Part 28

11.8K 460 2
                                    

Happy Reading

Selesai makan, Nata langsung pamit pulang kepada Arga. Arga sempat menawarkan untuk mengantarnya namun langsung Nata tolak, ia takut Arvan akan semakin marah melihatnya pulang diantar oleh Arga

Sesampainya di apartemen Nata segera masuk, saat ia masuk keadaan seluruh ruangan gelap hanya lampu dapur yang menyala. Sepertinya mbak Ratih sudah tidur, mungkin Arvan juga. Nata berjalan menuju kamarnya, membuka pintu pelan-pelan takut membangunkan Arvan dilihatnya keadaan kamar yang gelap gulita bahkan lampu tidur saja tidak menyala sama sekali

Nata menyalakan lampu kamarnya, ia tidak melihat adanya Arvan diatas tempat tidur. Apa dia ada di kamar mandi-pikir Nata, ia berjalan kedepan pintu kamar mandi mendekatkan telinga pada permukaan pintu, tapi ia tidak mendengar adanya orang disana. Nata ingin membuka pintunya tapi takut jika benar Arvan ada di dalam dan sedang mandi atau sedang melakukan hal lainnya

Mata Nata membulat seketika, ketika pikiran negatif menghampirinya, atau jangan-jangan Arvan di dalam sedang-- tanpa pikir panjang Nata segera membuka pintu kamar mandi, bodo amat jika benar memang ada Arvan di dalam sedang mandi atau apalah, toh dia kan istrinya

Saat Nata membuka pintu, ia memandang keseluruh penjuru ruangan namun ia tidak menemukan Arvan disana sama sekali

Ah bodoh, ya mana mungkin Arvan ada disini setelah memergokinya makan bersama dengan Arga. Arvan mungkin benci kepadanya, Nata merasakan sakit dihatinya jika benar Arvan membencinya. Sekarang Nata menyesal menerima ajakan jalan dari Arga, tapi percuma saja ia menyesal sekarang toh semuanya sudah terlanjur terjadi. Bukankah penyesalan memang selalu datang diakhir

Nata menganti pakaiannya, menghapus make up nya, mencuci muka. Setelah itu ia keluar kamar berjalan menuju dapur membuka kulkas dan mengambil kotak jus mangga dan menuangkannya kedalam gelas, ia meminumnya sambil berjalan menuju sofa, Nata duduk meletakkan gelasnya diatas meja yang ada didepannya

Nata mengambi remot tv dan menyalakannya, ia memutuskan untuk menunggu Arvan pulang. Nata mulai merasa jenuh, sedari tadi ia hanya menganti-ganti channel tv saja. Nata menghela nafas pendek, ia melempar remot tv ke sofa kecil yang ada disebelahnya, Nata melirik jam dinding menunjukkan pukul 23.33 tapi Arvan belum pulang juga

Nata merebahkan tubuhnya diatas sofa, ia memejamkan matanya tak terasa setetes air mengalir disudut matanya, sampai akhirnya ia terlelap kedalam alam mimpinya

Pukul 24.42

Nata terusik dari tidurnya, merasa tidak nyaman. Nata membuka matanya ia terlonjak kaget, melihat Arvan yang berada dihadapannya dengan jarak yang begitu dekat, jantungnya berdetak kencang sebentar ini bukan mimpi kan. Nata menepuk-nepuk pipinya sendiri, mencubit pipinya

"Awww..." Nata meringis akibat ulahnya sendiri

Nata melihat Arvan dengan wajah yang kusut, dan rambut yang acak-acakan tampak terlihat sangat kacau namun aura tampannya memang tidak bisa hilang. Sampai sebegininya Arvan karenanya "Sebentar bau apa ini" batin Nata

"Arvann.." panggil Nata. Tiba-tiba Arvan tertawa membuat bulu kuduk Nata berdiri

"You are so beautiful my Kia" kata Arvan.

"Arvan are you oke ?" tanya Nata. Arvan kembali tertawa ia duduk disamping Nata, Nata pun ikut duduk

"Oke? menurut lo?" jawab Arvan. balik bertanya, Nata terkejut mendengar Arvan mengucapkan kata lo

"Setelah melihat istrinya jalan sama laki-laki lain, dan lo masih tanya are you oke? Apa lo gak ada rasa cinta sedikitpun buat gue?"

Nata hanya terdiam, sedari tadi air matanya sudah mengalir. Dadanya terasa sesak

"Sebegitu cintanya lo sama laki-laki itu, atau jangan-jangan selama gue gak ada lo sering jalan bareng laki-laki itu?" Lagi-lagi Nata tak mau menjawab pertanyaan Arvan

"Jawab Kia"

"Iya, kita sering bertemu di kampus" jawab Nata. Arvan mengepalkan jari-jari tangannya, mendengar jawaban dari Nata hatinya terasa disayat oleh pisau yang begitu tajam

"Perempuan gak punya harga diri, keganjenan, kegatelan, lo itu udah punya suami. LO BISA KAN HARGAI GUE SEBAGAI SUAMI LO" bentak Arvan

"You are not Arvan" ucap Nata. Menggeleng-gelengkan kepalanya sambil sesenggukan, Arvan tertawa hambar

"Terus menurut lo, gue ini siapa? laki-laki itu"

"Arvan kamu mabuk, percuma juga aku jelasin semua itu ke kamu sekarang" setelah mengatakan itu Nata langsung berlari menuju kamar

Arvan menyadarkan kepalanya di sofa, kepalanya terasa sangat pusing. Arvan bangkit dari duduknya, berjalan sempoyongan menuju kamar

---

Terdengar suara adzan subuh berkumandang, mendengar itu Arvan terbangun dari tidurnya ia mengerjapkan matanya, kepalanya masih terasa sedikit pusing. Arvan bangkit dari tidurnya ia duduk bersandar ke kepala ranjang

Arvan membelalakan matanya, melihat keadaan tubuhnya yang tak memakai sehelai benang, Arvan melirik kesampingnya ia melihat Nata masih tertidur membelakanginya dengan keadaan yang sama dengannya. Arvan mengusap kasar wajahnya, astaga apa yang sudah ia lakukan

Arvan tahu Nata ini istrinya tapi, bukan seperti ini yang ia inginkan. Bahkan ia tidak ingat sama sekali apa yang sudah ia lakukan, yang ia ingat hanyalah ia pulang dari Club dan begitu masuk apartemen ia melihat Nata yang sedang tertidur di sofa, ia ingat sempat berdebat dengan Nata Tapi ia tidak ingat apa yang ia bicarakan dengan Nata, setelah itu ia tak ingat apa-apa lagi

Arvan menarik rambutnya sendiri, berusaha mengingat namun rasa pusing di kepala malah makin terasa. Ia pun memutuskan untuk menyegarkan dirinya dengan mandi dengan air dingin

Selesai mandi, Arvan menunaikan ibadah shalat subuh sementara Nata masih tertidur pulas, Arvan tak tega membangunkannya. Setelah itu ia pergi ke luar untuk joging sekaligus merileksasikan pikirannya dan mencari sarapan untuknya dan Nata, karena kemarin mbak Ratih izin untuk menemani saudaranya yang ada di Jakarta sedang sakit

Selesai joging, Arvan membeli lontong sayur. Karena banyak yang juga membeli, Arvan harus mengantri dan sabar menunggu dan saat itu tiba-tiba ponselnya bergetar

From: Co-pilot Indra
Selamat pagi Capt.Arvano hari ini kita akan terbang bersama😍

Sial Arvan baru ingat, siang ini dia ada penerbangan menuju Surabaya dan semalam ia baru saja minum, bagaimana nanti saat ia pengecekan kesehatan, apa masih di izinkan untuk terbang ya walaupun keadaannya sekarang sudah baik-baik saja

"A ini lontong sayur nya, 2 kan sambelnya dipisah, semuanya jadi dua puluh dua ribu"

Arvan menerima kantung plastik dari abang nya, lalu ia mengeluarkan dompetnya mengambil 1 lembar uang dua puluh ribu, dan 1 lembar uang sepuluh ribu dan memberikannya kepada abang tadi

"Kembaliannya ambil aja bang" kata Arvan. Setelah itu Arvan pulang jalan kaki karena memang jaraknya lumayan dekat

Fly With My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang