14. Gak Nyangka

304 27 1
                                    


Happy Reading

❤❤❤❤❤❤

Rasanya Rara sangat malas membuka matanya beberapa saat lalu, mengingat ia kembali terserang insomnia hingga mengakibatkan gadis menawan itu baru terlelap subuh tadi. Tapi seperti inilah Rara ia seperti sorang Vampire yang tak pernah tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya.

"Non... Nyonya nunggu di bawah"

Suara paruh baya yang di sertai ketokan kecil membuat Rara segera menolehkan kepalanya kearah pintu yang tertutup. Sekali lagi ia menghela nafas kasar saat melihat penampilannya. Gadis itu merasa risih dengan seragam sekolahnya yang berbeda. Sekarang almameternya lebih tebal dan mungkin mahal dari sebelumnya mengingat SMA Tadika Kencana lebih bergengsi dari SMA Brawijaya.

Tapi bukan itu masalahnya, Rara itu sangat malas harus berada di sekolah musuhnya. "Iya bi. Sebentar lagi Rara turun" sahut Rara yang masih ingin mendekam di dalam kamar beberapa saat lagi.

Jangan berfikir karena kejadian kemarin akan ada dampak besar bagi Rara, kalian salah binar cerianya masih terus ada. Walaupun ia semakin tampak kurus tak membuat Rara terlihat jelek.

Terdengar suara hembusan nafas, Rara mendongak menatap dirinya melalui pantulan kaca. Irene itu orang yang sudah melahirkannya Rara sudah pasti akan selalu menghormati wanita yang begitu berjasa dalam hidupnya akan tetapi itu tak menampik bahwa Rara kecewa.

Rara menguatkan dirinya sendiri berharap bahwa hari ini saat ia mengawali paginya dengan senyum ceria, hubungan antara Irene dengan Rara membaik. Gadis dengan rok hitam kotak-kotak serta almameter merah maroon juga kaos kaki hitam panjang itu mengikat tinggi rambutnya tanpa menyisahkan satu helaipun.

Baru saja Rara menapakkan kakinya di ruang makan, ia sudah melihat pemandangan yang begitu mengesankan bagi dirinya sendiri. Ia tersenyum miring melihat mamahnya yang sibuk dengan ponsel yang berada diantara daun telinganya dan bahu. Serta mata yang terus bergulir memperhatikan setiap detail kata perkata yang berada dalam kertas itu.

Rara menarik kursi dengan pelan. Hingga membuat Irene meliriknya, ingat hanya melirik tanpa berniat menyapa seperti ibu pada umumnya.
Tetapi Rara tetap diam menerima semua itu, ia menuang air putih kegelas dengan mata yang tak pernah lepas dari Irene.

"Oke saya segera kesana sekarang"saat sambungan baru saja ditutup, dengan gerakan kilat Irene memberskan beberapa map yang tersebar di atas meja.

"Mamah ada meeting pagi ini. Kamu berangkat dengan mang ujang, dan satu lagi jangan membuat mamah malu dengan kelakuan sampah kamu itu" ucap Irene tegas, lalu berlalu pergi tanpa memberi Rara semangat apapun yang justru membuat Rara down.

Rara tersenyum miris menatap kepergian Irene, ia mendongak berusaha menghalau air matanya.
"Ra, mamah doakan semoga kamu suka dengan sekolah baru kamu. Jadi anak baik-baik. Kenapa sih mah kalimat itu gak pernah Mamah kasih buat aku"

*****

Mobil sedan hitam yang melaju sedang membelah kota jakarta, tepat di dekat halte yang cukup sepi mobil itu mengerem mendadak. Bukan tanpa alasan, Rara menepuk bahu mang ujang ini begitu tidak santai.

"Kenapa atuh non." Dengan sabar Mang Ujang menatap anak majikannya yang kelakuannya bikin geleng-geleng.

Rara menunjukkan cengirannnya dengan begitu santai. "Aku turun disini aja yah mang, tapi jangan kasih tahu mamah. Janji deh gak bakal bolos" ucap Rara dalam satu tarikan nafas.

"Tapi neng----"

BRAK

Kalimat Mang Ujang segera terpotong dengan suara pintu mobil yang tertutup kuat, terlihat Rara yang sudah berlari menjauhi mobil membuat pria itu menggeleng kepala gemas sendiri.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang