Part 15

15.2K 647 9
                                    

Happy Reading

Tak terasa satu semester akan Nata lalui, satu minggu lagi ia akan melaksanakan ujian. Saat ini Nata sedang duduk sendirian di kantin hanya di temani dengan semangkuk bakso dan segelas lemon tea, ia tak punya teman berbicara biasanya ada Diba yang sedang menceramahinya, Nata rasa Diba benar-benar ilfil padanya sehingga menjauhinya

"Assalamualaikum Nata" ucap Diba yang baru datang, mata Nata berbinar melihat kedatangannya

"Waalaikumsalam umi Diba, Dib kamu gak ilfil kan sama aku"

"Ngomong apasi kamu Nat"

"Kamu gak ilfil kan karena aku udah punya.. suami" ucap Nata sempat menggantung dan ia melanjutkannya dengan suara yang pelan

"Oh soal itu, sebenarnya itu juga sih yang mau aku tanyain ke kamu, ilfil sih enggak kaget iya" Nata menghela nafasnya lega pikirannya selama ini ternyata salah namun masih ada yang mengganjal

"Terus kenapa kamu seolah-olah menghindar dari aku ?, ngomong singkat, pulang kuliah siang langsung pulang biasanya juga ngobrol dulu kaya gini"

"Masa sih, kelihatan begitu ya Nat, maaf deh aku emang lagi sibuk Nat, di tempat aku ngajar ngaji akan ada lomba hafiz gitu jadinya aku melatih murid aku yang akan ikut lomba. jadi tiap selesai kuliah awal aku langsung pulang" Nata menganggukan kepalanya

Diba memang sudah menjadi guru ngaji dari ia masih duduk di bangku SMA, ia mengajar ngaji di madrasah yang di bangun oleh abi nya sendiri

"Aku kesini juga sebenarnya pengen minta bantuan sama kamu Nat" lanjut Diba, Nata menaikan kedua alisnya

"Jadi lombanya akan digelar besok, tapi kayaknya dari madrasah aku kekurangan panitia, jadi aku minta kamu ikut jadi panitia" sambungnya lagi

"Tap--" ucapan Nata terpotong

"Tenang aja kamu cuma jagain anak-anak yang jadi peserta aja, mengarahkan mereka saat nama mereka dipanggil untuk tampil gitu doang kok, mau ya ?" Diba mengeluarkan tatapan yang seolah memohon agar Nata mau

"Boleh deh" final Nata, yang langsung disambut oleh pelukan senang dari Diba

"Eh tapi suami kamu bakal ngijinin Nat"

"Jangan kencang-kencang ngomongnya, soal itu sih bisa diatur lah"

"Oke deh tapi jangan sampe kamu durhaka sama suami, kalo gak di ijinin hubungi aku ya" Nata menganggukan kepalanya

"Aku nikah sebenarnya karena di jodohin Dib, miris ya"

"Apanya yang miris sih Nat, aku aja dulu di jodohin saat aku masih baru masuk SMA" Nata membelalakkan matanya tak percaya

"Terus sekarang kamu ud--" ucapan Nata lagi-lagi terpotong oleh Diba

"Belum Nat, aku belum nikah karena saat itu aku masih SMA akhirnya orang tua kita ingin kita ta'aruf terlebih dahulu untuk mengenal satu sama lain, dan itu sukses membuat aku dan dia saling mencintai, sama-sama nyaman, saling menyayangi, aku bisa melihat itu dari sorot bola matanya yang indah yang memancarkan begitu banyak cinta dan kehangatan, saat itu aku siap jika setelah lulus nanti aku harus menikah dengan dia"

Nata mendengarkan Diba dengan serius, karena jarang sekali Diba mau menceritakan tentang dirinya sendiri

"Walaupun mungkin aku harus mengubur cita-cita aku sebagai seorang dokter, karena aku yakin dia laki-laki yang mampu menjadi imam, pemimpin, dan ayah yang baik untuk keluarga kita kelak, namun takdir berkata lain, dia ini seorang co-pilot. Dan tiba-tiba aku mendengar pesawat yang ia bawa saat itu mengalami kerusakan mesin sehingga pesawatnya jatuh"

Fly With My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang