52. Perlahan Membaik.

160 16 4
                                    


"Iya! Kamu, kamu yang berhasil meluluhkanku."
.
.
.
.
.

Happy Reading.

Mata Rara mengerjap pelan, semula kaki kanannya yanh berada di depan kaki kiri mundur secara perlahan. Tenggorokannya tercekat oleh pemandangan di hadapannya kali ini.

Tubuh Rara yang terasa kaku kini perlahan bejongkok. "Alta..."

Dari sekian banyak kata, hanya itu yang berhasil lolos dari mulut Rara. Tangannya terangkat mengelus sisi wajah Alta yang tampan tenang dalam lelapnya.

"Alta bangun, lima menit lagi istirahat kedua," tukas Rara menghilang pikiran kacaunya. Trauma itu ada. Dan selamanya akan membekas, Rara takut ia akui itu.

Bayangan kejam antara Keano dan Karen terus membekas. Pertama kali ia jatuh cinta, dan seribua kali ia patah hati dengan orang yang sama. Seolah itu adalah imbalan yang begitu pas.

"Nyenyak nggak tidurnya di dalam?" Rara terhenyuk. Seharusnya keadaan Alta yang dikhawatirkan, tetapi justru dirinya. Tidur dengan posisi duduk adalah hal yang menyakitkan.

Tangan Rara terulur membantu Alta berdiri. "Seharusnya gue yang nanya, lo ngapain tidur disini?"

Alta menaikkan sebelah alisnya bingung. Matanya menyorot Rara beberapa saat, dalam diam, membekukan gadis itu dengan biusan alaminya. Pesona nyatanya.

"Kamu mau kasih aku kesempatan? Seperti langit malam yang membutuhkan bintang di langitnya, aku juga membituhkan kamu di kelamnya hidup ini. Sekali, Ra. Sekali aja. Apa nggak pernah bisa?"

Mendadak suasana menjadi hening, tinggi Rara yang hanya sebatas bahu membuat mereka saling bertatapan dengan posisi yang begitu membuat para jomblo iri.

"Iya adalah kata termudah, maka gue akan buat semua menjadi rumit. Cari gue di tempat lo temukan bintang itu pertama kalinya. 24 jam merupakan waktu yang berharga dalam kehidupan manusia, temukan gue dalam tiap detiknya. Setelah itu, seribu kesempatan akan mengahampiri lo."

Kemudian Rara melenggang pergi setelah beberapa kali menepuk bahu Alta pelan. Senyumnya tersungging manis. Setiap sorotnya terpenuhi oleh makna yang tidak terbaca.

Dalam diamnya Alta beribu teka-teki menghampirinya. Punggung Rara semakin kecil dalam penglihatannya.

Semakin jauh Rara melangkah, semakin Alta ingin merengkuh gadis itu agar tidak dapat lari dari dirinya. Kehilang merupakan hal tersulit. Tidak ada yang menginginkan sebuah kehilangan.

"24 Jam. Ya, bintang itu akan ada selalu di langit aku, Ra. Ada atau tanpa petunjuk sekali pun."

Tekad Alta bulat. Ia mengambil langkah berlawanan dari Rara, jika itu yang Rara inginkan, maka sesuai janji Alta, akan ia bawakan untuk Rara genggam.

Di atas sana, di balik pilar tembol lantai dua. Rara menatap Alta sedih. Dalam pikirannya, mungkin saja Alta menyerah. Tidak ada pria yang mau di gantung seperti itu.

Rara bukan siapa-siapa dibanding Alta yang good looking dan good attitude seperti pria itu. Sekali saja Alta mengedipkan matanya, semua gadis sudah pasti bungkam dan mungkin rela dijadikan kesekian oleh pria itu.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang