✨1 | First

2.4K 163 9
                                    

Itu ya aku kasih visual Lisa dan Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu ya aku kasih visual Lisa dan Luna.

Gimana? Udah bisa bedain kan dari cara mereka berpenampilan+warna rambut mereka?

Sama-sama cantik kok, cuma karakter mereka aja yang aku buat kontras di cerita ini.

Semoga kalian suka ya.

Happy reading!

✨✨✨

Setelah kurang lebih lima tahun Lisa menetap dan menimba ilmu di Thailand, akhirnya ia kembali lagi ke Korea.

Tentu saja tujuannya kesini sangat amat jelas. Ia ditawarkan untuk menjadi choreographer di sebuah Agensi Entertainment terbesar di Korea oleh rekan bisnis Ayahnya yang merupakan CEO di perusahaan tersebut: GY Entertainment.

Dengan senang hati Lisa menerimanya dan tidak mau menyia-nyiakan gelar S1 Department of Theatre and Dance yang mati-matian ia dapatkan selama empat tahun.

Sebentar lagi, impiannya akan menjadi kenyataan. Lisa sangat bahagia, meskipun sang Ibu keberatan melihatnya menjadi seorang choreographer bukan sebagai pembisnis seperti kakak kembarnya-Luna.

Lihat sekarang, kedatangan Lisa tidak membuat Sora senang. Wanita paruh baya itu hanya menyambut kedatangan Lisa setengah hati. Ia masih kecewa karena telah dibohongi oleh putrinya beberapa tahun lalu, tepat saat ia mengirim Lisa untuk berkuliah Marketing Management di Chiang Mai University namun Lisa malah memilih Department of Theatre and Dance secara diam-diam selama tiga semester.

Tentu hal itu membuat Ibunya kecewa dan melarang Lisa untuk pulang ke Korea sebelum mendapat gelar Marketing Management sesuai permintaannya. Sementara Ayahnya-Denish-sama sekali tidak keberatan. Ia mendukung 100% apa yang anaknya lakukan, baik Lisa ataupun Luna.

"Berani, ya. Kamu pulang dan nampakkan diri di depan Mommy?" Manik Sora menyorot tajam ke arah Lisa. Dari tempatnya, bisa Lisa lihat kalau Ibunya itu masih memendam kekecewaan terhadapnya. Sungguh Lisa sangat menyesalinya, namun ia juga tidak bisa menghentikan impiannya begitu saja.

Guna menenangkan istrinya, Denish mengusap bahu wanita itu. "Sudah, Mom. Lisa baru sampe lhoo.."

Lisa hanya bisa diam di tempat menatap makanannya yang sudah dingin. Tiba-tiba ia kehilangan selera untuk makan. Padahal sebelum terbang kesini, ia belum makan sama sekali.

"Maaf, Mom.."

Entah sudah maaf yang keberapa kali yang Lisa lontarkan kepada Ibunya. Namun belum satu pun kata maafnya diterima.

Sora melipat kedua tangannya di dada, ia membuang pandangan ke sembarang tempat sambil tergelak ironi. "Kata maaf-mu gak berguna sebelum kamu meninggalkan dunia seni kamu itu dan fokus membisnis seperti kakak kembarmu, Lalisa."

Lagi-lagi Ibunya itu menjadikan Luna sebagai senjata untuk menyayat hati Lisa di bagian paling dalam. Mendengar itu membuat Lisa naik pitam dan kehilangan kesabaran, "Stop it, Mom. Berhenti bandingin aku sama Luna." Lisa mencengkram sumpit di tangannya karena emosi.

"Lebih baik kamu kembali ke Thailand kalau masih nolak permintaan Mommy. Mommy gak mau lihat putri pembohong seperti kamu disini."

"SORA. STOP IT." Nafas Denish memburu. Ia bukan tipikal laki-laki yang suka membentak istrinya, namun kalau istrinya sudah keterlaluan ia tidak segan-segan untuk melakukan itu. Detik seanjutnya, ia meneruskan. "Lisa anak kita, apa kamu gak sadar kalau perkataan kamu bisa nyakitin mentalnya? Dia sudah dewasa, sama halnya dengan Luna. Kita membebaskan dia melakukan apapun di Amerika, kenapa kamu gak bisa melakukan hal yang sama dengan Lisa?"

Tidak ada jawaban dari Sora, wanita itu hanya menaikkan bahunya tak acuh sambil memasukkan sepotong daging ke mulutnya. Menganggap perkataan suaminya hanya angin lalu.

Lisa menarik nafas pelan guna mempertahankan cairan bening yang sedikit lagi meledak di balik mata kelabunya itu. Lantas ia bangkit dari kursi. "Aku udah selesai. Aku ke kamar dulu," ucapnya lalu pergi menuju kamar di lantai dua dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya.

Menyakitkan.

✨✨✨

"Astaga, Mom. Jangan ngada-ngada, deh. Udah kayak hidup di era Joseon aja main jodoh-jodohan. Aku tuh udah dewasa, please deh." Suara milik Luna terdengar di sebrang sana. Saat ini ia sedang melakukan panggilan telepon oleh kedua orang tuanya yang tiba-tiba saja membahas tentang perjodohan. Membuat Luna jengkel.

Karena mendengar Luna menggerutu kesal disana membuat Sora terkekeh gemas. "Justru itu, karena kamu sudah dewasa, Mommy mau nikahkan kamu sama putra dari kerabat dekat Daddy. Masa kamu gak mau?"

Luna langsung menjawab. "BIG NO."

"Luna.." seru Sora membujuk Luna sekali lagi.

Anak yang satu ini memang keras kepala, berbeda dengan Lisa-kecuali perihal impiannya.

"Dadddd... help me please.. Kenapa Daddy diam aja? Kenapa kalian tiba-tiba mau jodohin aku sama cowok yang rupanya aja aku gak tau? Aku sibuk sama karirku disini, jadi model sekaligus mengurus perusahaan kalian. Honestly, aku gak sanggup kalau harus nambah satu pekerjaan lagi, mengurus rumah tangga.. Can you guys imagine it?"

Disana, Luna mundar-mandir di depan kaca rias yang menampilkan dirinya yang sudah rapih untuk pemotretan brand cosmeticnya yang sebentar lagi akan launching.

Sedangkan Sora dan Denish bertukar pandangan. Kalau dipikir-pikir, apa yang dikatakan Luna ada benarnya juga. Saat ini bukan waktu yang tepat bagi Luna untuk menikah karena masih ada urusan lain yang masih menjadi tanggung jawab wanita itu.

Sora mencondongkan kepalanya ke arah ponsel. "Tapi ini demi kebaikan kita semua, Luna. Kamu tau,'kan? Dengan bergabungnya perusahaan kita sama perusahaan rekan Daddy bisa memperluas peluang kita untuk lebih maju lagi? Lagipula.. pria itu baik, kok. Ganteng dan juga mapan.. Apa kamu gak tertarik?" bujuknya masih belum menyerah agar Luna menerima perjodohan kolot ini.

Namun, Luna tetaplah Luna. Ia memiliki pendirian yang keras seperti batu, sulit dihancurkan. "Mau aku mundur dari perusahaan dan nerima perjodohan atau Mommy nyerah jodohin aku?"

"Apa? Mundur? Kamu bercanda?" Kali ini, Denish angkat bicara.

Pilihan Luna sangat berat untuk dipilih. Tentu saja kedua orang tuanya tidak mau Luna mundur dari perusahaan, nanti yang ada jadi bangkrut karena sang jenius tidak ada lagi.

Disana, Luna mendudukkan bokongnya di sofa kemudian menjentikkan kukunya yang sudah di cat merah senada dengan baju. Dengan enteng ia menjawab. "Ya. Itu sih kalau kalian mau aku nerima perjodohan."

"Gak bisa. Kita gak mau kamu mundur dari perusahaan. Apa gak ada opsi lain?" Ujar Denish seraya berunding dengan Sora melalui tatapan.

Mereka berdua menunggu jawaban. Luna menaikkan kaki kirinya di atas paha, kemudian menyeringai. "Ada. Daddy bisa nikahkan laki-laki itu sama Lisa. Beres,'kan?"

TBC

Wow, gimana guys first partnya?

Suka gak? Maaf ya kalau terlalu melankonis:(

Kalian udah bisa bedain kan karakter Lisa dan Luna?

Semoga kalian suka ya sama karya ke-3 ku ini:)

Vote dan komen ya sahabat💜

Sweetheart,
Nadyazayn

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang