✨42 | Can't

918 95 21
                                    

Di antara semua cucunya, yang paling Nenek Jean sayang adalah Luna dan Lisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di antara semua cucunya, yang paling Nenek Jean sayang adalah Luna dan Lisa. Tapi kalau ditanya lebih sayang siapa di antara mereka berdua, jelas Nenek Jean akan memilih Lisa. Hal itu karena Lisa tumbuh besar dengannya di Thailand, sementara Luna tumbuh di Amerika setelah lulus SMP untuk sekolah modeling demi mengejar mimpinya.

Dulu, saat menduduki bangku sekolah dasar, Nenek Jean selalu menunggu si kembar di depan gerbang sekolah saat jam pelajaran berakhir. Kalau mereka berdua mendapat nilai bagus saat ujian, Nenek Jean selalu membelikan mereka hadiah berupa es krim atau berbagai macam kue manis.

Setiap malam sebelum tidur, Nenek Jean selalu membacakan dongeng putri kerajaan, terkadang Nenek Jean juga menceritakan kehidupan masa mudanya pada cucu kembarnya itu.

Kalau Lisa dan Luna bertengkar, Nenek Jean menjadi penengah kemudian menyuruh mendiang Paman Noph menghibur mereka sehingga mereka tertawa lagi dan melupakan pertengkaran mereka.

Kini, melihat kembali cucu kesayangannya setelah sekian lama, membuat Nenek Jean menangis. Ia memeluk Lisa begitu erat sambil menanyakan apapun tentang cucunya itu selama di Korea; bertanya tentang bagaimana gaya hidupnya disana, pola makan, pernikahan, dan lain-lain.

Nenek Jean sedikit kecewa begitu mengetahui Lisa datang tanpa Jimin. Apalagi ketika mendengar bahwa Lisa belum niat memiliki momongan.

Astaga, bisa bayangkan nanti kalau Nenek Jean dan Bibi Lice tahu yang sebenarnya. Lisa bersumpah tidak akan menampakkan wajahnya di hadapan mereka berdua.

Tangan halus Nenek Jean yang sudah keriput itu terus bergerak mengusap kepala cucunya yang kini berbaring di pahanya. Lisa memang selalu seperti ini pada neneknya kalau ia sedang merasa tidak baik.

"Nanti kalau kamu sudah punya momongan, nenek akan memberi anakmu baju dari hasil jahitan nenek sendiri.." ujar Nenek Jean, wajahnya nampak tersenyum sehingga menimbulkan kerutan namun tidak mengurangi sedikit pun kecantikan yang ia miliki. "Nenek juga akan membuat baju rajut untuk anak kamu. Apalagi di Korea udaranya dingin, nenek pastikan cicit nenek tidak kedinginan dan selalu dalam keadaan sehat."

Alih-alih menjawab, Lisa malah mengambil tangan neneknya di kepala untuk ia genggam. Lisa semakin memeluk erat tubuh nenek yang semakin lemah. Nenek Jean merasa tubuh Lisa bergetar, lantas ia menyingkirkan rambut cucunya itu karena menutupi wajah. "Hei, kenapa nangis?"

Lisa menggeleng sebagai respon. Hatinya sakit. Ia merasa bersalah. Nenek pasti akan marah padanya kalau tahu dirinya mandul. Lisa merasa menjadi orang paling jahat karena tidak bisa memberi apa yang neneknya mau. Apalagi nenek sudah berniat baik dengan menjahitkan baju untuk cicitnya sendiri.

Nek.. maaf.. Lisa ngga bisa jadi apa yang nenek mau.. seandainya nenek tau kalau Lisa benar-benar hancur sekarang.

✨✨✨

Gila.

Semua ini harus dihentikan. Tidak seharusnya Jimin berdiam diri ketika Luna menyatukan bibir mereka. Entah ini karena memang Jimin benar-benar merindukan Lisa atau ia menginginkan ini.

Sejak pagi, Luna mengalami morning sickness; mual serta muntah-muntah yang sering di alami wanita hamil.

Luna mendadak manja pada Jimin, merengek untuk diusap kepalanya, perutnya, serta tengkuknya. Mau tak mau Jimin melakukannya karena hanya ia yang bisa meredakan rasa mual yang dirasakan Luna.

Selama Jimin memijit tengkuknya di pinggir ranjang, Luna tak melepaskan pandangannya pada manik biru gelap milik Jimin yang terlihat sendu serta menatapnya dengan sayu. Kemudian atensinya turun pada dua belah bibir tebal Jimin yang begitu memancing birahinya. Pijitan Jimin pada tengkuknya melemah ketika laki-laki itu menyadari bahwa Luna memandang bibir serta matanya bergantian. Hingga pada akhirnya Luna nekat mendekat dan memagut bibirnya seperti sekarang ini.

Luna merasakan tangan Jimin mencengkram tengkuknya ketika laki-laki itu mulai memejamkan mata. Hal itu membuat Luna menjerit dalam hati. Secara perlahan, Jimin mulai menerima setiap sentuhannya.

Bibir Jimin membalas pagutannya, tanpa tuntutan. Sial. Padahal hanya ciuman seperti ini tapi Jimin berhasil membuatnya menggila.

Luna semakin membuka mulutnya memberi jalan agar lidah Jimin mudah menyapu deretan giginya. Tubuhnya terangkat untuk duduk di pangkuan Jimin serta melingkarkan kedua tangannya di leher laki-laki itu. Namun detik selanjutnya Jimin segera menurunkan Luna sedikit kasar dari pangkuannya membuat ciuman mereka terputus menyisakan benang saliva yang memberi jarak antara keduanya.

Napas mereka terengah, Jimin sontak bangkit memandang wanita yang baru saja ia cium. "Don't do it anymore. I didn't want to make Lisa get hurt even though she didn't know what we just did."

"Jimin, please, aku cuma-"

"Luna. Stop it. I can't." Jimin memotong ucapan wanita itu, memandangnya gelisah. "Kalau pun anak yang ada di kandungan kamu itu anak saya, it's okay, saya akan tanggung jawab sepenuhnya sampai persalinan. Lalu membesarkannya dan mendidiknya. Kamu mau kita menikah? Okay, let's get married then. Tapi Luna, we can't live together like a couple. Kita akan cerai setelah kita menikah lima tahun. I promise."

Lantas Jimin langsung mengambil kunci mobilnya di atas nakas setelah merapihkan pakaian serta rambutnya yang sedikit berantakan. "Hubungi pelayan kalau kamu butuh sesuatu. Jangan ganggu saya selama saya di kantor."

Setelah itu Jimin melangkah lebar keluar kamar meninggalkan Luna yang memandang kepergiannya dengan mata berkaca-kaca. Tangannya meremat selimutnya kuat-kuat. "Jimin.. apa salah kalau aku butuh perhatian dari kamu? Apa salah.. kalau anakku mau diperhatikan oleh ayahnya?"

TBC

Hawoo ketemu lagii! Segini dulu ya partnya, maaf pendek banget😭

Nanti kita ketemu lagi di hari sabtu! Bye bye.

Janlup tinggalkan jejak ya. Thankyou🤗💜

Jimin's
Nadyazayn✨

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang