✨24 | Attention

826 88 8
                                    

Sore tadi, setelah Lisa pulang dari tempat Lucas, ia mendapati Jimin tertidur di ruang kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore tadi, setelah Lisa pulang dari tempat Lucas, ia mendapati Jimin tertidur di ruang kerjanya.

Lisa membangunkannya dan betapa terkejutnya ketika ia merasakan tubuh Jimin demam tinggi. Lantas ia langsung mengajak Jimin ke dokter, namun laki-laki itu menolak dan memintanya untuk memanggil Ma Dong Hwa yang merupakan dokter pribadi keluarga Jimin sejak belasan tahun.

Jimin dinyatakan demam tinggi dan kelelahan akibat terlalu keras bekerja. Hal itu membuat Lisa marah sekaligus khawatir.

Setelah mencuci piring kotor bekas makan dan memberi Jimin obat, Lisa kembali masuk ke kamar dan membawa sweater tebal milik Jimin.

"Bangun, biar aku ganti baju kamu." Suara Lisa terkesan dingin, Jimin hanya menegakkan tubuhnya dan membiarkan Lisa melepas kaus putihnya yang basah akibat keringat.

Dengan telaten Lisa meloloskan tangan Jimin satu persatu ke dalam sweater, selama itu mata Jimin tidak lepas dari wajah Lisa. "Kamu marah?"

Alih-alih menjawab, Lisa bangkit dari kasur untuk meletakkan kaus Jimin di cucian kotor. Ia kembali lagi dan memutuskan untuk ikut bersandar di kasur. "Pekerjaan itu penting banget ya mas, bagi kamu?"

Jimin menghela napas berat, kepalanya tertunduk. "Sebelum punya kamu, dia satu-satunya prioritasku, Lis."

"Tapi sekarang apa bisa, kali ini aja kamu kesampingkan urusan kantormu itu dan peduli sama kesehatanmu?"

Tangan Jimin menarik Lisa agar mendekat, ia menenggelamkan kepalanya di dada istrinya itu. "Aku,'kan kerja buat kamu. Buat kita."

"Gak gini juga, mas."

Mendengar itu Jimin malah tertawa. Lisa langsung menggerutu. "Jangan ketawa!"

"Aku rindu sama Mama, tapi rindu itu terobati karena kamu mirip Mama kalau lagi marah-marah."

Satu hal yang membuat Lisa suka adalah ketika Jimin memanggil ibunya dengan sebutan 'Mama'. Itu cukup lucu dan menggemaskan untuk laki-laki usia 35 tahun seperti Jimin.

Lisa menaikkan selimut agar menutupi tubuh mereka, ia semakin merengkuh Jimin dalam pelukannya. "Masih pusing?" tanyanya di tengah keheningan.

"Sedikit."

"Mual?"

Jimin menggeleng. Ia bergelut manja dalam pelukan Lisa.

Dalam posisi seperti ini, tiba-tiba ada satu pertanyaan terbesit dalam pikiran Lisa. "Sebelum kita menikah, kalau kamu sakit, siapa yang rawat?"

"Gak ada. Aku malah mengabaikan sakit itu dengan bekerja sampai sakit itu hilang sendiri," jawab Jimin pelan, suaranya serak-serak basah.

"Memangnya kamu gak punya pacar?"

"Ketimbang pacaran, aku lebih mencintai pekerjaanku. Lagipula, aku gak punya waktu buat kencan."

Kepala Lisa mengangguk, tangannya masih setia mengusap tengkuk Jimin. "Kalau one night stand, apa kamu pernah melakukan itu?"

"Pernah. Cuma beberapa kali, tapi nggak sering." Jimin merasa tidak keberatan Lisa menanyakan hal itu. Mulai sekarang ia akan bersikap terbuka dengan Lisa.

"Ngapain, ya? Aku nanya hal kayak gitu." Lisa terkekeh pelan, "Kalangan konglomerat kayak kamu pasti pernah melakukan itu guna menghilangkan penat karena terlalu keras bekerja."

Mendengar pernyataan Lisa, Jimin ikut terkekeh. Kepalanya mengadah dan mengecup bibir Lisa sekilas. "Tapi sekarang kalau penat aku gak perlu itu lagi, kan sudah ada kamu."

Mereka berbagi tawa, Lisa kembali memeluknya membuat Jimin kini menyelipkan wajahnya di perpotongan leher wanita itu. "Jangan sakit lagi," kata Lisa.

"Iya."

"Kalau kamu masih prioritasin pekerjaanmu, mendingan menikah aja sana sama dia."

Jimin tersenyum kemudian menempelkan bibirnya di tulang selangka Lisa beberapa kali. "Iya sayang."

Mereka sempat terdiam larut dalam pikiran masing-masing hingga beberapa detik kemudian Jimin buka suara. "Lis, mulai sekarang, tidur di sini, ya?"

Mengingat mereka selama ini tidur pisah ranjang dan Jimin memintanya untuk tidur bersama, sukses membuat dada Lisa berdentum.

Jimin merapatkan tubuh mereka dan menyelipkan lengannya pada ketiak Lisa guna merengkuh wanita itu lebih erat. "Aku gak akan ngebiarin kamu terjebak dalam bayang-bayang itu lagi, Lis."

Disini yang Jimin maksud adalah Ray. Ia tahu, Lisa pasti masih trauma dengan laki-laki itu.

Lantas Jimin melanjutkan, "Aku akan bikin kamu bahagia. Mengubah tidurmu agar tidak pahit lagi."

Suara Jimin yang rendah diselingi serak akibat sakit terkesan menggoda di telinga Lisa. Astaga. Bisakah Lisa berhenti memikirkan hal kotor ketika sedang bersama Jimin?

Secara perlahan, Lisa tersenyum. "Terimakasih."

"Jangan takut lagi, ya. Kamu akan baik-baik aja selama ada aku."

"Iya, Mas. Gak akan."

"Sayang," panggil Jimin.

Tidak. Tidak. Tahan dulu. Seru Lisa pada gadis batinnya yang sudah bersiap mengeluarkan taringnya untuk menerkam leher Jimin bagaikan vampire.

"Apa?" jawab Lisa.

"Rencana mau punya anak berapa?"

Pertanyaan Jimin sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh Lisa.

Bagaimana bisa di saat sakit seperti ini Jimin sempat-sempatnya bertanya perihal anak?

"Tiga, mungkin cukup."

Jimin mengadahkan kepalanya menghadap Lisa, "Aku mau lima. Kalau bisa, lebih dari itu. Aku mampu, dan aku kuat buat sebanyak itu. Tapi itu tergantung kamu kuat atau nggak kalau harus berada di bawahku setiap malam."

Jimiere. Saat pertama kali kenal, laki-laki itu cukup dingin dan tidak peduli dengan sekitarnya. Namun hal yang mengejutkan bagi Lisa adalah melihat Jimin ternyata secerewet ini padanya.

Jimin yang orang-orang kenal di kantor berbeda dengan Jimmie yang ia kenal di rumah.

"Aku mau anak pertama laki-laki," seru Jimin lagi.

"Oke. Anak kedua aku mau kembar cewek."

"Kenapa kembar?"

"Ngga apa, soalnya lucu."

Jimin terkekeh dan mencium bibir Lisa sekilas sebelum tenggelam dalam dada wanita itu lagi. "Oke. Setelah aku sembuh, kita bikin anak pertama dulu, laki-laki. Kamu harus siap. Kali ini aku akan bekerja lebih ekstra."

Ya. Ya. Ya. Terserahmu saja! Lalisa, bolehkah aku menerkamnya sekarang? seru gadis batin Lisa.

TBC

Hai! Ketemu lagi!

Bosen ngga cheesy mulu? Kalau bosen mau langsung ke konflik aja. Gimana?🤪

Makasih yang udah vote! 💜

Love,
Nadyazayn

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang