☘Happy Reading☘
Tiga minggu sudah berlalu, Nata menjalani hari-harinya seperti biasa kuliah, mengerjakan tugas dengan Diba, lalu pulang. Dan selama itu juga Nata berusaha untuk menghubungi Arvan namun, ponsel Arvan selalu saja dalam keadaan tidak aktif, beberapa kali juga Nata pergi ke Bandara berharap bisa bertemu Arvan namun, lagi-lagi ia harus menelan kekecewaan karena ia tidak menemukan Arvan disana, nata tak tahu harus menghubungi siapa lagi, ia tidak mengenal satu pun teman Arvan
Saat ini Nata tengah bersiap-siap, hari ini ia berniat untuk pergi ke rumah orang tuanya, sudah lama ia tak berkunjung kesana, Nata sangat merindukan kedua orangtuanya dan juga teman ributnya yang tak lain adalah Kayla adiknya
"Mbak... mbak Ratih" panggil Nata. Tak lama mbak Ratih muncul dari balik pintu yang tak jauh dari dapur
"Ada apa neng ?" tanyanya
"Mbak, aku mau ke rumah ayah sama bunda dan ada kemungkinan aku bakal nginap disana, aku cuma mau pesen sama mbak kalau mas Arvan pulang hubungi aku ya mbak"
"Iya neng" balas mbak Ratih sambil menganggukan kepalanya
"Ok kalau begitu aku pamit ya mbak"
"Iya neng hati-hati dijalan"
Nata keluar dan berjalan menuju lift, dilihatnya ada seorang perempuan yang sedang berdiri di depan lift sepertinya sedang menunggu lift nya turun, Nata pun berdiri disebelah perempuan itu sama-sama menunggu lift nya turun
"Kamu istrinya Arvan?" tanya Mella. Sontak Nata melirik perempuan di sebelahnya, ia menganggukan kepalanya sambil tersenyum
"Saya Mella, tinggal di unit sebelah" Mella mengulurkan tangannya
"Nata" membalas uluran tangan Mella
"Arvan bilang katanyana dia mau maen ke unit aku ngenalin istrinya tapi, saya tungguin kok gak main-main" Tiba-tiba Nata teringat Arvan memang pernah mengajaknya untuk berkenalan dengan tetangga disini namun, saat itu ia tidak terlalu memperdulikannya
"Ah iya mas Arvan memang pernah ngajak waktu itu tapi, saat itu jadwal kuliah saya lagi padat jadi belum sempat, dan sekarang malah Arvan yang lagi sibuk" bohong Nata
"Next time harus ya maen ke unit aku, gak sama Arvan juga gak papa, kamu masih kuliah? Ambil jurusan apa?"
"Kedoteran gigi mbak, mbak sendiri kerja?" tanya Nata canggung
"Panggil kak mel aja, aku masih kerja, nunggu ada yang halalin"
Ting...
Pintu lift terbuka, mereka berdua masuk kedalam lift
"Kerja dimana kak mel?" tanya Nata
"Di rumah sakit cinta keluarga" Nata membelalakan matanya mendengar itu
"Kak mel ini ..."
"Iya aku Dokter, spesialis bedah"
"Wahhh keren, aku juga dulu sempet tertarik sama spesialis bedah"
"Oh ya?" Nata menganggukan kepalanya antusias
Obrolan mereka terus berlanjut, Nata senang bisa mengobrol dengan dengan Mella, membicarakan hal tentang yang berbau-bau dengan kedokteran. Sampai akhirnya lift berhenti di lobi, mereka keluar bersamaan, setelah itu Mella pergi menuju meja resepsionis untuk mengambil paket yang dikirim untuknya, sementara Nata berjalan keluar gedung sebelumnya ia juga sudah memesan taxi online
"Dahhh... kak Mel, lain kali kita ngobrol lagi ya" Mella menganggukan kepalanya dan tersenyum
"Hati-hati dijalan Nat, setelah pulang dari rumah orang tua kamu inget ya maen ke unit aku"
Nata mengedipkan sebelah matanya, sambil berjalan keluar gedung. Mereka tampak seperti dua orang yang sudah kenal lama saja, padahal baru kenal beberapa menit yang lalu. Taxi yang dipesan Nata ternyata sudah datang, ia pun langsung masuk kedalam dan duduk bangku penumpang
"Ke bandara ya pak" ucap Nata kepada supir taksi itu, Nata memang sudah berniat sebelum pergi ke rumah orang tuanya ia akan pergi ke bandara terlebih dahulu, dan tentu saja berharap ia bisa bertemu Arvan disana. Taxi pun melaju menuju Bandara
Sesampainya di bandara, seperti sebelumnya Nata akan berjalan santai mengitari bandara, dan setelah itu ia akan pergi ke starbucks yang ada di sana, memesan frappuccino ultra caramel, duduk di dekat jendela menikmati minumannya sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang di sekiran sana
Di sela menikmati minumannya, Nata menghela nafasnya gusar, lagi-lagi ia tidak menemukan Arvan disini. Setelah minumannya habis, Nata beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari sana namun, tiba-tiba saja ia tak sengaja menabrak seseorang laki-laki yang berseragam pilot
"Aduhh.. maaf saya gak sengaja"
"Iya gak papa"
"Sekali lagi maaf ya, saya duluan" ucap Nata. Sekilas ia bertatapan dengan orang itu, setelah itu Nata langsung pergi namun orang itu malah mencekal pergelangan tangan Nata menahannya untuk pergi
"Ada apa? bukannya tadi saya sudah minta maaf dan kamu bilang gak papa" ucap Nata
"Kamu Nataya kan? Istrinya Arvan?" Sontak Nata langsung menatap orang itu, terdiam sejenak. Bagaimana dia bisa tahu, Arvan belum pernah mengenalkannya kepada siapapun. Orang itu tersenyum dan berkata
"Saya Indra, sabahat sekaligus rekan kerjanya, kalau kamu ingat saya juga datang loh ke acara pernikahan kamu sama Arvan, oh ya sedang apa kamu disini?" Nata terkejut mendengar perkataan Indra, sahabat? Ini kesempatan Nata untuk bertanya dimana Arvan
"Ah kebetulan sekali, saya kesini untuk mencari mas Arvan, apa kamu tahu dimana dia?"
"Hah bukannya kamu istrinya, kenapa malah bertanya kepada saya"
"Em itu kami lagi ada sedikit problem, ponsel Arvan juga gak bisa saya hubungi jadi saya gak tahu dimana dia" Indra terkekeh, Nata heran apanya yang lucu
"Sedikit problem? Perempuan yang sudah bersuami berkencan dengan laki-laki lain, bahkan sampai membawa laki-laki itu ke apartemen tempat tinggalnya dengan suaminya, kalau saya jadi Arvan sih sudah saya ceraikan kamu"
Nata tercengang, apa Arvan menceritakan semuanya kepada orang yang bernama Indra ini. Nata terdiam ia kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan Indra, malu? Sudah pasti ia rasakan saat ini
"Dan sekarang apa kamu mencari Arvan hah kenapa? Karena merasa bersalah, menyesal, dan sekarang baru sadar bahwa kamu cinta sama Arvan hah? Tapi, bukannya kamu sudah merasa bahagia dengan laki-laki itu, kenapa? Bentar-bentar oh atau jangan-jangan kamu cari Arvan untuk memberikan surat perceraian dari pengadilan kepada Arvan"
Dada Nata terasa sesak mendengar setiap kata yang terucap dari mulut Indra, yang begitu menohok hatinya, sekarang ia merasa terpojokkan
"Kenapa diam? Bener ya?"
"Ini masalah saya dengan Arvan, kamu gak perlu ikut campur" Indra kembali terkekeh
"Kamu mau tahu Arvan dimana? Dia ada disana" Indra menunjuk ke salah satu sudut ruangan yang lumayan jauh jaraknya dari tempat mereka. Refleks mata Nata pun mengikuti ke arah yang ditunjuk oleh indra
Nata memegang dadanya yang terasa makin sesak, melihat pemandangan di depannya, iya benar itu Arvan yang ia cari-cari beberapa minggu ini, akhirnya ia menemukannya juga tapi, kenapa harus begini apa ini pembalasan untuknya
Yang Nata lihat saat ini Arvan yang berpakaian lengkap dengan seragam pilotnya, tengah memeluk seorang perempuan yang berseragam pramugari, terlihat tampak mesra, hatinya terasa begitu amat sakit, lututnya terasa lemas, tak terasa kini air matanya pun ikut menetes, ia menggelengkan kepalanya
"Apa yang sekarang kamu rasain ketika suami kamu dipeluk oleh orang lain? Sakit, perih, sesak hah? Itu juga yang Arvan rasain saat kamu bersama laki-laki itu" ucap Indra
Tak ingin lebih lama melihat Arvan yang sedang berpelukan, ditambah dengan ucapan Indra yang begitu menohok, Nata langsung berlari keluar dari sana dengan sisa tenaga yang ada
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly With My Captain
RomanceArvano Antariksan seorang laki-laki berwajah tampan, bertubuh tegap, dan tinggi yang berprofesi sebagai pilot ini terkesan mempunyai sikap dingin, dan cuek. Arvan selalu dijodohkan oleh sang mamah kepada anak dari teman-temannya, karena ia takut...