25. Halaman Baru.

160 18 3
                                    

Ketawa itu simple, ketika kau mampu menyibukkan diri tanpa mengingat apapun yang menyakitkan

.
.
.
.
.

Happy Reading

❤❤❤❤❤❤❤❤

Untuk pertama kalinya Rara benar-benar menginginkan pintu kemana saja seperti milik doraemon, setidaknya ia bisa menghilang sesaat dari rasa malu yang menyergapnya seperti saat ini. Dirinya terlalu malu dan kikuk diwaktu yang sama saat ia menjadi pusat perhatian seperti ini. Keributan ini memang kecil tapi cukup untuk menjadi alasan menarik perhatian mereka.

Dengan segera Rara menurunkan tangannya yang sempat melayang di udara--sedikit melirik Alta yang terlihat santai. Apa pria itu urat malunya sudah putus?! Rara menggeram kesal karena menurutnya semua ini kesalahan pria itu. Mungkin jika ia tidak menghindar dari pukulan maut Rara semua ini tidak akan terjadi. Menatap nanar patung yang sudah terjatuh dilantai.

"Ma-maaf bu! Saya benar-benar tidak sengaja. Ibu kalau mau nyalahin, itu aja orang sok cool itu aja ibu salahin" alih-alih meminta maaf dengan benar Rara, gadis itu berusaha menyudutkan Alta agar tidak kelihatan banget kesalahannya.

Alta mengangkat sebelah alisnya, tanpa aba-aba pria itu menarik Rara keluar dari kerumunan berlari sambil tertawa dengan melepas beban.

"HEIII, KALIAN GANTI RUGI PATUNG SAYA. KEMBALILAH ANAK NAKAL"

Sepasang remaja dengan tangan saling bertaut itu tetap melangkah berlari menyusuri pasar, sesekali manabrak orang-orang yang mereka lewati. Rara sebisa mungkin mensejajarkan langkahnya dengan Alta. Gadis itu merasa nyaman dan bebas di saat bersamaan.

"Huh...huh... Alta tadi itu benar-benar luar biasa" Rara menumpukan kedua tangannya di lutut, mengatur nafas yang terasa tersangkut. Tapi tetap saja bibir mungilnya mengukir senyum lebar.

Pria itu hanya diam dalam heningnya menatap Rara dalam. "Ayok!"

Tangan Alta yang terulur hanya dipandang beberapa saat oleh Rara, gadis itu menyerengit bingung.
"Mau ngapain?"seolah Alta itu tuli. Ia bergerak sesuai kemaunya tanpa mengidahkan pertanyaan yang Rara lontarkan. Menggapai sendiri kelima jemari Rara yang begitu pas digenggamannya.

Rara tidak menolak, sebab ia tahu itu semua akan percuma. Dirinya diam tidak memberi protesan. Saat mereka berdua berhenti di salah satu toko baju barulah Rara membuka mulut, ingin mengeluarkan beberapa kata yang menjadi sebuah rangkaian kalimat.

"Gue gak mau yah, kalau kita buat kekacauan lagi!"

Alta tersenyum miring, entah mengapa terasa begitu menyejukkan hati. "Bukan kita tapi tadi kan lo yang buat jatuh patungnya."

Gadis dengan rambut yang ia ikat tinggi-tinggi itu mengerucutkan bibirnya. Raut kesal tidak bisa ia sembunyikan.

"Udah jangan kesel, cepet ganti!" Hanya beberapa saat sebelum Alta menyodorkan sebuah kaos oblong berwarna putih yang berukuran besar bagi tubuh mungil Rara.

Alis Rara bertaut. "Untuk apa?" Tak urung ia tetap menerima benda itu.

"Disana tempat gantinya"

Kemudian Alta melangkah ke sisi toko meninggalkan Rara yang menghela nafas kasar sambil melangkah kearah ruang ganti yang sederhana.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang