Part 40

16.1K 625 37
                                    

☘Happy Reading☘

Saat ini Nata sedang sibuk memasukan kue kedalam kotak dibantu mbak Ratih, untuk dibagikan kepada tetangga-tetangga barunya, ya dua hari yang lalu, mereka pindah dari apartemen ke rumah yang sudah Arvan beli sebelumnya yang berada di daerah salah satu perumahan elit di Jakarta, bahkan sebelum Arvan menikahi Nata, Arvan memang sudah berniat dari awal tinggal di apartemen hanya untuk sementara, karena rumah yang ia beli harus di renovasi terlebih dahulu, merombak beberapa ruangan, dan menatanya kembali dengan posisi yang berbeda

"Assalamualaikum" Nata yang mendengar suara itu segera bejalan menuju pintu depan

"Waalaikumsalam" jawab Nata, ia tersenyum begitu melihat Arvan yang baru saja pulang dari tugasnya, ia menghampiri Arvan dan mencium tangannya, setelah itu Arvan membawa tubuh Nata kedalam pelukannya

"Ih mas apaan sih tiba-tiba peluk" protes Nata

"Emang gak boleh?"

"Bukannya gak boleh tapi, malu mas kalau tiba-tiba ada mbak Ratih liat" ucap Nata dengan wajah yang bersemu merah, ia akan benar-benar malu kalau mbak Ratih lihat, bisa-bisa mbak Ratih akan terus meledeknya. Arvan terkekeh dan melepaskan pelukannya, Nata menatap wajah tampan suaminya itu

"Capek gak?" tanya Nata, eh kalau dipikir pertanyaan bodoh macam apa itu, ya jelas lah Arvan capek kan baru saja pulang kerja. Tapi Arvan menjawabnya dengan gelengan kepala

"Eh? Harusnya capek dong kan mas baru aja pulang kerja" Arvan terkekeh mendengar ucapan istrinya itu

"Kalau udah tau jawabannya, ngapain nanya sih" ucap Arvan, sambil mencubit hidung mancung Nata gemas

"Ih sakit tau mas"  rintih Nata

"Tapi, bener kok gak capek, capek nya ilang kalah saing sama rindu aku sama kamu" lanjut Arvan

"Hmm iya in aja deh, yaudah kalau gitu sekarang mas mandi terus istirahat, aku siapin makanan dulu, kalau makanan nya udah siap nanti aku bangunin mas, abis itu kita bagiin kue sama tetangga ya sekalian kenalan"

"Siap nyonya Antariksan, sebelum itu, ini dulu dong"  ucap Arvan menunjuk pipinya

"Apaan? Minta di tabok?"

"Tega banget masa wajah tampan suami mu ini di tabok, di kiss dong sayang" wajah Nata kembali bersemu merah, ia terdiam

"Hmm jadi gak ma--" ucapan Arvan terhenti ketika tiba-tiba Nata mengecup bibirnya, setelah itu Nata langsung berbalik, berjalan ke arah dapur dengan pipi yang sudah semerah tomat matang, sementara itu Arvan masih mematung di tempatnya, Nata yang melihat itu meneriaki Arvan

"Mas jangan ngelamun, nanti kesambet loh" Arvan tersentak, ia melirik ke arah istrinya berada, Arvan menatap tajam Nata seolah berkata "Awas ya, tunggu pembalasan ku" Nata yang melihat itu hanya tertawa, ini sudah kedua kalinya Nata menciumnya secara tiba-tiba, yang membuat jantungnya hampir saja copot karena, berdebar-debar tak karuan

---

Selesai makan malam Arvan, Nata, dan juga mbak Ratih membawa kotak yang berisi kue tadi untuk tetangganya, Nata hanya akan membagikannya ke beberapa rumah yang ada di dekat rumahnya saja, sementara untuk tetangga yang lainnya ia akan mengundangnya saat acara selamatan nanti

Tiba di rumah terakhir. Nata menekan bell rumah itu, tak lama pintu terbuka menampakan seorang wanita cantik, yang kira-kira berusia sepantaran dengan Arvan, Nata memberikan kuenya, dan memperkenalkan dirinya, Arvan, dan juga mbak Ratih kepada perempuan yang bernama Gwen, Gwen menerimanya dengan senang hati

"Makasih ya, eh masuk dulu yuk" ajak Gwen

"Sama-sama, Maaf mbak Gwen kayaknya kita mau langsung pulang aja, eh tapi mbak disini tinggal sendiri?" tanya Nata

"Enggak kok, kebetulan suami saya belum pulang, dan adik saya dia jarang pulang kesini" Nata menganggukan kepalanya

"Ohh, yaudah kalau gitu kami pamit ya mbak"

"Iya, kalau ada apa-apa jangan sungkan dateng kesini ya"

Nata, Arvan, dan Mbak Ratih mengucapkan salam, dijawab oleh Gwen, Gwen masih memerhatikan mereka yang berjalan keluar gerbangnya, ia terus memperhatikan wajah Nata, entah kenapa sepertinya ia serasa pernah melihat Nata sebelumnya tapi ia tak begitu ingat

"Neng ini ada satu lagi?" ucap mbak Ratih begitu keluar dari pekarangan rumah Gwen

"Eh tadi aku emang lebihin satu sih"

"Yaudah kita kasih ke rumah yang disitu aja" ucap Arvan menunjuk rumah yang ada disamping Gwen, Nata mengangguk setuju mereka pun berjalan menuju rumah yang dimaksud Arvan, kini Arvan yang menekan bell rumah itu, tak lama keluar seorang perempuan yang mengenakan jilbab pashmina, alangkah terkejutnya Arvan begitu melihat perempuan itu, ia membelalakkan matanya, tubuhnya mematung seketika, perempuan itu pun tak kalah terkejut ketika melihat Arvan

"Dibaaaa..." teriak Nata, dan langsung memeluknya, Diba terdiam tak membalas pelukan Nata, ia melihat lurus ke arah Arvan. Arvan semakin terkejut ketika Nata ternyata kenal dengan perempuan yang ada di hadapannya ini

"Ya ampun Dib, kita temenan tuh udah lama dan aku baru tau ternyata kamu tinggal disini, eh berarti sekarang kita tetangga dong ya, aku seneng deh" Nata melepaskan pelukannya, ia melihat Diba yang terdiam menatap Arvan, begitupun Arvan yang terdiam menatap Diba

"Assalamualaikum Diba sayang" ucap Nata, menyadarkan Diba dan Arvan dari lamunannya

"Eh Nat, waalaikumsalam. Kenapa Nat malem-malem gini ke rumah aku"

"Dib, sekarang kita tetanggaan. Aku jadi bisa nebeng ke kampus nih, ngerjain tugas bareng"

"Eh jadi yang pindah ke rumah sebelah mbak Gwen itu kamu"

"Iya, eh kenalin ini mbak Ratih, dan ini mas Arvan suami aku. Mas ini Diba orang yang aku ceritain ke kamu"

"Oh hay saya Arvan, suaminya Nata" ucap Arvan memperkenalkan dirinya, seolah ia tidak mengenal Diba sebelumnya. Diba tersenyum, namun hati nya begitu sakit mendengar setiap kata yang terucap dari mulut Arvan

"Apa kabar Kak?" ucap Diba kepada Arvan

"Eh" kata Nata menaikan kedua alisnya heran

Fly With My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang