Warning; mature content🔞; softkiss; clingy; fluff.
Kalau ngga nyaman, bisa skip🙂
✨✨✨
Terhitung tiga hari sejak kepulangan Jimin dari Jepang, laki-laki itu tak kunjung bicara dengan Lisa.
Biasanya mereka sarapan bersama, bahkan Jimin mengantar Lisa ke kantor. Namun Jimin sudah berangkat lebih dulu sebelum Lisa bangun.
Bahkan saat Lisa menunggu kepulangan Jimin hingga larut malam dan ketiduran di sofa, Jimin tak kunjung pulang. Sebisa mungkin ia pulang tanpa berhadapan dengan wanita itu.
Jimin memiliki banyak cara untuk menghindari Lisa.
Hal itu membuat Lisa gelisah dan merasa bersalah. Ia sudah nekat membawa Bambam ke rumah yang jelas-jelas Jimin melarangnya. Seharusnya Lisa tidak melakukan itu. Jimin mengabaikannya, dan ini semua salahnya. Lisa hanya ingin bicara sebentar, meminta maaf. Selebihnya, biarlah terserah Jimin.
Malam ini Lisa memberanikan diri untuk mengajak Jimin berbicara. Ia tahu Jimin sudah pulang dari kantor dan langsung masuk kamar, padahal jelas-jelas dirinya sedang membersihkan dapur namun Jimin lagi-lagi tidak menegurnya.
Saat Lisa ingin mengetuk pintu, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan dirinya langsung berhadapan dengan Jimin. Namun ketika Jimin ingin menutup lagi dengan gerakan cepat Lisa mendorong pintu tersebut memaksakan diri untuk memasuki kamar Jimin. Lisa menutup pintu dan menguncinya, setelah itu kunci tersebut ia masukkan ke dalam kantung piyamanya.
Hal itu membuat Jimin sontak terkejut, ia tidak menduga kalau Lisa akan melakukan hal senekat ini.
"Bapak gak bisa menghindar lagi. We need to talk. Bapak marah sama saya?" seru Lisa bertubi-tubi namun Jimin belum juga memberi respon membuat Lisa tergelak ironi, "Wahh. Jadi begini cara laki-laki berumur 35 tahun marah sama istrinya? Ralat, anggap aja saya adik bapak."
Lisa kembali menatap mata biru gelap Jimin yang berusaha menghindarinya. "Saya minta maaf karena sudah bawa Bambam ke rumah. Tapi kita gak ngapa-ngapain, kok! Sumpah!" ujarnya dengan menaikkan dua jari membentuk tanda 'swear'
Jimin masih terdiam membiarkan Lisa berbicara semaunya hingga puas. "Sudah tiga hari lho, pak. Bapak menelantarkan wanita berusia 22 tahun di rumah. Saya gak bisa diasingin kayak gini," tuturnya kemudian maju selangkah mendekati Jimin. "saya gak bisa jauh-jauh dari bapak."
Saat itu juga, Jimin membuang pandangannya ke arah lain. Ia berusaha mengontrol dirinya dalam keadaan seperti ini.
"Bapak bilang kemarin jangan rindu, tapi bapak sendiri gak ngabarin saya! Gimana saya gak mau rindu? Seharusnya saya yang marah sama bapak karena sudah ninggalin saya berhari-hari—"
"Saya cuma gak suka kamu dekat-dekat sama dia," potong Jimin penuh penekanan sukses membuat Lisa sedikit terkejut.
"T-tapi dia,'kan teman saya," jawab Lisa terbata-bata. Jimin mengerjap sekali, "Kamu belum paham juga maksud saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mr. Park ✔
Fanfic[COMPLETE] Bagi Lisa, ada satu kenyataan yang paling menyakitkan yaitu ketika ia mengetahui bahwa dirinya mandul dan tidak bisa memberi Jimin keturunan. Namun, ada kenyataan yang lebih menyakitkan, ketika Luna-saudara kembarnya-mengandung anak dari...