"Apa yang dilihat mata memang belum tentu benar adanya."
.
.
.
.
.
Happy Reading
Bisakah kalian tetap tenang saat kebenaran mulai terkuak?
Rara merasa di bodohi, di bohongi dan di manipulatif. Mungkin jika orang lain yang melakukannya Rara masih bisa berusaha tidak begitu bersedih, tapi yang melakukannya adalah Mamahnya entah kandung atau tidak. Jati dirinya kini dipertaruhkan.
Ia hanya ingin semua ini mimpi. Dirinya tetap anak dari Papah Arkan dan Mamah Irene. Meskipun selama ia hidup, hanya sedikit kasih sayang yang mereka berdua berikan, tapi Rara tetap menyayangi mereka berdua sepenuh hati.
Apa air mata tetap bisa di tahan saat definisi 'anak haram' terngiang-ngiang di otaknya. Menggores setiap relung hatinya hingga membuat nafasnya terasa tercekat.
Rara ingin menutup mata, menepis semuanya. Tetapi bayang-bayang perkataan Arkan menghantui dirinya.
"Mamah..."
Langkah kaki Irene terhenti. Wanita dengan usia yang tidak muda lagi itu kini memberi atensinya pada Rara. Menatap gadis itu dengan bingung, selama ini Rara tidak pernah seputus asa seperti itu.
"Kenapa mamah bohong? Kenapa mamah bohongi aku hiks... Selama ini aku selalu nurutin mamah. Hiks... Tapi apa yang mamah lakuin sama aku?"
"APA MAH.... KENAPA MAMAH TEGA."
Irene terkesiap. Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup Rara membentak dirinya. Ego wanita itu tentu terluka. Dirinya menggeram marah.
"Siapa kamu Rara? Sampai berani-beraninya membentak mamah? Oh... Atau kamu mau jika dia--" Rara menggeleng tak percaya. Irene bahkan masih mau melanjutkan sandiwaranya dikala Adele sendiri berada di kota yang sama dengan dirinya.
Rara menghapus secara kasar air matanya. "Cukup, mah. CUKUP. Mamah mau ancam aku pakai Adel lagi? Disaat Adel sendiri ada dikota ini bersama papah. Maksud mamah selama ini untuk memperalat aku dengan manipulatif. Aku anak mamah atau bukan sih?"
Rara kembali mengenang semuanya. Jika selama ia menolak permintaan mamahnya sudah dipastikan Irene akan mengancamnya menggunakan Adele, adik perempuan yang begitu Rara sayangi itu.
"Really? Apa yang papah bilang jika aku anak haram ini benar?" Mendadak Rara dapat mencerna semuanya. Iya? Semuanya. Rara memgerti segalanya tanpa terkecuali. Semuanya menjadi cerita yang pas. Pantas saja dua orang dewasa yang selama ini ia anggap orang tua tidak pernah memberikan kasih sayang yang sebenarnya. Tapi mengapa Rara tidak bisa membenci mereka?
"Mamah ada urusan. Keluar sekarang." Irene tercekat. Masalalu yang ingin ia lupakan kini kembali. Memberi rasa benci semakin menjadi dalam kenyataan. Ia tidak ingin menjadi ibu lebih buruk lagi.
"Jelasin sama aku, mah! Aku juga berhak tahu. Apa benar aku anak haram hiks... Gak benar kan mah? Aku anak mamah sama papah. Bukan anak haram." Rara sesegukan menatap Irene. Dari tatapannya ia begitu tertampar kenyataan.
"Mamah aku anak mamah, bukan anak haram. Hiks... Aku janji gak bakal ngelawan lagi hiks... Tapi bilang kalau aku anak papah Arkan dan mamah Irene."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't First Love
किशोर उपन्यास"Jika kamu mencintai seseoang, maka lepaskan dia. Jika seseorang tersebut kembali, ia milikmu. Namun jika tidak ia memang bukan untukmu." ****** Kata orang jatuh cinta itu pilhan, tapi bagi seorang Qiandra Brunella jatuh cinta itu petaka, Sebab jatu...