46. Pertolongan.

147 13 44
                                    


"Di dunia ini, tidak ada satu pun kekuatan yang dapat mengalahlan ikatan darah."
.
.
.
.
.

Happy Reading

Bugh....

Nafas Regan memburu seiring kemarahannya yang memuncak. Suasana yang awalnya begitu menyenangkan berubah seiring kericuhan yang terjadi. Begitu banyak pekikan yang terdengar akibat ketakuan yang semakin mendominasi.

"Lo pikir dengan lo bersikap kayak gitu Rara bakalan aman. Enggak, Al. Enggak sama sekali. Lo mikir pake otak, dengan lo gegabah kayak begini, semua bakal lebih runyam," sentak Regan yang berhasil meloloskan tinjuan mautnya pada Alta yang berusaha menerjang turun.

Alta berdecih sinis, mengusap ujung bibirnya yang robek akibat pukulan Regan. Sakitnya sama seperti beberapa tahun lalu.

"Terus gue harus apa? Gak, seharusnya lo halangi gue! Rara di bawah karena gue, seharusnya gue gak nurutin dia. Ini semua salah gue," sahut Alta menggebu, matanya memerah akibat takut luar biasa. Ia tidak ingin kehilang untuk kesekian kalinya.

Shifa mendekat, jika Alta tidak ditenangkan, semuanya semakin tidak terkendali. "Alta! Kita pikirn baik-baik dulu, Pak Keynand hubungin guru-guru, udah berarti dia sama Rara aman."

Candra dengan wajah dinginnya mengangguk membenarkan. "Saya sudah hubungin tim sar, bersama dengan helikopter untuk mengangkut mereka bersama kita semua."

"Saya mau Rara lebih dahulu," sela Alta mengusap wajahnya secara kasar. Melangkah menjauh.

Di ujung tebing, Alta mengangkat tangan kirinya hingga setara dengan wajahnya. Menarik secara perlahan tombol kecil yang berada di jam yang sudah di rancang khusus untuknya.

Alta yang selama ini memakai, tanpa ada niatan menggunakan kelebiham jam rancangan itu kini akhirnya memutuskan dengan wajah flat.

Suara bunyi baling-baling yang berada di atas mereka mengalihkan perhatian. Langit yang tadinya terasa hampa kini di penuhi dengan beberapa helikopter yang bertebaran.

Seakan ada pertanda, tadinya tanah lapang yang sesak akan para lautan manusia kini menyingkir mempersilahkan salah satu helikopter mendarat di antara mereka. Suara pijakan kaki yang menyentak semakin membuat mereka lupa akan terpukauan.

Pria-pria berjas hitam dengan tangan yang memegang senapan berjejer rapi saat pintu helikopter terbuka secara perlahan, memperlihatkan seorang pria yang dengan beribawanya keluar dari kendaraan itu.

Candra yang melihat tuannya segera mendekat, menunduk hormat. Yang lain semakin terpukau, satu persatu ingatan membuat mereka sadar siapa yang berada di tengah mereka itu.

Hentakkan kaki Alta menggema saat ia membelah kerumunana. Tanpa rasa takut, kaki panjangnyamendekat kearah pria itu. 

"Terimah kasih, selama ini papah menunggu kamu meminta bantuan kepada papahmu ini."

Mata Alta bagaikan elang predator menatap Samuel penuh tekad. Meningkirkan egonya demi orang yang ia cintai di bawah sana.

"Selamatkan Rara, pah."


*****

Alta meloncat turun saat helikopter itu mendekat ke arah longsoran. Kendaraan berbaling itu tidak akan bisa mendarat dengan mulus di tanah karena bebatuan yang menghalanginya.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang