✨34 | Warm Hugs

760 80 8
                                    

Hayo tebak kalo rambutnya bule siapa wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayo tebak kalo rambutnya bule siapa wkwk

-

Setelah menemani kakaknya di rumah, Lucas langsung bergegas pergi ke kampus karena ada kelas pagi selama dua jam.

Ketika kelas berakhir, ia menghubungi kekasihnya itu. Jangan bertanya, sudah pasti kekasihnya—Jeon Somi, yang menerima cintanya di tepi Sungai Han waktu itu.

Lucas langsung menghampiri gadisnya itu di kafetaria kampus dan mendapati Hyunseo yang merupakan teman dekat Lucas dan Somi.

Wanita tomboy itu membalas high five Lucas sambil tersenyum ketika laki-laki itu sudah dekat. Hyunseo memperhatikan temannya itu yang kini mengacak rambut Somi gemas.

Somi menggerutu, "Kebiasaan!" ketusnya sambil merapihkan rambutnya lagi.

Lucas terkekeh kemudian mengambil kentang goreng yang ada di meja. "Thanks ya, udah mau temenin bidadariku!" kata Lucas pada Hyunseo dan mencubit pipi gembul Somi ketika mengatakan 'bidadariku'.

Hyunseo tersenyum tidak keberatan. "Oh, ya. Semalam aku lihat kakakmu lho, Cas."

Alis Lucas bertaut. "Kakakku yang mana?"

"Yang kemarin menikah itu.. siapa namanya?" Hyunseo menggaruk rambutnya guna berpikir dan mengingat-ingat memorinya semalam.

Somi menyanggah dagunya dengan tangan. Ia ikut menyahut, "Kak Lisa?"

"Nah iya. Dia cantik juga, ya ternyata kalau rambut bule gitu," sahut Hyunseo.

Lucas diam berpikir sebelum menjawab, "Tunggu. Kalau kamu ngeliat rambutnya bule berarti itu Kak Luna. Kakakku itu punya kembaran," tuturnya dan Somi mengangguk membenarkan.

Terlihat dari wajah Hyunseo terkejut. Oh ternyata punya kembaran? Kupikir laki-laki yang semalam bercumbu dengannya di sudut ruangan itu suaminya?

Haruskah aku katakan pada mereka kalau Luna semalam meminta bantuan pada temanku untuk mengabadikan kegiatan seksnya dengan pacarnya?

"Omong-omong, kamu melihat kakakku dimana?" Pertanyaan Lucas mampu membuyarkan lamunan Hyunseo.

Gadis dengan piercing tiga di telinganya itu membasahi bibirnya sebelum menjawab. "Di tempat kerjaku."

"Oh ya? Ia minum dengan siapa? Kamu memperhatikannya?" tanya Lucas lagi.

Lagi-lagi Hyunseo membasahi bibirnya sambil menggeleng. "Ah aku ngga terlalu memperhatikannya."

"Tapi laki-laki yang semalam sama Luna mirip dengan suaminya Lisa.. Ah masa iya, sih?" Batin Hyunseo.

✨✨✨

Luna mengeringkan tangannya pada tisu yang tersedia kemudian merapihkan poninya menghadap cermin.

Mata kelabunya menangkap luka merah yang sedikit bengkak di bibirnya. Ia menyentuh luka itu kemudian tersenyum lebar. Dari bibir, tangannya beralih pada syal yang menutupi sebagian lehernya dari beberapa tanda kemerahan.

Oh tentu saja kalian tahu siapa yang membuatnya.

Kalau melihat kissmark itu, membuat Luna teringat dengan kejadian panas mereka malam itu. Dimana ketika Jimin bernaung di atasnya, mengambil alih dirinya, dan memberinya puluhan kecupan serta gigitan pada tubuhnya. Luna masih bisa merasakan tangan Jimin menyentuhnya, membelainya dengan lembut, serta memegang pinggulnya kuat-kuat.

Ah sialan. Jimin itu kelewat sempurna. Ia Tuan Muda keluarga Park, pengusaha sukses, memiliki kemampuan multitasking, public speaking, manner, bossy, bahkan dalam hal berhubungan intim pun Jimin sangat amat mendominasi.

Ingin rasanya Luna merasakan berada di bawah Jimin lagi. Meneriaki namanya berkali-kali.

Memikirkan itu saja sudah membuat Luna menggila.

Segera Luna menggeleng menyingkirkan pikiran itu kemudian ia menyeringai sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

"Apalagi rencanaku setelah ini?" batinnya, "Apa aku harus menjauhi mereka dulu selama beberapa minggu, membiarkan mereka bersatu kembali, lalu kalau mereka sudah bahagia lagi.. aku datang memberi kejutan."

Sontak tawa Luna menggema di toilet pribadinya, ia menutup mulutnya dengan tangan. "Duh, aku jahat sekali. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku tidak mungkin rela datang ke sini kalau bukan karena rencana itu."

✨✨✨

Jimin berbaring di atas ranjang dan menepuk sisi kosong di sebelahnya begitu Lisa memasuki kamar.

"Sini," katanya sambil tersenyum nakal membuat Lisa mendelik dan segera merebahkan diri di sebelah suaminya itu.

Tangan Jimin memeluk pinggang Lisa erat. Sungguh ia sangat amat merindukan wanitanya ini. Satu minggu terasa seperti satu abad mereka tak saling bicara satu sama lain.

Lisa mengadahkan kepalanya, ia mengamati wajah Jimin dari mulai kedua matanya hingga turun ke rahang laki-laki itu yang terlihat lebam kemerahan. Lantas Lisa mengusap area lebam itu lembut dengan menggunakan jempolnya, kemudian ia bangkit dan mencium lembut bekas luka tersebut. "Pain pain go away," katanya sambil tersenyum. "Mana lagi yang sakit?"

Pipi Jimin bersemu. Dadanya berdetak tak karuan kala Lisa mencium semua luka yang ada di wajahnya akibat tergores pecahan kaca. Berharap luka tersebut hilang.

"Mana lagi?" tanya Lisa. Jimin malah mengecup lama dahi istrinya itu. "I'm okay. Seharusnya aku yang perhatiin kamu," kata Jimin kembali menarik Lisa ke dalam pelukannya.

Ada rasa senang campur rasa bersalah kala Lisa mencium bekas luka di rahangnya yang jelas-jelas bukan karena serpihan kaca melainkan ulah bibir sialan milik Luna. Namun dengan polosnya Lisa tidak mencurigainya.

Entah bagaimana jadinya jika Lisa tahu yang sebenarnya. Jimin tidak siap menyakiti hati Lisa.

Lisa menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Jimin sambil mendusal manja di sana. Sehingga, membuat Jimin menarik dagu Lisa ke atas agar wanita itu menatapnya. "Jangan sedih lagi.." bisik Jimin.

Dengan polos Lisa mengangguk. Ia membiarkan Jimin mengambil tangannya dan mencium buku-buku jarinya satu-persatu. Hatinya menghangat.

"Kamu.. kita.. harus bahagia," ucap Jimin akhirnya. "Bilang sama aku.. apa masih.. sakit?"

Sakit yang dimaksud oleh Jimin bukanlah sakit fisik melainkan sakit batin yang dirasakan oleh Lisa belakangan ini.

Mendapat perlakuan manis dari suaminya sendiri membuat Lisa tak kuat membendung air matanya. Butiran hangat siap menembus kelopak matanya sedikit lagi. Akhirnya Lisa mengatakan dengan suara bergetar. "Just—kiss me. Please?"

Dengan senang hati Jimin mengabulkannya, tersenyum sambil menarik wajah Lisa mempertemukan bibir mereka.

Berharap melewati ciuman ini rasa sakit yang menimpa Lisa menghilang. Musibah yang menimpa hubungan mereka cepat-cepat pergi. Mereka hanya ingin bahagia. Selamanya. Seperti ini.

TBC

Sedih banget aku nulisnya, jadi ngga tega mau karamin:(

Double update guys wkwk

Lots of love,
Nadyazayn✨

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang