleng dan malah memeluk pinggang ramping Jimin dengan menyandarkan sisi kepalanya di dada bidang suaminya itu. Lantas Jimin tersenyum lagi dan membalas pelukan Lisa. "Wae? Musunirisseo?" (Kenapa? Ada masalah?)
Selama beberapa saat tidak ada jawaban, Jimin membiarkan Lisa memeluknya, sementara Lisa sedang bergelut dengan sekelabat perasaan yang saling beradu sehingga mengganggu pikirannya.
Kenapa ia merasa tidak aman?
Kenapa ia merasa takut sesuatu akan terjadi?
Kenapa juga.. ketakutan itu mengarah pada apa yang ia miliki sekarang.. tentang seseorang yang kini sedang memeluknya.. Park Jimin..
Entah ini perasaan darimana.. setelah bertemu dengan Luna dan mengatakan jangan pernah merebut kebahagiaanku lagi membuat Lisa merasa takut kalau saja ada kemungkinan besar Luna akan melakukannya.
Merebut Jimin dari pelukannya.
Lisa mencoba menepis pikiran negatif itu dan mengadah menatap Jimin masih dalam posisi yang sama. "Jangan sakit lagi."
cup.
"Iya, sayang."
Pipi Lisa bersemu merah ketika Jimin memanggilnya dengan sebutan sayang setelah laki-laki itu secara mendadak mencuri ciumannya tepat di bibir.
Mereka berjalan menuju ruang tamu dan memutuskan untuk berduaan di sofa. Jimin meletakkan cangkir tehnya dan berbicara. "Beberapa menit yang lalu Mama nelefon."
"Ada apa?"
"Dia mau buat pesta di rumah akhir pekan nanti, Papa ulang tahun," jawab Jimin seraya menyandarkan badannya yang masih sedikit lemas ke sofa.
Lisa sempat diam berpikir, "Aku kadoin apa, ya? Papa suka apa?"
"Hal yang berbau otomotif."
Alis Lisa terangkat, ia menjetikkan jari menemukan ide. "Gimana kalau aku kasih mobil?" serunya kemudian berpikir lagi dengan nada rendah, "Mobil apa, ya yang Papa suka..?"
"Nggak usah. Aku sudah kasih Papa mobil," ucap Jimin pelan, menolak tawaran Lisa dengan lembut. Tangannya mengusap pipi istrinya itu. "Gak usah repot-repot, paling ujung-ujungnya Papa minta cucu."
Ucapan Jimin membuat Lisa langsung mencubit laki-laki itu. Lantas Jimin tertawa, "Aku serius."
"Pasti pestanya besar-besaran, ya?" Mata Lisa berputar ke sekeliling, "Aku harus pakai gaun apa? Kadoin Papa apa? Bantu aku cari ide, aku gak bisa datang dengan tangan kosong saat berhadapan dengan keluarga besar kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mr. Park ✔
Fanfiction[COMPLETE] Bagi Lisa, ada satu kenyataan yang paling menyakitkan yaitu ketika ia mengetahui bahwa dirinya mandul dan tidak bisa memberi Jimin keturunan. Namun, ada kenyataan yang lebih menyakitkan, ketika Luna-saudara kembarnya-mengandung anak dari...