☘Happy Reading☘
Setelah Arvan pergi dari apartemen, ia bingung sendiri harus kemana, tak mungkin ia pergi ke rumah orang tuanya tanpa adanya Nata, sudah pasti mereka akan bertanya keberadaan Nata lalu, Arvan akan jawab apa? Nata di apartemen bersama teman laki-lakinya, gak mungkin kan Arvan berkata begitu. Ia dari tadi hanya muter-muter saja di jalan yang tak jauh dari apartemennya
Tiba-tiba ia teringat Indra, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumah Indra sohibnya dan berharap mendapat kecerahan setelah ia bercerita kepada Indra, seperti sebelumnya
Sekarang disinilah Arvan berada di kediaman Indra, lebih tepatnya dibalik pintu pagar rumahnya, Arvan dari tadi sudah membunyikan klakson mobilnya, namun tak kunjung juga ada membukakan pintu gerbang. Akhirnya Arvan turun dan menekan bel yang berada tepat disamping pintu itu
Beberapa menit kemudian pintunya dibuka oleh Indra, yang memakai celana selutut dan kaos hitam polos pendek, ia terlihat seperti bangun tidur. Setelah gerbang terbuka Arvan mengendarai mobil masuk kedalam dan memarkirkannya di garasi, tepat disamping mobil milik Indra. Indra menutup gerbangnya kembali begitu mobil Arvan masuk, Indra berjalan menghampiri Arvan yang baru saja keluar dari mobil
"Sorry bro satpam rumah gue gak masuk"
"Hampir gue berjamur nunggunya" balas Arvan
"Hmm... yaudah masuk bro" mereka berjalan kedalam rumah
"Baru juga kita tadi berpisah di bandara udah kangen lagi aja lo sama gue"
"Ciihh... gak sudi gue kangen sama lo"
"Terus ngapain lo kesini? Bukannya balik sana, baikan sama bini lo, terus kangen-kangenan"
"Pengen gue juga gitu" langkah Indra terhenti mendengar ucapan Arvan, ia membalikan tubuhnya menatap Arvan, terlihat jelas raut wajahnya yang begitu kusut
"Duduk bro, mau gue bikinin minum apa?"
"Kaya yang iye aja lo mau bikin gue minum, mentok juga air putih" Indra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan memamerkan sederet gigi putihnya
"Hehe... ada soda di kulkas gue, mau?"
"Apa aja" Indra berjalan menuju dapur mengambil beberapa kaleng soda, tak lupa ia juga membawa beberapa snack sebagai camilan, Indra kembali dengan membawa apa yang tadi ia ambil. Arvan langsung mengambil satu kaleng soda dan meminumnya
"Jadi apa masalahnya?"
"Dia makin deket sama cowok itu, gue liat mereka ada di apartemen"
"Hah? Dia bawa laki-laki itu ke apartemen, tempat tinggal lo sama dia?" Arvan menganggukan kepalanya
"Gila, gak punya hati. Dia emang gak ada rasa sama lo kayaknya, yaudah lah tinggalin aja Van. Percuma juga lo pertahanin kalau dianya gitu" tubuh Arvan semakin lemas saja mendengar ucapan Indra, bukannya mendapat pencerahan yang membuatnya mempunyai energi untuk kembali bangkit, ini malah kebalikannya
"Lo bikin gue tambah down aja"
"Ya mau gimana lagi, gue juga gak ngerti masalah beginian. Belum berpengalaman dan jangan sampe deh amit.. amit..." Indra melihat Arvan yang terlihat begitu sengsara, seorang suami yang ditinggal selingkuh istrinya miris sekali kisah cinta sahabatnya ini, dulu tak bisa bersama, dengan yang sekarang bersatu namun pasangannya tak mencintainya. Indra menepuk bahu Arvan
"Ke Club aja yo nanti malam, ngilangin beban pikiran" ajak Indra
"Boleh tapi, ajak Rima ya"
"Pengen banget lo, gue mati. Ayolah udah lama juga gue, kali-kali Van" Arvan tertawa hambar
"Enggak. Gue gak akan pernah lagi menginjakkan kaki gue di tempat laknat seperti itu, mau seberat apapun masalah gue" Indra melongo, apa katanya tadi gak akan pernah lagi, berarti sebelumnya
"Wahh.. gak nyangka gue, lo bisa juga pergi ke tempat seperti itu, bukannya lo benci tempat bising kaya gitu"
"Sekali doang, waktu itu emosi gue bener-bener gak bisa gue kontrol dra. Sekarang juga gue nyesel"
"Kenapa nyesel lo sendiri yang kesana?"
"Nyesel lah dosa iya, masalah kelar kagak. Dah ah gue balik, percuma gue kesini gak dapet hidayah apapun" jawab Arvan
"Eh mau kemana lo?" ucap Indra, begitu Arvan bangkit dari duduknya. Arvan menggelengkan kepalanya, Arvan berjalan keluar begitu ia membuka pintu, seorang perempuan cantik, tinggi, berkulit putih, dengan rambut tergerai tengah berdiri disana, Arvan menatap perempuan itu begitu juga sebaliknya
"Udah lama Rim berdiri disini?" tanya Arvan
"Lumayan" jawab Rima
"Dengerin semuanya?"
"Lebih dari dengerin, gue juga liat lu uring-uringan sebelum akhirnya kesini" Arvan menghela nafas berat, ia hendak melanjutkan langkahnya namun, berhasil dihadang oleh Rima
"Masuk lo, uring-uringan juga gak bakal nyelesain masalah lo, yang ada lo celaka" lagi-lagi Arvan menghela nafasnya, benar juga apa kata Rima lagian ia juga tak tahu harus kemana. Arvan membalikkan badannya kembali masuk kedalam rumah Indra
"Balik lagi lo? Gue bilang juga apa daripada luntang-lantung gak jelas, mending pergi ke Club dah" ucap Indra yang sedang menonton televisi sambil memakan snack
"Boleh, ayok" seketika tubuh Indra menegang, matanya membelalak mendengar suara yang bukan berasal dari Arvan, ia kenal betul pemilik suara itu. Indra melirik kesampingnya, dan benar saja. Indra memamerkan sederet gigi putihnya kepada Rima
"Ehh... Sayang, kok ada disini sih?"
"Gak usah sok manis kamu, jadi mau ke Club gak?"
"Aduh.. enggak deh. Masih sayang nyawa" ucap Indra memelan di kalimat terakhirnya namun, masih terdengar oleh Rima
"Emangnya aku malaikat pencabut nyawa apa"
"Bukan dong, kamu kan malaikat tak bersayap yang cantik dan baik hati" Rima menyediakan bahunya geli, mendengar ucapan Indra
Arvan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perdebatan kecil sepasang kekasih itu, ia memilih duduk disamping Indra dan mengambil snack yang ada di pangkuan Indra. Perdebatan terus berlanjut, mendengar itu lama kelamaan membuat Arvan tertidur, ia kelelahan dari landing tadi ia belum istirahat sama sekali
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly With My Captain
RomanceArvano Antariksan seorang laki-laki berwajah tampan, bertubuh tegap, dan tinggi yang berprofesi sebagai pilot ini terkesan mempunyai sikap dingin, dan cuek. Arvan selalu dijodohkan oleh sang mamah kepada anak dari teman-temannya, karena ia takut...