Part 30

13.3K 452 13
                                    

Happy Reading

Sudah dua minggu Nata menyandang status sebagai pacar Arga. Arga jadi sering menemui Nata saat di kampus, membuat Nata menjadi risih. Setiap harinya pagi, siang, malam Arga tak pernah absen mengirim pesan kepada Nata, ia selalu menanyakan apa saja kegiatan Nata, bertemu dengan siapa saja. Nata baru tahu ternyata Arga ini tipikal pacar yang over dan posesif. Terkadang ia selalu berpikir Arvan saja yang berstatus sebagai suaminya tidak pernah begitu kepadanya

Ya, katakanlah Nata ini perempuan gila, tak punya perasaan, kejam dan tidak tahu diri. Sudah jelas dirinya ini mempunyai suami tapi ia malah menjalani sebuah hubungan dengan pria lain, semenjak ia dan Arga resmi berpacaran. Nata sama sekali tidak ada niatan untuk menjelaskan pada Arga bahwa dirinya sudah menikah, padahal disaat dimana Arga berkunjung ke apartemennya ia ingin menemui Arga untuk memberitahu prihal statusnya

Senang. Itu yang kini tengah Nata rasakan, bagaimana tidak ternyata cintanya kepada Arga selama ini tidak bertepuk sebelah tangan, cintanya selama tiga tahun ini terbalaskan, hubungan yang selama ini ia bayangkan menjadi kenyataan, laki-laki yang selalu membuatnya terkagum-kagum menjadi kekasihnya sekarang. Bisa dikatakan saat ini ia tengah selingkuh dari suaminya, namun ini selingkuh yang direstui oleh suaminya sendiri

Nata ingat Arvan saat itu berkata bahwa ia telah membebaskannya, jadilah seorang Nata bukan Kia, bahkan ia merestui hubungannya dengan Arga. Walaupun sebenarnya Nata tidak pernah benar-benar ingin menjalin hubungan dengan Arga karena ingat status, namun sekarang karena sudah terlanjur basah kenapa ia tidak sekalian saja menyelam

Cinta akan datang karena terbiasa, walaupun Nata sudah terbiasa dengan Arvan, bahkan tinggal satu atap. Nyatanya rasa cinta untuk Arvan tidak pernah tumbuh dihatinya

Nata sudah berusaha untuk mencintainya dengan cara menerima Arvan sebagai suaminya tapi, itu tidak semudah yang dilayangkan. Nyatanya itu terlalu sulit, rasa cinta nya kepada Arga terlalu besar, tidak mudah baginya menghilangkan rasa cinta yang sudah tumbuh selama tiga tahun ini. Nata akui nyaman ketika bersama dengan Arvan, namun nyaman saja tidak cukup untuk menumbuhkan rasa cinta dihatinya untuk Arvan

Saat ini Nata sedang berada di sebuah kaget yang tak jauh dari kampus, ia tengah menunggu Arga. Sebelumnya mereka memang sudah janjian untuk makan siang bersama, tadi Diba juga sempat menawarkan untuk makan siang bersama namun, Nata tolak dengan alasan ia ada janji dengan Aria

Nata terpaksa berbohong kepada Diba karena ia tak ingin Diba mengetahui hubungannya dengan Arga, sementara Diba sendiri tahu bahwa Nata telah bersuami. Jika Diba tahu sudah pasti Diba akan menceramahinya bahwa apa yang ia lakukan itu salah, dan Nata tahu ini memang salah bahkan sangat salah

"Hey" kata Arga. Menyadarkan Nata yang sedari tadi sedang melamun

"Hay" balas Nata tersenyum

"Udah nunggu lama ya, maaf ya tadi aku ada urusan sama temen aku dulu"

"Iya, gak papa"

"Udah pesen ?"

"Belum, kan nunggu kamu. Kita udah janjian kan buat makan siang bareng"

"Duh kasian, pacar aku pasti udah laper ya" ucap Arga. Mengelus-elus puncak kepala Nata, setelah itu Arga memanggil pelayan untuk memesan makanan. Pelayanan yang dipanggil berjalan menuju meja Arga dan Nata menyerahkan buku menu, Nata dan Arga membukakanya dan melihat-lihat semua menu yang ada disana

"Mbak saya pesen spaghetti aglio olio, sama minunnya lemon squash. Kamu mau pesen apa sayang ?"

