✨9 | The Day

1K 114 10
                                    

Hari ini adalah hari pernikahan Jimin dan Lisa.

Selama dirias, Lisa terdiam menatap kosong pantulan dirinya di cermin.

Cantik, anggun, dan mewah. Tiga kata yang pantas untuk mendeskripsikan bagaimana Lisa sekarang. Tubuhnya sudah dibaluti gaun pengantin rancangan Elie Saab yang terdapat hiasan bunga buatan tangan, memberikan kesan romantis yang dramatis.

Tampilan Lisa saat ini sudah seperti Tuan Putri di dongeng Kerajaan .

Rambutnya disanggul sedemikian rupa, dihiasi dengan beberapa mutiara yang merembet melingkari permukaan rambut hitamnya, meninggalkan kesan indah.

"Lisa."

Satu panggilan membuat Lisa menoleh dan mendapati wanita berparas cantik yang kini juga memakai gaun sederhana serta riasan wajah, datang menghampiri Lisa membuat staf yang merias Lisa keluar satu persatu memberi ruang privasi untuk mereka berdua.

Wanita itu adalah Nadine Inson William Park.

Anak kedua dari keluarga Park yang merupakan adik perempuan Jimin yang kini sudah memiliki satu anak di usianya tepat menginjak 30 tahun.

Ia melangkahi Jimin untuk menikah duluan.

Wanita itu tersenyum melihat wajah kakak iparnya sekarang. "Cantik," pujinya membuat Lisa tersenyum. "Makasih, kak."

Walaupun Nadine merupakan adiknya Jimin, tetapi Lisa tetap memanggilnya kakak. Toh, wanita itu juga delapan tahun lebih tua dari Lisa.

"Pasti sangat sulit ya?" Nadine mengambil posisi duduk di hadapan Lisa, menggenggam tangan Lisa yang terkulai di atas gaun putihnya.

Matanya menatap mata kelabu Lisa yang sengaja tidak ditimpa soflen. Nadine bisa melihat ada sesuatu yang mengganjal disana. Entah itu kesenangan atau kesedihan. Nadine tidak bisa menebaknya.

Dengan ragu, Lisa mengangguk sambil menggigit bagian dalam bibirnya menahan tangis. Jujur, ia sangat terpaksa menerima ini semua.

Jauh di dalam lubuk hatinya, ia benar-benar tidak ingin menikah.

Tidak peduli semahal apa harga gaunnya, semegah apa gedung resepsinya, serta semewah apa perhiasan yang ia gunakan. Bahkan, ia tidak merasa senang sama sekali bersanding dengan laki-laki yang menjadi idaman para wanita. Laki-laki yang memiliki kesuksesan serta wajah tampan sebagai poin utama.

Namun, apa boleh buat? Tidak ada hal yang lebih buruk daripada kehilangan mimpinya.

Nadine mengeratkan genggamannya pada tangan Lisa. Berusaha menguatkan wanita itu. "Aku cuma mau mimpiku," lirih Lisa pelan. "Aku cuma mau orang tuaku mendukung pilihanku. Terutama Mommy. Aku butuh dukungan mereka."

"Aku ngerti gimana perasaan kamu. Coba terima pelan-pelan ya? Aku juga menikah sama Namjun karena dijodohkan Mama-Papa," ujar Nadine menenangkan. "Sini, kakak peluk." Tangannya menarik Lisa ke dalam pelukannya.

Lisa bisa merasakan ada sosok kakak yang bisa menyayanginya, men-supportnya, dan mengerti dirinya. Ia bersyukur bisa bertemu dengan kakak seperti Nadine.

✨✨✨

Seharian penuh, Lisa dan Jimin terus berdiri di atas pelaminan, menyambut para tamu-tamu penting yang merupakan rekan bisnis keluarga, pejabat, beberapa artis, dan lain-lain.

Keluarga besar Lisa dan Jimin semuanya berkumpul memeriahi acara. Walaupun resepsi diadakan secara private, namun tidak menutup kemungkinan kalau acaranya akan meriah.

Satu persatu, Lisa dapat mengenal seluk-beluk keluarga Park.

William—ayah Jimin—merupakan putra kedua dari pasangan mendiang Sammy Johanson dan Hani Park. Kedua pasangan itu memiliki tiga putra yang sukses di bidang bisnis.

Siwon J. Park adalah putra pertama yang merupakan kakak dari ayah Jimin. Ia menjalani bisnis di bidang mesin dan IT. Sedangkan putra ketiga, Jaenath J. Park bergelut dalam bisnis Traveling.

Tidak usah heran lagi kenapa kekayaan keluarga Park tidak bisa dihitung.

Mungkin harta mereka tidak pernah habis tujuh turunan, pikir Lisa.

Omong-omong, setelah sekian lama, Luna baru menampakkan diri di hadapan Lisa.

Tidak ada yang berubah. Wanita itu masih setia dengan rambut blondenya, tidak lepas dengan make up, serta cara berpakaian yang sedikit terbuka.

Luna memperkenalkan diri di hadapan keluarga Park. Serta berkenalan dengan Jimin untuk pertama kali.

Terlepas dari itu, Lisa tidak peduli lagi karena ia merasa tidak ada yang ingin dibicarakan dengan saudara kembarnya itu.

Malam ini, Lisa langsung dipulangkan ke kediaman Jimin yang berada di komplek Real Estate dengan penjagaan yang ketat di gerbang komplek karena tidak sembarang orang bisa masuk sebelum menunjukkan identitas diri.

Lisa sempat terpukau melihat seisi rumah Jimin yang didominasi warna abu-abu terang dan putih. Saat memasuki gerbang, Lisa bisa melihat ada berbagai macam tanaman bunga hias mengitari air mancur kecil berbentuk ikan. Saat memasuki ruang tamu, tidak ada yang istimewa hanya ada sofa hitam memanjang menghadap TV besar yang tertempel di dinding. Namun yang membuat Lisa terkejut adalah ketika ia melihat kaca bening besar yang membatasi antara ruang tamu dan halaman belakang.

Di halaman belakang terdapat kolam renang indoor yang bersebelahan dengan ruang gym. Ini adalah tempat dimana Jimin melakukan aktivitas olahraganya setiap minggu.

Lisa tersenyum simpul ketika melihat ruang kosong berdinding kaca bening yang terlihat seperti bangunan baru. Itu adalah studio yang Lisa minta pada Jimin. Sebagai tempat kerjanya untuk berlatih, membuat choreo, atau bisa juga untuk olahraga ketika memiliki waktu luang.

Ternyata Jimin menepati janjinya.

"Kamu gak tidur?"

Tubuh Lisa terperanjat kaget. Ia menoleh dan mendapati Jimin yang kini sudah mengganti pakaiannya dengan celana pendek hitam dan kaus putih, tangannya menggosokkan rambut basahnya dengan handuk.

"Bapak sendiri?" tanya Lisa balik. Jimin menurunkan handuknya dari kepala. "Saya lapar."

Lisa menaikkan alisnya, "Delivery aja."

"Mana ada jam segini," jawab Jimin sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam.

"Oh ya. Saya kebetulan tadi bawa ramyeon pas packing baju di rumah. Kalau mau, saya masakin?"

Dengan cepat Jimin menggeleng. "No, no, no. Saya cuma makan makanan yang bergizi."

Lisa memutar mata sambil lalu meninggalkan Jimin. "Terserah. Coba aja tahan lapar sampai besok pagi."

Jimin membalikkan badannya menatap punggung Lisa yang berjalan ke dapur. Sepersekon, perutnya berbunyi lagi. Sungguh, karena seharian menjadi pengantin, ia tidak sempat makan sedikit pun.

Lantas, Jimin langsung berlari kecil mengejar Lisa. "Yaudah iya. Masakin saya, dong!"

Untuk hari ini, buang dulu motto hidup sehat. Ini,'kan kepepet, besok-besok gak bakal makan mie instan lagi. Kata Jimin

TBC

Wahh tidak konsisten sekali diriku. Janji update setiap sabtu malah sekarang udah update😅

Kayaknya bakal update twice a week nih:)))

Tinggalkan jejak kalian yaa!💜

lots of love,
Nadyazayn✨

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang