☘Happy Reading☘
Diba menatap Nata tersenyum lalu kembali menatap Arvan
"Gak baik loh kak, memutus tali silaturahmi dengan cara pura-pura gak kenal" ucap Diba
"Hah ah em eh iya, Alhamdulillah kabar baik, kamu sendiri apa kabar Alia?" balas Arvan
"Alhamdulilah baik juga kak" jawab Diba, Nata hanya diam memerhatikan keduanya, ia heran kenapa Arvan terlihat sangat canggung
"Alia?" tanya Nata heran, kenapa Arvan memanggil Diba dengan nama Alia, bahkan teman-teman kampus mereka tak ada yang memanggil Diba dengan nama Alia, kenapa terdengar seperti panggilan special, seperti Arvan yang memanggilnya dengan sebutan Kia
"Nama aku kan Diba Aliana Putri Nat, ah tapi emang cuma kak Vano sih yang panggil aku Alia" jawab Diba
Sebentar kak Vano, Vano? Apa Nata tak salah dengar, Vano yang Diba maksud bukan Vano mantan nya kan, Arvan bukan mantanya Diba kan
"Vano?"
"Iya dia kak Vano yang aku ceritain sama kamu, gak nyangka ya ternyata orang yang aku ceritain selama ini suami kamu"
Degh.. deg...
Mata Nata membelalak, tubuhnya membeku seketika ia begitu shok mendengarnya
"Sayang sebaiknya kita pulang udah malem, Alia kami pamit dulu" ucap Arvan yang sedari tadi diam saja
"Eh kalian gak mau masuk dulu, sedari tadi kita ngobrol di luar, sampe lupa aku ngajak kalian masuk"
"Gak usah kami pamit saja" ucap Arvan
Sesampainya di rumah, Nata langsung masuk kedalam kamar tanpa berkata apapun kepada Arvan. Nata merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, ia memejamkan matanya kepalanya terasa pusing karena fakta yang baru ia ketahui,tak terasa air matanya menetes. Sekarang ia harus bersikap seperti apa kepada Diba, ia tidak punya alasan untuk membenci Diba, lucu sekali jika ia membenci Diba hanya karena dulu Diba adalah orang yang akan dijodohkan dengan Arvan, itu hanya masa lalu
Nata menghela nafasnya, ia bangun dan menghapus air matanya, mendengar suara pintu terbuka Nata pun melirik ke arah pintu, ternyata itu Arvan. Arvan tersenyum menatap Nata ia masuk menghampiri Nata, Arvan duduk di tepi kasur menghadap Nata, saat Nata tadi pergi ke kamar begitu saja Arvan tidak langsung menghampirinya, ia membiarkan Nata untuk menenangkan dirinya sendiri, Arvan takut jika ia langsung mengajak Nata berbicara, mereka akan kembali bertengkar ia tidak ingin itu terjadi
"Kia, aku bisa jelasin semuanya" ucap Arvan lirih, Arvan memejamkan matanya ia tahu Nata pasti akan marah kepadanya, namun tiba-tiba ia merasakan sentuhan di pipinya ia membuka matanya, melihat Nata yang tersenyum kepadanya
"Jelasin semuanya" ucap Nata, sambil menepuk sisi kasur disebelahnya, Arvan yang mengerti pun ia naik ke atas ranjang dan duduk di sebelah Nata. Nata menyandarkan kepalanya di bahu Arvan, Arvan merangkul Nata dan mengelus kepalanya
"Ayo ceritain semuanya"
"Kamu ingat dulu kita pernah bicara soal cinta pertama?" tanya Arvan. Nata terdiam mengingat-ingat kembali, ah iya dulu ia pernah bertanya tentang cinta pertamanya kepada Arvan, Nata menganggukan kepalanya
"Orang itu adalah Alia maksud aku Diba"
"Panggilnya senyaman kamu aja mas" sanggah Nata
"Iya. Pertama kali aku kenal Alia di Medan, saat itu mama sama papah maksa aku ikut pindah ke Medan karena saat itu perusahaan papah yang ada disana sedang ada masalah, disana juga mama ketemu dengan teman lamanya usut punya usut ternyata mereka merencanakan perjodohan aku dan Alia"
Sekarang Nata mengerti, kenapa orang tua Diba saat itu bersikap aneh saat di rumah sakit ketika Nata menceritakan tentang Arvan
"Singkat cerita kami pun bertemu, aku dan Alia menyetujui perjodohan ini, aku mulai mengenal dia dengan cara ta'aruf semakin kesini aku rasa Alia ini orang yang cukup menarik, aku pun mulai jatuh cinta kepadanya" Arvan menghela nafasnya, setelah itu ia melanjutkan ceritanya
"Saat itu aku sudah bekerja, sebagai co-pilot. Sampai suatu hari pesawat yang aku bawa mengalami kecelakaan" Nata sedikit tercengang, ya walaupun ia sudah tau dari Diba sudah tau dari Diba sebelumnya
"Beberapa penumpang dan crew pesawat meninggal dunia, untungnya saat itu aku masih bisa selamat tapi, aku tidak bisa berjalan lagi, aku mengalami kelumpuhan, keluarga Alia terus menghubungi papa dan mama tapi, aku melarang untuk memberitahu mereka. Aku putus asa, aku rasa tidak bisa melanjutkan perjodohan ini karena keadaan aku. Aku pun minta papa untuk menghubungi abi Diba dan membatalkan perjodohannya"
Nata menganggukan kepalanya, sekarang ia mengerti
"Eh tapi, sekarang mas bisa jalan?" tanya Nata, Arvan tersenyum
"Saat itu sulit untuk aku menerima semua itu, aku bener-bener merasa tidak berguna, hanya bisa menyusahkan orang lain saja, aku sangat kacau saat itu, papa dan mama yang melihat aku tak tega mereka pun membawa aku ke Singapura dan menjalani perawatan disana sampai akhirnya aku bisa kembali berjalan"
"Terus kenapa mas gak hubungi Diba saat mas udah bisa jalan?"
"Mas gak berani, saat itu mas kira mungkin Alia kecewa dan gak mau lagi ketemu karena mas membatalkan perjodohan itu tanpa alasan apapun"
Arvan mengubah posisinya menjadi menghadap Nata, ia menatap Nata memegang erat tangan Nata
"Sayang itu cuma masa lalu, kamu tau kan sekarang aku hanya cinta sama kamu" Nata menganggukan kepalanya dan tersenyum
"Aku juga cinta sama mas Arvan" balas Nata, Arvan mendekat dan mencium kening Nata lalu memeluknya
"Hoamm... aku ngantuk mas dengerin cerita mas dari tadi" Arvan terkekeh
"Yaudah sekarang kita tidur, udah malem juga" Nata melepaskannya jilbab nya terlebih dahulu, setelah itu ia mematikan lampu, dan menyalakan lampu tidur
----
Maaf update nya lama, tadi siang saya ketiduran hehehe, sorenya saya bantuin kerjaan abang (Alasan lu thor, gak tau apa kita udah nunggu dari tadi)
Ya gitulah:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly With My Captain
RomanceArvano Antariksan seorang laki-laki berwajah tampan, bertubuh tegap, dan tinggi yang berprofesi sebagai pilot ini terkesan mempunyai sikap dingin, dan cuek. Arvan selalu dijodohkan oleh sang mamah kepada anak dari teman-temannya, karena ia takut...