"Aku chicken fried steak, sama blue ocean drink" jawab Nata

"Denger kan mbak, apa yang dikatakan pacar saya" ucap Arga kepada pelayan yang tadi

"Iya mas, ada tambahan lagi ?" tanya si pelayan. Arga menatap Nata, Nata menggelengkan kepalanya

"Enggak mbak" kata Arga

"Baiklah kalau begitu, mohon ditunggu ya pesanannya" ucap pelayan itu pergi

Sambil menunggu makanan mereka mengobrol, bercanda, saling berbagi tawa, terlihat begitu sangat bahagia. Bagaimana selayaknya orang yang baru pacaran seperti pada umumnya

---

Sementara itu Arvan kini tengah berada di Bali, ia baru akan kembali terbang ke Jakarta sore besok. Selepas shalat ashar, Indra co-pilot yang bertugas bersama Arvan mengajaknya pergi ke pantai Kuta, untuk melihat sunset. Awalnya Arvan menolak ia memilih ingin berdiam diri saja di hotel, namun Indra memaksa sampai akhirnya Arvan pun mau

Ya gak ada salahnya juga ikut Indra ke pantai Kuta untuk melihat sunset, siapa tahu disana ia bisa menenangkan hati dan pikirannya. Melupakan sejenak permasalahan rumah tangga nya yang begitu rumit dan berada diujung tanduk

Sampai saat ini Arvan belum tahu sama sekali tentang hubungan Nata dan Arga, karena memang selama dua minggu ini Arvan belum pulang dari tugasnya. Arvan selalu memikirkan Nata, apakah sekarang Nata bahagia setelah ia membebaskannya, apa Nata merasakan rindu yang sama seperti yang ia rasakan, apa Nata tidak merasa kehilangan seperti tidak buktinya Nata tidak menghubunginya sama sekali

Arvan kembali mengecek ponselnya, berharap Nata menghubunginya namun nihil, tak ada satupun notice dari Nata. Arvan memghela nafasnya, ia duduk diatas pasir menunggu senja datang. Tiba-tiba datang indra duduk disebelahnya, dan memberikan satu buah kelapa muda


"Kenapa? lagi galau ni, kangen sama istri. Sabar bro besok juga kita balik Jakarta, untuk sekarang refreshing dulu kali-kali liburan tanpa istri. Cuci mata liat bule-bule yang lagi liburan disini" ucap Indra. Matanya menatap turis asing yang sedang berjemur menggunakan bikini

"Norak lo, kaya yang gak pernah bule aja"

"Liat bule sih sering, tapi kan mana ada bule yang naik pesawat pake bikini" Arvan menggeleng-gelengkan kepalanya, tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Indra

"Inget Rima, gue bilangin baru tau rasa lo" kata Arvan. Mendengar itu sontak Indra tersedak air kelapa yang sedang ia minum, Indra menatap Arvan bagaimana ia bisa tau tentang hubungannya dengan Rima

Indra tidak pernah menceritakan hubungannya dengan Rima kepada siapa pun termasuk kepada Arvan, walaupun Arvan ini sahabatnya karena memang Rima yang memintanya, dan mana mungkin pula Rima yang memberitahunya

"Gak usah kaget gitu lo, semua orang bisa lo tipu tapi gue enggak" kata Arvan seolah menjawab pertanyaan yang ada di pikiran Indra

Indra tersenyum, memgalihkan pandangannya melihat lautan yang luas. Arvan memang bukan orang yang bisa dibodohi

"Rima kangen sama lo bro, dia seneng liat lo ketawa lepas bersama Nata saat pulang dari Jogja"

"Salam buat Rima" kata Arvan singkat

"Lo lagi ada masalah? gak kaya biasanya, ini sih gak mungkin cuma karena kangen sama istri doang" Arvan tersenyum kecut, mendengar itu

"Rumah tangga gue diambang kehancuran dra"

Fly With My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang