54. Pura-Pura Lupa.

149 24 40
                                    


"Jika ingin pergi, beri tahu aku. Agar aku bisa bersiap menahan rasa sakitnya."
.
.
.
.
.

Happy Reading.

Regan yang baru saja mengantar Alta keluar, kini melangkah dengan tenang ke arah kamar Linka. Memastikan adiknya itu jika sudah tidur dengan tenang.

Namun, baru saja berjalan sepuluh langkah, kakinya terpaku saat Linka bersedekap dada seraya menatapnya tajam.

"Kenapa minta maaf? Dan, siapa Rara? Kenapa nama itu begitu penting untuk Alta dan Kak Regan?" pertanya Linka yang begitu berbondong membuat Regan tersudut.

Regan berusaha meraih lengan Linka, namun gadis itu menepisnya dengan kasar. "Linka... Kamu udah bangun?" bukannya menjawab Regan berusaha mengalihkan topik mereka.

"Siapa Rara?!" sentak Linka dengan nafas terengah. Ia mendorong dada Regan agar menjauh darinya.

"JAWAB!"

Kali ini Linka benar-benar tidak bisa menahannya. Berukang kali nama itu selalu disebut oleh Alta dan ia tetap tidak tahu sedikitpun  informasinya.

"Cinta pertama Alta," sahut Regan secara gamang. Tangannya terkepal kuat saat Linka menggeleng tidak percaya.

Linka tertawa sumbang. Suaranya seketika berubah begitu lirih. "Enggak... Enggak, pasti Kak Regan bohong, kan? Alta dari kecil cuman dekat sama aku. Gak mungkin karena cuman aku pergi satu tahun, secepat itu ada yang taklukan Alta, sedangkan aku bertahun-tahun gak bisa. Enggak mungkin, itu mustahil, Alta cuman punya aku," racau Linka semakin tidak beraturan.

Regan menahan lengan Linka. Memaksa gadis itu agar menatap matanya. "Linka, sadar! Selamanya Alta gak akan bisa jadi milik kamu. Selamanya..."

"Kenapa? Kenapa semua orang yang aku sayang gak bisa jadi milik aku? Papah udah pergi sejak aku kecil, mamah pergi ninggalin kita, dan Tante Irene yang ngerawat kita sejak mamah pergi juga milih pergi demi anaknya. Apa adil? Aku cuman mau Alta. Kenapa sesusah itu?" Linka terduduk sambil menutup kedua wajahnya. Regan jongkok menjadikan kedua kakinya tumpuan tubuhnya.

"Linka punya Kak Regan. Kak Regan gak bakal pergi," tukas Regan sambil mengelus rambut panjang Linka.

Kepala Linka mendongak. "Tapi dulu Tante Irene juga bilang gitu, nyatanya, dia pergi untuk anaknya dan keluarganya, kan. Kak Regan juga pasti gitu nanti, bakalan pergi saat sudah waktunya."

"Dan, aku cuman bisa nangis negliat satu persatu orang pergi." Lanjut Linka membalas pelukan Regan.

Regan menggeleng pelan. Keduanya sudah terbiasa sejak kecil terluka. Tapi sampai saat ini mereka tetap kuat, dan menurut Regan semua itu karena... Mamahnya Rara.

*****

"Hilang selamanya..." dengan nada tersendat Rara berucap. Pelukannya pada Alta semakin melemah. Sesakit itu, dan hanya dia yang dapat merasakannya. Apa sesakit itu? Sekali lagi semesta bertanya. Memastikan keadaan Rara dalam derasnya hujan.

"Rara maafin, aku. Maaf." Alta menahan Rara dalam dekapannya. Tidak memperdulikan lagi tubuh keduanya yang sudah basah kuyup oleh air hujan. Karena pada dasarnya Alta sama sakitnya dengan Rara. Bukan dia tidak mencintai Rara, hanya saja, Linka salah satu bagian penting dalam masa lalunya.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang