✨12 | Tell Me Everything

924 110 17
                                    

Setelah pulang dari taman bermain, Jimin langsung memulangkan Hazza pada Ayahnya, dan menceritakan semua kejadian yang menyebabkan anak itu menangis tanpa ditutup-tutupi karena Jimin merasa ketika Hazza pergi bersamanya, anak itu menjadi tanggung jawabnya.

Jimin membiarkan Lisa menenangkan diri selama beberapa menit di ruang tamu. Ia mengerti mengapa wanita itu begitu emosional setelah bertemu laki-laki asing tadi.

"Saya tunggu sampai kamu siap untuk cerita." Jimin meletakkan segelas air lemon hangat ke hadapan Lisa. "Minum dulu. Biar tenangan dikit," serunya lagi dan Lisa langsung meneguk setengah minuman tersebut membuat Jimin lega karena wanita itu mau menurutinya.

"Maaf," lirih Lisa. Jimin diam tidak memberi respon. "Maaf karena saya sudah mengacaukan semuanya. Ngebuat Hazza nangis dan ketakutan," tambah Lisa dengan suara parau. Ia berusaha menggigit bagian dalam bibirnya agar meredakan giginya yang bergetar.

"It's okay. Saya gak mempermasalahkan itu." Jimin membenarkan posisi duduknya agar lebih menghadap ke Lisa. "Sekarang, kamu bisa kasih tahu saya? Siapa laki-laki itu?"

"The person who makes me laugh the most, but also hurts me." Suara Lisa terdengar bergetar, kedua tangannya saling bertaut menyembunyikan getaran yang masih menyerang.

Lisa menceritakan semuanya pada Jimin. Bagaimana awalnya ia bertemu dengan Ray, laki-laki berdarah Korea-Amerika. Ray merupakan senior Lisa saat berkuliah di Thailand. Mereka memiliki hubungan yang baik hingga akhirnya memutuskan untuk pacaran.

Satu bulan, enam bulan, hingga berjalan satu tahun, Ray mulai menunjukkan sikap aslinya pada Lisa. Ia selalu memerintah Lisa untuk mengikuti kemauannya, Ray selalu merengek pada Lisa untuk memberinya uang dengan alasan membayar kewajiban kuliah, dan Lisa juga selalu dikekang dengan ke-overprotektifan Ray. Laki-laki itu tidak segan-segan memukul atau membentak Lisa ketika mengetahui wanitanya itu bersama laki-laki lain, padahal hanya sebatas teman.

Sebenarnya Lisa sudah tidak tahan dengan itu semua, namun ia tidak mau pergi. Selama itu ia berusaha keras menutupi luka fisik dan batinnya kepada teman-teman serta keluarganya. Maka dari itu, Lisa selalu memakai pakaian sedikit tertutup. Maka dari itu, Lisa menolak gaun pernikahan yang Jimin pilih karena menunjukkan sisi tubuhnya.

Hingga suatu kejadian yang benar-benar membuat Lisa pergi. Ia mendapati Ray bercumbu dengan wanita lain di acara Promnight. Sejak malam itu, Lisa memiliki malam terburuk selama ia hidup. Bukannya menyanggah, Ray malah melepaskannya, dan mempermalukan Lisa di depan banyak orang ketika Lisa menampar pipinya kala itu. Dan yang paling membuat Lisa kecewa adalah Ray memakinya: Dasar jalang kurus tidak tahu malu. Aku tuh mau sama kamu karena uang, mana mau aku bercinta sama wanita kurus sepertimu.

.

Setelah mengucapkan kembali kalimat menyakitkan seperti itu, tubuh Lisa merosot ke bawah, kedua tangannya ia gunakan untuk menutup wajahnya. Lisa menangis lagi dan lagi, membuat Jimin secara perlahan menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

"Setiap malam saya nggak bisa tidur dengan tenang, bayangannya selalu terngiang di kepala saya. Cara dia berteriak, memukul, atau apapun itu.. bahkan sampai sekarang saya nggak pernah tidur dengan nyenyak.. ketakutan itu masih ada.." Lisa memejamkan matanya, berusaha meredam air matanya yang mendesak ingin keluar. Ia tidak ingin menangis lagi.

Dan sekarang Jimin mengerti betapa hancurnya Lisa saat ini. Wajar saja saat tadi Lisa begitu ketakutan hingga bergetar dalam jangka panjang. Ternyata trauma itu masih ada.

Lisa tidak menolak dipeluk Jimin, justru sekarang ia butuh sandaran.

Dengan canggung, Jimin menepuk-nepuk kepala Lisa. Membiarkan wanita itu mengeluarkan semua perasaannya hingga tenang.

"He came back, that's what scared me to death." Lisa menarik dirinya dan Jimin langsung menyodorkan wanita itu selembar tisu untuk menyeka air mata.

Rasanya akan jauh lebih canggung kalau Jimin mengusap air mata Lisa.

"Don't be afraid. You're safe while you're by my side," ucap Jimin rendah. Ia berusaha menyelami tatapan kelabu milik Lisa, sekarang ia bisa mengetahui, di balik mata indah itu ada kehancuran yang tersembunyi di sana.

"Ya, pak. Tolong. Lindungi saya," seru Lisa.

Sungguh, ia tidak menolak apa yang Jimin berikan padanya. Justru ia merasa senang, hal itu juga karena hanya Jimin yang bertanggung jawab atas dirinya sekarang dan mengetahui rahasia terbesar dalam hidupnya.

"Berikan ponselmu." Jimin menyodorkan tangannya pada Lisa. Wanita di hadapannya ini tetap diam tidak mengerti. Jimin mengangguk pelan meyakinkan Lisa kalau ia tidak berbuat macam-macam.

Ketika Lisa meyerahkan ponselnya, Jimin langsung mengaktifkan GPS di ponsel tersebut kemudian mengembalikan ke pemiliknya lagi. "Mulai sekarang, nyalakan GPS kamu. Biar saya tau kamu ada dimana, kamu keberatan?"

Lisa langsung menggeleng. "Nggak, pak."

"Perlu bodyguard? Biar lebih aman."

"Oh gak usah, pak! Saya rasa itu berlebihan. Lagipula saya juga gak nyaman kemana-mana diawasi." Lisa menyunggingkan sedikit senyumnya pada Jimin.

Sementara ditatap seperti itu membuat Jimin melemparkan tatapannya ke sembarang tempat. "Yaudah, berarti kamu kemana-mana harus sama saya. Termasuk  berangkat dan pulang kerja."

"Nggak usah, pak. Saya bisa sendiri. Lagipula bapak kan sibuk. Jam pulang juga gak selalu bareng sama saya."

"Tapi ini demi kebaikan kamu, Lisa."

Sekali lagi, Lisa tersenyum sungkan. "Percaya sama saya, kejadian kemarin gak akan terulang lagi."

Melihat Lisa tersenyum lagi, membuat Jimin percaya kalau wanita itu sudah baik-baik saja sekarang. "Kesepakatan, kalau kamu keluar di luar jam kantor, hubungi saya."

Wahh, sejak kapan Presdir Park jadi seposesif ini??

"Iya, pak," kata Lisa seraya membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Oh ya, malam ini packing ya, besok pagi kita berangkat ke Paris," seru Jimin lagi sebelum berjalan menuju kamarnya.

Saat itu ia sempat tersenyum singkat ketika mengangkat bokongnya dari sofa, membuat Lisa merasakan ada desiran aneh kala melihat senyum itu.

Astaga. Astaga. Astaga. Ya Tuhan. Senyumnya.

TBC

Hallu guys selamat hari sabtu malam minggu!!

Sejauh ini gimana? Lambat ya alurnya? Sengaja sih soalnya aku gak mau buru-buru ke konflik:(

Masih tahap pendekatan antara Jimin dan Lisa

Kalau mereka udah bucin, baru deh konflik dateng hehehe

See u next part!

Borahae,
Nadyazayn✨

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang