Part 21

13K 566 2
                                    

Happy Reading

Begitu Nata sampai di lobi, ia melihat Arvan yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah, Nata berjalan menghampiri Arvan dan berdiri dihadapannya

"Aku udah siap" ucap Nata

Mendengar itu Arvan menutup majalahnya sebenarnya Arvan tidak benar-benar membaca majalahnya itu ia gunakan hanya untuk mengalihkan pikirannya saja, setelah itu Arvan meletakkannya kembali di tempat semula, lalu ia berdiri melangkahkan kakinya melewati Nata begitu saja menuju mobil. Tanpa berbicara sepatah kata pun kepada Nata

Nata mengikuti Arvan dari belakang, setelah mereka masuk mobil Arvan mengendarai mobilnya menuju tempat tujuan pertamanya yaitu candi Borobudur, Arvan mengikuti arah yang ada di google map karena ia kurang tahu jalan menuju kesana

Diperjalanan hanya ada kesunyian, Nata benci suasana seperti ini

"Arvan" panggil Nata, namun Arvan tidak menggubris sama sekali panggilan Nata

"Arvano Antariksan" Nata memanggil lengkap nama Arvan

"Hmm" balas Arvan

"A-ku minta maaf"

"Hmm"

"Kamu jangan jawab hmm.. hm.. doang ngomong dong, kamu gak mendadak bisu kan, aku gak suka kam--"

"Berisik Kia, saya ini lagi fokus nyetir" bentak Arvan

Ini pertama kalinya Arvan membentak Nata, ia bungkam seketika memalingkan wajahnya menatap ke arah luar jendela mobil, air matanya sudah tak bisa ia bendung lagi, ini bukan pertama kalinya Nata kena bentakan dulu ayahnya juga pernah membentaknya tapi Nata masih bisa menjawabnya, tidak kali ini Nata hanya bisa diam dan menangis hatinya terasa sakit, merasa sudah tidak tahan pun Nata meminta kepada Arvan untuk memberhentikan mobilnya

"Jangan gila kamu Kia, mau apa berhenti disini"

"Aku bilang berhenti, aku mau pulang aku gak mau liburan kalau kaya gini" ucap Nata sambil menangis sejadi-jadinya

Arvan mengerem mendadak ketika mendengar suara tangisan dari Nata, ia melirik ke arah Nata yang sedang menangis tersedu-sedu, Arvan tak tega melihat Nata menangis seperti itu. Arvan membawa tubuh Nata kedalam pelukannya ia mengelus rambut Nata

"Kia aku gak suka liat kamu nangis begini, aku minta maaf ya aku gak sengaja bentak kamu emosi aku gak terkontrol, maaf Kia" sesal Arvan, hati Nata sedikit lega setidaknya Arvan sudah tidak menggunakan kata saya lagi, ia lebih suka Arvan yang seperti ini

"Aku yang minta maaf, kamu begitu juga gara-gara aku" lirih Nata

"Iya, lain kali jangan begitu lagi aku gak suka kamu bohong gitu" Nata menganggukan kepalanya lemah, Arvan pun mencium kening Nata

Arvan sadar seharusnya ia tidak perlu segitunya kepada Nata, wajar saja Arga akan bersikap seperti itu kepada Nata karena ia belum tahu jika Nata ini sudah bersuami, sudah sah menjadi milik Arvan karena status pernikahan mereka masih disembunyikan, Arvan tak tahu sampai kapan Nata akan menyembunyikan ini semua atau Nata tidak akan pernah memberi tahu ini semua

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya menuju candi Borobudur, disepanjang perjalanan Nata menceritakan kejadian saat ia bertemu dengan Arga kemarin, keterpaksaannya yang harus berbohong karena tak ingin status pernikahannya terbongkar ia masih belum siap, Nata juga mengakui jika dirinya sudah 3 tahun menyimpan perasaan terhadap Arga dan perasaan itu masih belum juga hilang, tapi ia sendiri tak tahu apakah Arga juga mencintainya atau cintanya ini hanya bertepuk sebelah tangan

Di satu sisi Arvan senang Nata mau terbuka kepadanya, satu sisi lainnya hatinya sakit mendengar sendiri dari mulut istrinya bahwa ia mencintai laki-laki lain. Arvan sedikit ragu untuk mendapatkan hati Nata seutuhnya, jika Arga saja orang yang dicintai Nata terus gencar mendekati istrinya, sebagai sesama laki-laki Arvan tahu betul kalau Arga ini mempunyai rasa yang sama terhadap Nata terlebih lagi hati Nata lebih berpihak padanya

Mungkin suatu saat nanti Arvan harus siap kehilangan Nata, harus ikhlas membiarkan Nata bahagia bersama laki-laki yang ia cintai, karena dari awal kebahagiaan Nata bukanlah dirinya, ia mau menikah dengan Arvan saja karena dijodohkan mustahil rasanya bisa hidup bahagia bersama, memang ya sesuatu yang dipaksakan itu akan berakhir dengan tidak baik

Jika memang benar suatu saat nanti Nata akan meninggalkannya bersama laki-laki itu, lalu bagaimana dengan Arvan tentu saja dia akan ikhlas dengan hati yang hancur, Arvan bisa apa jika memang benar itu kebahagiaan Nata mana mungkin ia menghalangi kebahagiaan orang yang ia sayangi

Sementara Arvan akan kehilangan cintanya untuk kedua kalinya, mungkin ini yang dinamakan karma dulu ia yang memutuskan untuk meninggalkan orang yang ia cintai karena suatu alasan, sekarang Arvan lah yang akan ditinggalkan oleh orang yang ia cintai. Menyedihkan sekali

Ah setidaknya sekarang ia masih mempunyai waktu bersama dengan Nata, setidaknya buatlah kenangan indah bersamanya, buat ia bahagia karenanya bukan karena laki-laki lain, buatlah seulas senyuman manis yang terukir di wajah cantiknya, berjuang untuk mendapatkan cinta dari Nata sebelum akhirnya Nata sendiri yang lelah akan hidup dengan Arvan, buat Nata nyaman bersamanya karena biasanya jika seseorang sudah merasa nyaman akan sulit untuk ditinggalkan

Banyak harap Arvan agar Nata bisa mencintainya, sayangnya ini bukan film romantis yang akan selalu berakhir bahagia walaupun awalnya mereka menikah dengan keterpaksaan "shit.. this is the real life Arv, lo mikir apa sih" batin Arvan

Arvan masih terus fokus menyetir, dengan telinga yang setia mendengarkan setiap kata dan kalimat yang terucap dari mulut Nata, hingga akhirnya Nata menyudahi ceritanya

"Terimakasih Kia sudah mau terbuka sama aku" ucap Arvan dengan sebelah tangannya menarik kepala Nata bersandar di dada bidangnya dan mencium kening Nata, tentu saja Nata bahagia Arvan tidak bersikap dingin lagi kepadanya nata pun membalas dengan memeluk Arvan, memang ya keterbukaan dalam suatu hubungan itu penting

Tiba-tiba Arvan memberhentikan mobilnya, Nata yang merasakan itu pun mendongakkan kepalanya untuk melihat Arvan ia menaikan sebelah alisnya seolah bertanya kenapa berhenti, Arvan tersenyum ia memegang kedua sisi pipi Nata dengan tangannya, kening Arvan menempel dengan kening milik Nata

"Untuk saat ini dan kedepannya aku mohon jadilah Kia istri aku bukan Nata yang menyembunyikan pernikahannya, setidaknya jika kamu sedang bersamaku dan-- setidaknya sampai kamu sendiri yang lelah menjadi istri aku" ucap Arvan dengan matanya yang menatap Nata memohon, Nata tersenyum dan menganggukan kepalanya pelan

Arvan tersenyum bahagia Nata mau mengabulkan permohonannya, Arvan memejamkan matanya wajah mereka semakin dekat, Nata ikut memejamkan matanya, bibir mereka saling bertemu menyapa satu sama lain, Arvan berhasil mencium Nata untuk kedua kalinya

Mereka melepaskan tautannya, namun masih saling menatap dan tersenyum dengan wajah yang berdekatan Arvan mencium bibir Nata sekilas. Ah sial rasanya Arvan tak ingin melanjutkan perjalanan ini dan memilih untuk kembali ke hotel dan siap untuk menerkam Nata, namun rasanya mustahil setelah mereka berjalan sejauh ini

Bagaimana pun juga Arvan ini laki-laki normal yang mempunyai nafsu, selama ini ia selalu menahannya terlebih lagi saat ia melihat Nata yang hanya mengenakan kaos pendek dan hotpants saat didalam apartemen, namun Arvan selalu berusaha menahannya sekuat tenaga, karena ia tak ingin terlalu memaksakan Nata hanya untuk mengikuti nafsunya

Fly With My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang